'Aman,' balas pria dari ujung sana.

"Sip." Gadis itu tersenyum senang. "Makasih, Ian," ucap gadis itu sebelum akhirnya mematikan sambungannya.

Ia terlihat mengecek keberadaan Langit di lapangan basket sebelum akhirnya kembali mengatur nafas. Ia tidak boleh takut, ini adalah kesempatan baginya untuk bisa kembali membangkitkan ingatan Langit.

Ryan sudah memastikan kalau Violet kali ini ada urusan sehingga ia tidak dapat menemani pacarnya a.k.a Langit yang sedang bermain basket sendirian di lapangan.

Ocha harus memastikan di lapangan itu hanya ada Langit seorang.

Dirasa cukup aman, Ocha berjalan pelan ke sisi lapangan sambil melihat Langit yang sedang membelakanginya sambil sekali-kali menembakkan bola ke dalam ring.

Bola yang di-shoot Langit selalu saja dapat masuk ring dengan mudah, sebelum akhirnya tembakannya meleset dan bola itu terkena papan ring dan terpantul ke luar lapangan.

Mata pria itu mengikuti arah pergerakan bola, sebelum akhirnya matanya menatap seseorang yang sedang berdiri di sisi lapangan, dia adalah Ocha, adik dari pacarnya.

Alis pria itu terangkat sebelah, sebelum akhirnya berjalan mendekat ke arah Ocha.

"Ocha, kan?" tanya pria itu memastikan ketika jarak mereka hanya tersisa sekitar satu meter.

Sedih kembali menyapa Ocha, dirinya benar-benar sudah hilang dari kehidupan Langit.

Ocha menganggukkan kepalanya, sambil mencoba menghilangkan perasaan kalut yang kembali merundunginya.

"Jadi... Ngapain adik pacar gue ada disini?" tanya Langit, sempat tersenyum ketika kata 'pacar' keluar dari mulutnya.

Ocha seperti kehilangan kekuatan untuk berdiri, kakinya tiba-tiba terasa sangat lemas. Ia hanya bisa menatap mata Langit, mata yang dulu menatapnya begitu hangat dan begitu dalam, namun sekarang mata itu menatapnya hanya sebatas 'Adik dari Violet, pacarnya'.

Langit masih setia menunggu jawaban dari Ocha. Sebelum akhirnya ia sengaja batuk dan membangunkan Ocha dari lamunan sesaatnya.

Ocha langsung menggelengkan kepalanya cepat, mencoba menepis berbagai pikiran yang hinggap di kepalanya. Ia kemudian kembali menatap mata Langit.

"Ajarin aku main basket kak!" seru Ocha mantap.

Langit tampak memicingkan matanya. "Lo mau belajar basket sama gue?"

Ocha menganggukkan kepalanya cepat. Langit mengedarkan pandangannya ke sekeliling, sekolah sudah sepi, tersisa pak Dio yang terlihat berkeliling menyiram tanaman.

"Sekarang juga?" tanya pria itu lagi, berhubung matahari sudah mulai menghilang di ufuk barat.

"Iya kak, sekarang juga."

Hening sesaat.

"Besok bisa? bentar lagi udah gelap-"

"Tidak ada waktu lagi Langit," potong gadis itu cepat.

Mata Langit membulat mendengar perkataan Ocha, tersirat dengan jelas kekecewaan di dalam kalimat dan pancaran mata gadis itu.

°°°

Tuk....

Langit menaruh susu kotak di sebelah Ocha lalu duduk di kursi tepat di hadapan gadis itu. Hari sudah gelap dan mereka berdua masih berada di lapangan basket sekolah.

Langit kebingungan menghadapi adik pacarnya yang sedari tadi menangis setelah mengucapkan kalimat yang membuat desir beda di hatinya.

Yah, mereka sama sekali tidak bermain bola basket, sejak satu jam yang lalu Langit hanya duduk di hadapan Ocha yang sedang menangis. Pria itu bingung harus bersikap bagaimana.

"Langit," panggil Ocha, kali ini tetap membuat satu alis Langit terangkat, kenapa tak ada embel-embel 'Kak' yang melekat seperti sebelum-sebelumnya saat gadis itu memanggil dirinya.

Namun pria itu mencoba untuk tak peduli. "Iya Cha, kenapa?" tanya pria itu lembut.

"Ceritakan aku sebuah kisah."

"Kisah?" Ocha sekarang benar-benar aneh di mata pria itu.

"Iya sebuah kisah." Gadis itu terlihat menghapus jejak air matanya lalu memandang ke Langit.

"Oke."

'Hanya sebuah kisah? Bukan hal yang sulit,'

Baru saja Langit ingin mulai bercerita namun suaranya langsung dipotong oleh Ocha.

"Dan jangan mulai kisah itu dengan kalimat 'Pada zaman dahulu....'."

Langit semakin bingung, ia berfikir keras lalu menarik nafas dalam. Ia mengubah posisinya duduk di samping gadis itu.

"Baiklah, Ocha..." ujar pria itu menatap dalam gadis di hadapanya kemudian tersenyum.

"Gue bakal mulai kisah ini dengan 'Pada zaman yang akan datang....'."

°°°
tbc.

Makin gaje aaaaaaaaa
Maap ya:( lovyu.

SEREINWhere stories live. Discover now