"Aku ke sini cuma mau ...."

"Kakak ..." teriak Nayara membuat kalimat Aksa menggantung.

Tangan mungil Nayara melingkar erat pada tubuh manusia jangkung di depannya.

"Kamu sakit? Hm."

Naya menggelengkan kepalanya. "Naya cuma habis renang."

Gadis itu pun membuat jarak. "Jadi harus sakit dulu biar kaka mau nemuin Naya, gitu" melipat tangannya di dada.

"Sukur kalo kamu baik-baik aja. Kaka pulang dulu."

"Aduhh!" lenguh Naya kemudian, membuat lelaki yang sudah balik badan kembali menaruh perhatian.

"Kok kepala Naya sedikit pusing, ya ...."

"Kita ke rumah sakit."

Wajah Nayara memerah. "Tapi kayaknya dibacain dongeng sama kaka udah bakal langsung enakan, sih."

Aksa menilik curiga.

"Plis ... ya, ya?" Dua tangan Nayara saling bertautan seraya memohon.

"Ck. Yaudah kalo gak mau. Sana pulang. Naya gak akan pernah minta kaka lagi ...."

"Oke."

Dibarengi tubuh Nayara yang melayang. Aksa mengangkat beban yang kian berat itu dengan ringan.

Nayara kegirangan. "Thank you."

Gadis itu rindu dibacakan dongeng oleh suara datarnya, tak bernada tapi bisa menghantarkannya tidur nyenyak.

"... kemudian datanglah seorang pangeran ...." suara Aksa memelan,  selalu pada bagian ini. Nayara terlelap sebelum dongengnya selesai sampai akhir, mungkin ia belum tahu kalau cerita ini mempunyai ending yang membahagiakan.

"Lebih baik begitu, biar gak berekspetasi tinggi di kehidupan nyata karena gak pernah ada akhir yang sesempurna itu."

"Naya kangen ...." Nayara bergumam dalam tidurnya.

"Naya ..." panggil Aksa setengah berbisik. "Kaka pulang dulu," mengelus pangkal rambut adiknya lembut.

"Eh?"

Suhu tubuh Naya tinggi, padahal beberapa waktu lalu masih normal. Aksa kembali menyentuh bagian kening lalu ke lehernya. "Naya bangun!"

Tak ada jawaban. Gadis itu malah menggigil seperti orang kedinginan.

"Pa ..." teriak Aksa, "Papa!' menggendong Nayara keluar dari kamar.

"Naya demam," ucap Aksa, "kita harus bawa Naya ke rumah sakit."

"Papa udah tidur," suara lain menyahut.

Tangan wanita itu menyentuh tubuh Nayara untuk memastikan. "Pasti karena renangnya kelamaan tadi. Mami siapin air panasnya dulu buat kompresan."

"Ke rumah sakit!" ulang Aksa penuh penekanan.

"Ini cuma demam biasa, kalau demamnya gak turun baru nanti ...."

"Ck."

Rahang Aksa mengeras. "Biar gue sendiri yang bawa Naya, sori udah ganggu waktunya."

"Masih bangun, Mam?" seseorang yang baru datang bersuara.

"Eh," Aksa merebut kunci mobil dari pegangan lelaki yang baru datang itu. "L-lo ... hey, Naya? lo mau bawa Naya ke mana?"

Langkah Elvan terhenti ketika mendapati sentuhan dari ibunya. "Biarin aja. Dia harus tau sendiri baru percaya."

"Tapi Naya, Mam ...."

"Dia kakanya, Naya bakal baik-baik aja."

***

ALYAKSA (completed)Where stories live. Discover now