First Date, But...

Mulai dari awal
                                    

"Aku bercanda tahu. Mau banget peluk Mas Re sebenarnya." ucap Rheva.

Senyum Rega terbentuk. Ia lalu membalas pelukan Rheva dengan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Rheva. "I miss you, Rhe." ucapnya pelan.

"I miss you too, Mas Re." sahut Rheva dengan kekehan. "Mas, kita mau pelukan sampai kapan di parkiran gini? Mau sampai diusir sama satpam?" tanyanya.

Rega tertawa pelan lalu melepaskan pelukannya. "Kamu mau makan apa?"

"Liat-liat aja dulu apa yang bikin menggugah selera. Soalnya aku lagi nggak kepengen makan apa-apa." jawab Rheva sambil tersenyum.

Sepasang kekasih itu lalu berjalan dengan bergandengan tangan. Keduanya tampak sesekali tertawa disela-sela obrolan mereka saat mengelilingi mall. Hingga akhirnya mereka memilih sushi sebagai makan malam yang akan mengisi perut mereka.

"Rhe," panggil Rega ketika mereka sedang menyantap sushi.

Rheva mengalihkan pandangannya pada Rega. "Hadir," candanya dengan senyuman menyahuti ucapan Rega. "Kenapa Mas Re, ku?"

Laki-laki itu tertawa pelan. "Gapapa. Cuma mau panggil aja." jawab Rega.

"Kayak lagi absen murid aja, Mas." ucap Rheva.

"Jadi pacar Mas selama dua minggu ini, bosenin nggak?" tanya Rega akhirnya setelah ia menelan suapan sushi-nya.

Mendengar pertanyaan Rega barusan membuat Rheva menghentikan makannya dan menatap sang pacar dengan kesal. "Aku dapet berapa poin kalau jawab pertanyaan Mas Re?" tanyanya balik.

Hal itu membuat Rega gemas dengan wajah kesal Rheva yang terpampang di hadapannya saat ini.

"Seribu poin. Bisa kamu tukar untuk beli apapun yang ingin kamu beli." jawab Rega dengan senyuman manis.

Rheva menompang dagunya dengan tangan. "Oke kalau gitu. Penawaran yang menarik." ucap Rheva. "Kalau Mas Re tanya kayak gitu karena Mas yang flat, jawabannya nggak. Harusnya Mas kasih pertanyaan ke aku tuh bukan itu. Tapi, jadi pacarnya Mas Rega harus punya stok sabar yang banyak apa nggak, buat nggak ketemu selama berminggu-minggu."

Rega mengacak rambut Rheva dengan gemas. "Tapi stok sabar kamu banyak, kan?"

"Dari sebelum pacaran sama Mas Re, aku udah tahu konsekuensi pacaran sama orang sibuk kayak Mas. Jadi tenang aja, stok sabar aku banyak." jawab Rheva dengan santai lalu meneguk minumannya.

Ucapan Rheva barusan membuat Rega tertarik, lalu muncul ide usil. "Kayaknya kamu udah mempersiapkan diri banget ya, buat jadi pacarnya Mas." ledek Rega.

Hal itu membuat Rheva menatap Rega dengan kesal. "Nggak gitu, Mas Re. Pede banget!"

"Hmm, Mas sekarang paham ternyata ada yang diam-diam nungguin ditembak."

"Ih, nggak gitu..."

"Kalau nggak gitu, berarti nggak salah lagi. Mas paham, Rhe."

Pandangan mereka masih bertemu. "Mas!"

"Apa sayang?" sahut Rega yang membuat Rheva menahan napasnya.

Wajah Rheva langsung memerah ketika Rega tak henti-hentinya menggoda dirinya. Ditambah lagi, for the first time dan secara langsung ia mendengar Rega memanggilnya dengan sebutan sayang! Terdengar cheesy mungkin, namun Rega memiliki nada yang benar-benar berbeda ketika menggilnya sayang. Iya, berbeda karena laki-laki itu hanya menggunakan wajah cool dan flat-nya serta suara yang terdengar manis walaupun lebih terdengar flat, sih. Tapi sukses membuat jantung Rheva berdebar kencang dan membuat gadis itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangan.

Setelah Mendung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang