02 - at canteen

93 33 56
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.

     Bel tanda istrahat pertama sudah berbunyi. Tiga jam pelajaran sebelumnya kosong begitu saja tanpa guru pengganti.

     Valerie juga belum kembali. Dia mengabariku tadi, jika dia sedang berada di perpustakaan bersama Naufal. Pacarnya itu memang sering mengajaknya untuk belajar bersama.

     Aku merapihkan meja dan kotak bekal milik Valerie yang sudah kosong. Meletakkan kotak bekal itu di dalam totebag dibanding ransel. Karena menurutku, tidak sopan jika membuka tas ransel seorang gadis. Dengan menaruhnya langsung ke dalam totebag yang terbuka itu lebih baik.

     Aku juga membereskan beberapa alat tulis. Valerie menyukai warna-warna pastel,  jadi tidak heran jika barangnya lebih mendominasi warna tersebut.

     Setelah itu, seseorang merangkul pundakku. Aku sedikit terkejut, lalu kemudian menoleh.

     Dia sahabatku, Kaisar.

     Lelaki dengan tinggi yang sama denganku itu tampak tersenyum geli. "Nah. Sakit banget 'kan liat Vale sama Naufal?"

     Aku menjauhkan diri darinya. Kaisar dan aku sudah berteman dari masa orientasi sekolah. Dari awal aku melihatnya, dia memang orang yang asik dan terlihat humble.

     Kaisar dekat dengan banyak orang. Tapi anehnya dia masih menempel saja denganku dan Valerie yang hanya murid biasa. Oh, hanya aku yang murid biasa.

     Aku masih memiliki tiga sahabat yang lain. Dua diantaranya ada di kelas sebelah. Namanya Hans dan Dita. Dan satu lagi berada di kelas ini, namanya Arkan. Namun lelaki yang berstatus sebagai sepupuku juga sedang tidak ada di kelas ini.

     Tasnya ada di kursi sebelahku, namun anak itu sepertinya pergi ke UKS. Bukan sakit, tapi menumpang tidur. Aku tau karena semalam Arkan dan juga Adik lelakiku bermain PlayStation bersama hingga tengah malam.

     "Nggak, ah. Kebiasaan lo mah. Bukan sekali dua kali gue lihat mereka bareng kali. Setahun lebih!"

     Kaisar tertawa. "Dan setahun lebih itu lo merasa kesal 'kan?"

     "Lucu lo. Naufal cowok baik, Valerie juga, jadi gak ada masalah 'kan?"

     "Iya deh, iya. Terserah lo aja, tapi jangan sampai menyesal loh, Rey."

     "Menyesal apaan, sih." Aku memilih untuk membalikkan badan dan berjalan meninggalkan Kaisar yang masih tertawa tidak jelas.

.
.

━━━━━━━━  mafavouman ━━━━━━━━

.
.

My Favorite HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang