Part 3

12.3K 1.5K 193
                                        

Jaemin memainkan ponselnya, melihat isi rekeningnya yang sudah bertambah puluhan kali lipat dari sebelumnya. Kematian targetnya tadi malam yang merupakan rival bisnis dari kliennya menghasilkan banyak sekali uang masuk ke rekening Jaemin. Ya, begitulah caranya mencari uang sejak kecil. Jaemin bahkan lupa sudah berapa nyawa yang mati di tangannya dari seluruh penjuru dunia.

Selama tinggal di Amerika, mungkin ia memiliki banyak klien dan target yang bisa dibunuh. Namun, menurutnya, tantangan di negara paman Sam tidak begitu menarik untuknya. Ia lebih suka membunuh di wilayah Asia dimana nama keluarganya pun memang besar dari benua tersebut.

Jaemin sendiri sudah memiliki dua mansion pribadi sampai saat ini karena hasil pekerjaan kejinya. Satu berada di Busan, Korea Selatan dan satu lagi ada di Beijing, China. Namun, ia hanya menggunakan tempat-tempat tersebut ketika ia benar-benar sedang liburan saja. Banyak sekali pekerjaan mengantri di Seoul dan karena tarif Jaemin memang sangat besar melebihi Jeno, ia sangat selektif memilih pekerjaan.

Nama Jeno sendiri tak sebesar nama Jaemin, bahkan jauh berada di bawah laki-laki berambut pink itu. Kemampuan mereka berdua bahkan berbeda jauh. Jaemin berkali lipat jauh berbakat dan lebih baik dalam hal bunuh-membunuh dibandingkan dengan sahabatnya yang berparas tampan itu. Walau begitu, Jeno tetap tidak menganggap Jaemin sebagai rival. Ia selalu setia membantu jika Jaemin membutuhkan bantuan meskipun belum pernah satu kali pun Jaemin meminta bantuannya. Jaemin terlalu cerdas untuk menyelesaikan semua pekerjaannya sendiri.

Setelah mengecek isi rekeningnya melalui ponsel, Jaemin memasukkan ponselnya ke dalam tas dan berangkat menuju ke sekolah. Sesampainya disana, orang yang pertama kali menyapanya adalah Mark yang sudah menunggu di depan gerbang sekolah. "Yo, man!"

"Aku akan membolos hari ini. Kau ikut?" ajak Mark saat Jaemin sudah sampai di depan gerbang, mereka kemudian berjalan beriringan menuju ke kelas.

"Lain kali saja, aku ingin tidur di kelas hari ini Mark hyung," balas Jaemin. "Kenapa kau ingin membolos? Apa terjadi sesuatu?"

Mark menghela nafas berat. "Aku belum tidur, tadi malam aku meladeni Jeno bermain game dari pagi setelah ia pulang dari tempatmu. Mau apa sebenarnya dia menemuimu?"

"Tidak banyak yang kami lakukan, dia hanya menanyakan tentang Renjun dan aku. Setelah itu dia memintaku menemaninya bermain video game tapi aku sudah sangat lelah karena pekerjaan, jadi aku mengusirnya."

Jaemin dan Mark sudah menaiki tangga menuju ke kelas mereka di lantai dua.

Mendengar kata pekerjaan dari mulut Jaemin, Mark hanya mengangguk. Ia sudah tahu apa pekerjaan Jaemin bahkan ia kadang terbiasa mendapati ayah tirinya dan Jeno membicarakan pekerjaan mereka ketika berada di rumah. Ibu Mark yang merupakan ibu tiri Jeno juga berada di Kanada karena pekerjaan bisnisnya.

Sejujurnya Mark tidak takut sama sekali berada di dekat Jaemin. Ia bahkan sangat tahu bagaimana sistem kerja pembunuh bayaran professional apalagi dengan nama sebesar keluarga Jaemin. Mereka tidak akan sembarangan membunuh orang yang tidak ada dalam kontrak kerja. Diam-diam ia menyayangkan kenapa laki-laki semanis Jaemin, secerdas Jaemin dan sebaik Jaemin harus menjadi seorang pembunuh.

"Ya, karena kau tidak mau menemaninya, ia membangunkanku jam 3 dini hari hanya untuk menemaninya bermain game sampai jam 6 pagi. Memang sudah gila. Padahal dia juga harus sekolah keesokan harinya." Mark mengeluh tiada henti dan Jaemin hanya tertawa kecil menanggapinya. Tipikal Jeno, sahabatnya sejak kecil itu sangat suka perhatian dan ditemani.

"Jeno bahkan bilang ingin pindah kesini dan mengawasimu dan Renjun. Tentu saja ayah tidak akan mengizinkannya," lanjut Mark.

"Jeno memang bodoh. Pekerjaannya sendiri juga masih banyak yang belum ia selesaikan di sekolahnya sekarang."

The Student ✦ JaemrenWhere stories live. Discover now