Chapter 5

6.4K 1K 137
                                    

"Na ... Namaku Midoriya Izuku ..." Jawab Pemuda berambut hijau itu dengan kikuk.

"Midoriya ...," (Nama) kembali melantunkan Namanya, lalu tersenyum tipis. "Senang berkenalan denganmu, Midoriya-san."

Pemuda berambut blonde serta pemuda berkacamata yang sedang bertengkar sontak menoleh ke (Nama) dan Midoriya, begitupun dengan murid-murid lainnya.

Tubuh (Nama) kembali gemetar dan entah mengapa begitupun dengan Midoriya. Ekspresi gugup mereka nampak sangat mencolok di mata murid-murid yang lain.

Tiba-tiba pemuda berkacamata mendekat ke arah mereka berdua, membuat mereka sontak terkejut dan berharap jika pemuda berkacamata itu bukan ingin mencari gara-gara.

(Nama) kira pemuda berkacamata itu akan bertanya lagi kepadanya saat jarak mereka semakin dekat, tapi pemikirannya itu salah.

"Halo, Aku Iida Tenya dari Soumei." Sapanya kepada Midoriya.

(Nama) menghela napas lega. Ia akhirnya melangkah perlahan menuju ke kursi kosong saat perhatian orang-orang terpaku ke arah Midoriya dan juga Iida.

Ada kursi kosong di barisan pojok paling belakang dan (Nama) yakin jika itu adalah kursi yang disiapkan untuknya. Lagipula dia masuk lewat jalur khusus dan bukan jalur rekomendasi. Bukankah itu berarti (Nama) mendapatkan bantuan dari orang dalam? Entah itu sebuah kecurangan atau pun bukan.

Saat (Nama) melangkah ke arah kursinya, matanya tanpa sadar bertemu dengan salah satu iris mata biru pemuda berambut merah-putih. Walaupun jarak mereka lumayan jauh, (Nama) dengan jelas menyadari siapa pemuda itu. Sontak (Nama) menunduk dan mempercepat langkah menuju kursinya.

Saat sampai, ia langsung mendudukkan diri dan membenamkan wajahnya di atas meja.

"Itu ... Itu ... Itu benar Shouto-kun, kan?!" Batin (Nama) berteriak.

(Nama) menghela napas berkali-kali, berusaha menenangkan jantungnya yang berdetak sangat kencang. Perasaannya kini bercampur aduk antara sedih, senang, dan gugup.

"Hei, Daijobu?" Tanya seorang gadis berambut hitam dikuncir yang duduk di depan (Nama).

(Nama) mendongak dan hampir saja berteriak ketika melihat sosok yang mempertanyakan keadaannya. Itu gadis yang sebelumnya mempertanyakan siapa (Nama) saat pertama kali masuk ke dalam kelas.

"Aku ... Aku baik-baik saja." Jawab (Nama) dengan suara bergetar karena gugup.

"Hm, baguslah kalau begitu." Timpalnya sambil tersenyum lembut. "Perkenalkan, namaku Yaoyorozu Momo."

"Ha'i, kalau Aku Akira (Nama). Salam kenal."

Momo terkekeh pelan, sebelum kembali memulai percakapan.

"Aku yakin jika kau masuk ke sini bukan karena curang, jadi jangan terlalu gugup. Jika benar kau masuk ke sini tanpa melalui tes, pasti sekolah ini memiliki penilaian tersendiri terhadap dirimu. Mereka tidak mungkin menerima orang begitu saja tanpa melihat kemampuan mereka."

"Eh ... Iya, mungkin."

"Kalau tidak salah nama keluargamu Akira, kan? Jadi, kau putri tunggal Akira Mai yang waktu itu banyak diperbincangkan?"

"Banyak diperbincangkan?"

"Ya, kau tidak tahu kah?"

(Nama) menggeleng, tentu saja dia tidak tahu. Lagipula (Nama) itu termasuk orang yang kurang update mengenai berita-berita di sekitarnya. Dia juga jarang bersosialisasi dengan orang-orang semenjak tinggal di kediaman Akira, jadi bisa dimaklumi bukan?

