Maya yang merana

52 5 3
                                    

Seperti sonet yang lekas membekas
Dan pagi masih terlihat berkelas
Akankah kau bergegas?
Siang masih ingin bertamu
Membuat sibuk orang sepertimu
Dan aku disini masih meramu
Dimana semua ini akan bertemu

Diantara gedung gedung pencakar langit
Diantara bunyi motor dan mobil yang saling berperang
Bunyi telepon dan suara diantara jam jam kesibukan
Ada langit yang terlupakan
Ada angin yang tak dianggap
Ada otak otak yang berhenti sejenak
Ada kemalasan yang mulai merambat
Ada

Kalau hilang adalah sebuah kalimat yang membuatku kalang kabut, iya. Hilang. Kosong. Tak berisi. Mengalir. Arah kompas dimana arah sungai mengalir, adrenalin berdegup kencang. Kenyataan dan kesenjangan. Apakah ini mimpi? Dimana aku harusnya berada? Kamu? Ataukah kamu, sayang?

Jikalau hidup tidak bisa membahana, terusir, terbunuh lagi menjadi fana.

Hidupmu di relung gerimis kamis, menunggu karma

Tak akan pudar, namun redup menyelubungi

Tak kuasa, namun lain waktu tak menentu. Sandiwara delusi, dalam bayangan ilusi

Terperangkap sunyi

Jangan kau berani

Aku bermimpi melihatmu disana,tepat didepan wajahku, mencekik leherku dengan senyuman manis tipis.

Semilir angin masih sama,

tapi itu maya. Tak ada yang nyata,

ini juga....

Ada pilu diantara rumpang, diantara warna yang tenang. Tapi ada biru yang tidak ragu diantara basahnya tanah setelah hujan menjemput, diantara dingin yang mulai menusuk lembut.


Agregat Multi-SemestaWhere stories live. Discover now