Prolog

19 0 0
                                    

mohon votenya dari teman" sebelum membaca :)) terima kasih

--------------------‐

"Hmmm," wanita yang menggunakan kacamata hitam itu menarik nafas lega dan merenggangkan tangan setelah keluar dari bandara Soekarno Hatta. Akhirnya ia kembali ke Indonesia sejak kurang lebih enam tahun lamanya.

"Kak Cilla, kak Cilla, kapan balik ke Indo kak? Kak, kenapa ke kantor polisi kak?" pertanyaan itu yang dilemparkan kepada Marcilla oleh wartawan-wartawan saat baru turun dari mobil hitamnya. Marcilla tidak menjawab apa-apa dari pertanyaan-pertanyaan itu dan sibuk menutup wajahnya yang menggunakan kacamata hitam jalan ke kantor polisi. Sepulang Marcilla ke Indonesia, dia memang tidak sabar lagi ke kantor polisi untuk mengurus kasus yang sudah lama menggerogoti pikiran dan emosinya.

'BRAKK!' "Pokoknya saya ngak mau tahu pak, saya sudah bertahun menunggu penyidik untuk mencari petunjuknya, apakah masih belum ketemu juga?" tanya Marcilla yang tiba-tiba membanting meja di depannya sehingga membuat polisi yang di depannya itu terkejut. "Tunggu saya menyeret salah seorang saksi itu kesini, jangan main-main pak!" ancam Marcilla sambil ia berkacak pinggang dan memperingatkan polisi itu. Ia langsung mengambil tas nya yang ada di bangku lalu pergi.

Wartawan yang ada di luar masih menunggu hingga Marcilla keluar dan masih bertanya demi mendapatkan informasi, namun Marcilla tidak menjawab sedikitpun pertanyaan yang mereka berikan karena Marcilla sangat malas dengan wartawan sekarang yang suka menambahkan dan mengurangi keterangannya. Marcilla melewati wartawan begitu saja dibantu oleh manager dan body guard-nya.

"Gue gak habis pikir deh tan, itu polisi udah kabarin gue katanya udah ketemu salah satu saksi, tapi tiba-tiba polisi itu bilang si tukang bengkel itu ternyata ngak tahu apa-apa, gue bener-bener curiga sama si tukang bengkel ini, dia bilg dia cuma ngegangti ban mobil almarhum aja," umpat Cilla terhadap Intan, manager sekaligus sahabat berbagi ceritanya itu. "Iya sih Cil, tapi gue ngerasa disini papa lo juga deh mempermainkan insiden ini, coba lo tanya ke papa lo, soalnya dia gak pernah setujukan kalo kita pengen bawa ini ke jalur hukum?" Intan mencoba membantu Cilla berpikir.

"Gue gak ngerti lagi dimana otak papa gue, dia selalu takut image dia rusak, gue capek ngomong sama dia tan," Cilla menghela nafas lalu bersender pada kursi dan melihat ke luar jendela.

"Setelah Marcilla Puwarto kemarin tiba di Indonesia, siang tadi dia langsung mengunjungi salah satu kantor polisi yang menangani kasus yang sedang dia pikirkan, namun tidak satupun yang mengetahui tujuan dari kunjungan Marcilla. Saat ditanyai wartawan Marcilla terlihat tidak menjawab apapun ..." suara televisi menggema di ruangan itu dan tiba-tiba langsung dimatikan oleh wanita itu. "Hallo, dia sudah kembali ke Indonesia," perempuan itu berbicara kepada seseorang melalui telepon genggamnya.

'TOK...TOK... ' terdengar pintu ruangan diketuk dan perempuan itu langsung memutuskan sambungan teleponnya. "Nyonya makan malam sudah siap, tuan sudah menunggu di bawah," teriak asisten rumah tangga itu. "Baik, sebentar lagi bi."

Terlihat perempuan itu turun melewati tangga menggunakan dress berwarna merah, sedangkan dua lelaki sudah ada di meja makan. "Bagaimana kabar perusahaan Jacob?" tanya ayahnya. "Ya begitulah pa, berjalan baik," jawab Jacob. "Kapan kami mendapat uang dari mu Jacob? kau sangat pelit padahal kami ini orang tua mu," potong perempuan itu mendekati meja makan. "Sudah ma," tahan lelaki paruh baya itu.

"Bukan gitu pa, selama Jacob memegang perusahaan dia seakan tidak menghargai kita, apalagi saya," Jacob langsung melihat perempuan paruh baya yang melontarkan kalimat itu dan Jacob berdiri menggeser kursi."Pa, Jacob tidak makan malam di rumah. Jacob ada urusan, permisi," sambil memundurkan kursi dan mengambil kunci mobil.

"Nah, ini semua karena ucapan kamu Car, coba hargai dan terima dia sebagai anak mu dan pemimpin perusahaan kita, dia sudah mentransfer uang hasil kerjanya ke rekening ku dan sudah membayar segala pengeluaran di rumah ini Car, berhenti mencampakkan Jacob, dia bukan anak kecil lagi yang harus diatur," bentak Tuan Tommy Vexian, ayah Jacob kepada Caroline, ibu Jacob. Caroline hanya diam saja melihat Tommy membela anak laki-lakinya itu.

◇◇◇◇♡♡♡♡◇◇◇◇◇◇◇♡♡♡♡
HAI GAES SETIAP KAMIS BAKAL DI UPDATE TRUS YA!

CHAOSWhere stories live. Discover now