Tak lama terdengar suara anak perempuan manis yang berasal dari arah pintu masuk ruang kelas. Iida dan Midoriya langsung nampak asik mengobrol dengan dirinya.

(Nama) berpikir bahwa sepertinya kelas ini cukup bagus. Ini lebih baik ketimbang kelas di kehidupan lamanya, di mana dia selalu ditindas dan diinjak-injak para murid lainnya.


Shouto P.O.V

Hari ini adalah hari pertama diriku bersekolah di SMA Yuuei. Aku duduk di kelas 1-A, di mana dikenal sebagai kelas unggulan di jurusan pahlawan.

Hari ini, tepatnya saat ini, Aku memperhatikan seorang gadis yang duduk di belakang gadis berambut hitam dikuncir. Ini sangat aneh, Aku merasakan hawa yang tidak asing dari dirinya. Mungkinkah dulu Aku pernah bertemu dengannya?

Kalau tidak salah, namanya itu Akira (Nama)? Namanya mengingatkanku kepada 'dia'.

Mulai dari sini, Aku akan berusaha untuk menyelesaikan janji yang kita buat waktu itu. Jika saja kau ada di sini, Aku yakin kau akan senang dan tersenyum karena Aku dapat masuk ke sekolah pahlawan unggulan.

Namun, itu pasti mustahil mengingat kau sudah tidak ada lagi. Aku masih ingat saat mayatmu di bawa ke dalam mobil ambulance, Onee-san.

Waktu itu Aku menangis dan ingin mengejar dirimu, tapi Ibuku langsung menarikku dan membawaku pergi pulang ke rumah.

Saat pulang, ekspresi Ayah menjadi aneh mendengar kabar kematian dirimu. Waktu itu Aku benar-benar kesal kepada Ayahku karena menganggap kematianmu di karenakan oleh dirinya. Bahkan hingga sekarang Aku masih menyalahkan Ayahku atas kematianmu saat itu.

Author P.O.V

Sesaat setelah kedatangan murid perempuan itu, tiba-tiba saja terdengar suara serak seorang pria dari balik pintu kelas.

Iida, Midoriya, dan anak perempuan itu nampak terkejut karena mendapati kemunculan pria itu secara mendadak.

Saat pria itu memasuki ruang kelas, (Nama) akhirnya bisa melihat dengan jelas sosok yang sebelumnya hanya bisa didengar suaranya saja olehnya.

"Aku beri waktu 8 detik untuk tenang." Ucapnya kepada semua dengan wajah lesu. "Hidup ini singkat, Nak. Kalian semua kekurangan akal sehat."

"Kau lah yang kekurangan akal sehat." Batin (Nama) sambil memasang senyum tipis.

"Aku adalah wali kelas kalian, Aizawa Shouta. Senang bertemu kalian." Sambung pria itu lagi yang tak lain adalah wali kelas baru (Nama) di sekolah ini.

Dia tidak nampak seperti orang baik pikir (Nama), tapi ada pepatah bahwa tidak baik menilai orang dari luarnya saja. Lagipula guru-guru di sekolah ini adalah seorang pahlawan pro, jadi (Nama) bisa menganggap mereka sama halnya dengan Endeavor (paman Enji). Walaupun mempunyai kepribadian yang buruk, mereka tetaplah seorang pahlawan.

Tak lama setelah Aizawa sensei menyelesaikan kalimatnya, ia lalu merogoh isi kantung ulat yang sedang ia bawa. Ia lalu mengeluarkan sebuah pakaian dan memberikannya kepada Midoriya.

"Cepat, pakai ini. Kemudian pergilah ke lapangan." Titahnya.

"Apakah itu pakaian olahraga? Bagus juga modelnya." Batin (Nama) lagi sambil mengamati secara rinci pakaian itu dari kejauhan.

"Sebenarnya apa yang akan kita lakukan setelah memakai pakaian itu? Ke lapangan? Untung apa?" Gumam (Nama) pelan, penuh dengan tanda tanya.










Bersambung .....

I am Sorry [Todoroki X Reader] (End)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon