🍀 Penutup 🍀

Start from the beginning
                                        

Sekian detik tidak ada suara dari Rendy namun tiba-tiba bisa ku dengar ada derap langkah yang mendekat. "Yaudah, ayo!"

Butuh beberapa detik untukku kembali ke dunia nyata usai mendengar perkataan Rendy. "Ayo! Kok malah bengong sih."

Begitu aku tersadar, segera ku berlari menghampiri Rendy yang sudah melangkah jauh dari posisiku berdiri. Dengan takut, ku ikuti Rendy dari belakang dan sampailah kami di area parkir motor. Rendy memberikanku helm dan berkata, "Tempatnya di mana?"

"Hem—Oh, di Magicafé, Ren. Deket kok dari sini. Nanti gue pandu."

Begitu mendengar perkataanku, Rendy langsung menyalakan motornya. Usai memakai helm, aku langsung naik ke atas motor Rendy dan membiarkan Rendy membawaku ke tempat ketenanganku yang baru.

⚡️ Saat berada di Magicafé ⚡️

"Thanks, Ren. Seharusnya tadi lo nggak perlu anter gue. Gue udah banyak ngerepotin lo," ucapku padanya sambil melepaskan helm. Rendy diam saja. Astaga, harus seperti apa aku untuk bisa mengajak Rendy berbicara?

"Yaudah, kalo gitu gue masuk dulu ya." Baru beberapa langkah menjauh darinya, suara motor Rendy terdengar kembali dan aku bisa melihat bahwa Rendy memarkirkan motornya di tempat parkir motor Magicafé.

Seketika aku langsung mendekatinya dan bertanya, "Loh, kok lo parkir? Lo-Lo mau mampir ke café ini juga?" Rendy masih terdiam.

Dirinya justru melepaskan helmnya dengan gaya cool khas miliknya dan berkata, "Emang salah gue mampir ke café ini?

"Ya... nggak sih. Gue cuma kaget aja karena gue kira lo mau langsung pergi. Ya udah, ayo masuk," ajakku padanya dan berjalan lebih dahulu menuju pintu masuk Magicafé.

"Selamat datang di Magicafé. Jangan lupa buat keajaibanmu di sini. Ingin pesan apa?" seru barista perempuan yang menyambutku ketika memasuki area Magicafé. "Hai, Sar! Tumben kamu yang kerja jam segini? Bukannya ini bukan giliran kamu ya?"

"Hai, Rine! Iya nih, aku gantiin temenku yang lagi sakit hari ini. Eh, kamu juga tumben dateng jam segini. Biasanya juga menjelang jam 5 sore," kata Sarah—barista Magicafé yang kukenal.

Aku bisa mengenal Sarah karena pada waktu itu, kami berdua bertemu di lobby apartemen ketika Sarah masih menggunakan seragam barista Magicafe. Pada saat itu, Sarah yang terlebih dahulu menyapaku dan mengatakan bahwa dirinya mengingatku yang selalu datang ke cafenya. Kami sempat berbincang sejenak saat itu dan ternyata kamar apartemen kami hanya berbeda dua lantai saja.

Sejak saat itu, setiap aku ke Magicafé, Sarah selalu menyapaku dengan ramah dan tanpa ku sangka, Sarah telah hafal menu yang selalu ku pesan setiap aku berkunjung ke Magicafe. Tak hanya itu saja, Sarah juga hafal dengan tempat duduk yang selalu kududuki.

Ya, mulai dari situ, aku dan Sarah semakin dekat bahkan setelah aku mampir dari Magicafé, aku dan Sarah pulang bersama menuju apartemen kami. Sampai saat ini, aku merasa sangat beruntung bisa bertemu dengannya.

"Pesanan seperti biasa, Rine?" Aku mengangguk setuju. Saat aku hendak mengambil uang yang ada didompetku, ada sebuah tangan yang menghentikan aktivitasku.

"Bentar, Mbak, total punya dia gabungin sama pesanan saya aja. Saya pesan hot americano dan gingerbread cookies-nya," seru Rendy yang tiba-tiba datang dari belakangku.

Let It Go [COMPLETE]Where stories live. Discover now