"A... akan kubuatkan." gumam Junkyu dengan pipi merah padam.

"Tidak, nanti saja akan kubuat sendiri, kemarilah, aku belum memeriksamu sejak tadi." Haruto merentangkan tangannya sambil bersandar di meja dapur.

Junkyu memandang ragu-ragu ke tangan Haruto yang terentang, lalu beralih ke mata Haruto yang menyiratkan perintah tanpa kata-kata. Dengan ragu dia melangkah mendekat ke arah Haruto, laki-laki itu langsung merengkuhnya ke dalam pelukannya.

"Hmmmm kau harum seperti aroma bayi." gumam Haruto tenggelam disela sela rambut Junkyu.

Haruto juga harum, pikir Junkyu dalam hati. Aroma sabun dan aftershave. Aroma yang sudah familiar dengannya dan mau tak mau Junkyu merasa nyaman ada di dalam pelukan Haruto,

Mereka berdiri sambil berpelukan beberapa lama, tanpa suara tanpa kata-kata. Ketika akhirnya Haruto mengangkat kepalanya dan menatap Junkyu, matanya tampak membara.

"Kau sudah tidak demam lagi." suaranya terdengar serak, dan Junkyu mengerti artinya.

Haruto sudah terlalu lama menahan diri, Haruto tidak menyentuhnya selama tiga malam. Dan mengingat besarnya gairah Haruto kepadanya, sepertinya itu sudah hampir mencapai batas maksimal pengorbanan Haruto. Junkyu sangat mengerti.

"Iya, aku sudah tidak demam lagi." balas Junkyu lembut.

Haruto mengerang lalu menekankan tubuhnya makin rapat pada tubuh Junkyu, hingga miliknya yang sudah mengeras menekan Junkyu, membuat pipi Junkyu memerah.

Dengan lembut Haruto mengusap pipi Junkyu, "Begitu liar di ranjang, tapi masih bisa memerah pipinya ketika kugoda."

Dengan lembut Haruto meniupkan napas panas di telinga Junkyu, membuat tubuh Junkyu menggelenyar, "Apakah aku juga bisa membuat yang di bawah sana merona ketika kugoda?"

Tangan Haruto menyentuh Junkyu dengan lembut, membuat napas Junkyu terengah. Jemari yang kuat itu menelusup ke dalam, menyentuh Junkyu dan menggodanya, membuatnya menegang.

Haruto mendorong Junkyu ke atas meja dapur. Melepas celana Junkyu dan membuka pahanya, lalu dengan cepat membuka celananya sendiri dan menyatukan dirinya dengan Junkyu.

Kerinduannya begitu dalam sehingga kenikmatan yang terasa begitu menyengat seakan-akan jiwanya dipukul dengan tabuhan percikan orgasme tanpa ampun. Entah hati mereka saling berseberangan, tetapi ternyata tubuh mereka saling membutuhkan.

Junkyu setengah terbaring di atas meja dapur dengan tubuh Haruto melingkupinya. Haruto membutuhkannya dan Junkyu dengan caranya sendiri membutuhkan Haruto. Ketika paha Junkyu melingkupi pinggang Haruto, Haruto menekankan dirinya kuat kuat, menggoda batas pertahanan Junkyu.

"Haruto..." Junkyu merintih, tanpa sadar mengucapkan nama Haruto, dan ucapan itu bagaikan musik hangat di telinga Haruto.

"Ya manis, katakan manis... kau ingin aku berbuat apa?" bisik Haruto parau disela tubuhnya yang bergolak untuk memuaskan Junkyu, di sela napasnya yang tersengal yang terpacu cepat.

"Kau ingin aku memuaskanmu ya? Aku akan memuaskanmu manis, aku akan memuaskanmu sampai kau tidak akan pernah bisa menemukan kepuasan yang sama dari siapapun.." Dengan posesif Haruto menekan Junkyu menyatakan kepemilikannya.

"Kau tidak akan pernah menemukan laki-laki lain." suara Haruto tercekat ketika hantaman orgasme melandanya, membawa Junkyu ikut dalam pusaran puncak kenikmatannya.

Dan akhirnya, mereka baru menyantap makan malam hampir lewat tengah malam.

***

Ruangan itu sangat sunyi, hanya suara alat-alat penunjang kehidupan yang berbunyi secara teratur.

Junkyu duduk disana, disamping ranjang Noa, menatap Noa yang terbaring dengan damai. Dua jam lagi operasi ginjal Noa akan dilaksanakan.

A Romantic Story About Junkyu + Harukyu (✓)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora