ia menggeleng, "sebuah kesepakatan agar kita tidak saling curiga dan salah paham!"

 apa maksudnya curiga dan salah paham? aku tidak pernah merasa curiga dan salah paham, aku tak punya hak untuk itu dengan statusku saat ini. bahkan didalam hubungan yang ia  bilang cuma hubungan saling menguntungkan ini, kecurigaan dan salah paham hanya akan jadi kata ambigu yang membuatku semakin gamang dalam menentukan sikapku padamu mas.

 "aku tidak curiga ataupun salah paham mas, kalau aku hanya ingin penjelasan saja. aku memang bodoh dan tak mengetahui semua tentang mu temanmu, orang yang ada dimasa lalumu ataupun kebiasaanmu."

 ia mengernyit dan menatapku sayu, "kau tak perlu tahu masa laluku. kau tak perlu tahu kebiasaanku ataupun teman-temanku. kau cukup melayani seperti biasa saja. dan aku juga tak akan ikut campur dengan temanmu, masa lalumu serta kebiasaanmu. maaf untuk kejadian sore tadi. aku cuma tak suka kau bersama Rofy, dia bukan pria baik!"

 kalau Rofy bukan pria baik, bagaimana dengan dirimu mas?

 "setidaknya bilang padaku kalau kau sedang bersamanya, itu akan membuatku sedikit lebih tenang!" 

 aku mengangguk, "boleh aku tanya sesuatu, dan berjanjilah untuk jangan marah?"

 ia mengangguk, "kau ingin bertanya apa?"

 "mas tidak pernah berhubungan suami istri selain denganku kan setelah kita menikah?"

 ia menatapku tajam dan kulihat sorot mengancam dimata hitamnya itu.

"aku tahu aku bukan pria baik, tapi aku pastikan kalau hanya denganmu aku melakukan hubungan suami istri. ajdi jangan pernah meragukanku atas itu!"

aku menundukkan wajahku, malu dan takut. apa ia tersinggung dengan pertanyaanku barusan?

"dan itu juga berlaku untukmu. aku tak mau kau mempermainkan nama baikku dan keluargaku. jadi kuharap kau bisa jaga sikap dan pergaulanmu!"

kuanggukkan kepalaku dan memandangnya taku-takut, "siapa yang kau temui tadi siang? apakah itu anakmu?"

ia menggeleng, "itu mantan pacar sekaligus tunanganku dulu. Namanya Fia. aku pasti sudah banyak mendengar dari Rofy!"

aku mengangguk, "dia cantik ya Mas! anaknya juga lucu dan tampan!"

Mas Dev diam tak menjawab, ia cuma memandang lurus ke Tv yang baru saja ia hidupkan.

"dia masa laluku. dan akan tetap begitu. kau tidak perlu cemas untuk itu!"

aku memandangnya tak mengerti, untuk apa aku cemas mas, bukankah kau sendiri kelak juga cuma akan menjadikanku masa lalumu saja. meninggalkanku dengan luka dan harapan kosong untukku.

"mas, bolehkan aku tidur terpisah darimu?"

ia memandangku dengan ekspresi terkejut dan menatapku tajam, "kenapa? apa kau merasa tak nyaman? apa kau tak percaya dengan semua penjelasanku barusan?"

aku menggeleng cepat, "ngga kok mas, aku percaya, percaya banget. aku cuma ingin membuat alibiku sebagai asistenmu makin kuat. aku sudah bilang ke Rofy kalau aku tinggal bersamamu!"

ia memukul kepalanya sendiri gemas, "kamu itu ceroboh, dia itu ga gampang dibohongi, kenapa kau bohongi dia?"

aku menggaruk kepalaku yang tak gatal, "dia memaksa mas, aku takut ia curiga jika aku terus mengelak!"

ia menghela nafas panjang-panjang,  "baiklah, tapi cuma saat Rofy disini, selain itu aku tetap harus tidur bersamaku."

aku mengangguk, sebenarnya aku lebih senang tidur bersamamu mas, bahkan jika kau tak suka aku lebih suka bersamamu. bersamamu walau sakit aku bisa bertahan, walau hancur pun aku tetap bertahan.

saat dikamar berdua, kecanggungan yang semula kurasakan antara kami berdua perlahan mulai mencair, Mas Dev seperti biasa mulai bercerita tentang kegiatannya seharian tadi, minus acara lunch nya dengan Mantannya dan anak mantannya, ia bertanya bagai mana dengan kelasku hari ini.

"kau terlambat hari ini?"

aku menggeleng, "aku bangun jam 10, kelasku sudah usai. mas sih ga bangunin aku!" sungutku kesal sambil menghela nafas dalam-dalam seakan ingin kuisi seluruh paru-paruku dengan oksigen sebanyak-banyaknya agar aku tidaks esak nafas mengahdapi pesonanya.

ia cuma tersenyum simpul, senyum yang begitu mempesonaku, membuatku seperti orang bego, yang bisa dengan mudah meluruhkan rasa benci dan kecewaku padanya.

"aku kasihan melihatmu capek sekali. lagian bolos sesekali ga apa kan, ga dosa. kan nyenengin suami!" ia mengacak rambutku gemas kemudian mengecup lembut bibirku.

aku diam dan berpikir keras, bagai mana aku bisa menolak semua pesonanya jika ia memperlakukanku sebaik ini? jika ia kasar dan membenciku niscaya dengan mudah aku akan membencinya. namun ini berbeda, dia begitu lembut dan hangat.

"mas, boleh kah aku mengenal Mantanmu itu?" ujarku lirih sambil menatapnya harap-harap cemas.

"Sebagai apa? istriku atau asistenku?"

"asistenmu mas, dia mengenal Mas Rofy, dan aku tak ingin membuat posisimu terancam. lagi pula aku lebih nyaman dengan posisi ini!" padahal dalam hatiku menjerit menerima kenyataan ini.

ia mengangguk, dan menatap langit-langit kosong, "kalau sudah tepat saatnya. saat ini kau cuma akan cemburu dan bersedih dengan apa yang akan kau dengar jika mengenalnya!"

"sudah lah, sebaiknya kita tidur cepat. daripada kamu makin ngelantur!"

kupejamkan mataku menyetujui ajakannya itu. setidaknya dia mau sedikit lebih terbuka denganku. mau memberiku sedikit ruang untuk mengenal dunianya, walau aku tahu ini hanya sementara.

#~~#

pendek ya part ini, tapi cuma sgitu doang mampunya.

pengennya langsung selesai

tapi apa daya otakku dah lemot kebnyakan kerjaan

...:(

Maaf Aku MencintaimuWhere stories live. Discover now