First Date, But...

3.8K 357 9
                                    

Hari jumat tiba!

Kalimat yang akhirnya bisa Rheva ucapkan juga setelah ia sibuk dengan pekerjaanya sejak hari senin. Hari ini juga, akhirnya ia bisa bertemu dengan Rega juga. Dengan wajah riang, Rheva melangkah keluar dari lift untuk menuju lobby menunggu Rega yang akan menjemputnya sore ini.

"Cerah banget itu muka, Neng. Kayak anak TK habis dapet permen sama cokelat aja." celetuk Gian yang berjalan di sebelahnya.

Rheva menoleh sejenak. "Iya dong, akhirnya gue bisa nge-date juga sama cowok gue." ucapnya.

Gian tersenyum geli. "Sombong lo sekarang ya, mentang-mentang udah punya pacar. Dulu gue tembak, malah ditolak. Sad but-yaudah lah ya, lupain aja." ujarnya seraya tertawa.

Lantas, hal itu membuat Rheva tersenyum. "Omong-omong, lo lagi deket sama Savina si anak baru itu, ya?" godanya.

Tatapan Gian langsung penasaran. "Gosip darimana, tuh? Rhe, lo sekarang jadi ikut rumpi ya, di kantor." tuduhnya.

"Eh, sembarangan! Lo nggak sadar memangnya kalau anak-anak di divisi kita sering perhatiin lo berdua pulang bareng." ucap Rheva membela diri, padahal memang benar ia ikut bergosip tadi siang.

"Duh, kayak selebritis deh gue lama-lama! Pulang bareng aja digosipin lagi deket. Besok gue jemput dia, gue digosipin pacaran lagi." sungut Gian.

Rheva tertawa geli. "Silahkan klarifikasi ke anak-anak satu divisi kalau begitu, Bapak Gian. Saya mau nge-date dulu karena pacar saya sudah jemput. Mari." ucapnya lalu berlari menuju mobil Rega yang baru saja masuk.

Begitu Rheva masuk ke dalam mobil Rega, laki-laki itu langsung menyambutnya dengan senyuman.

"Hai," sapa Rega.

Rheva balas tersenyum. "Hai," sapanya.

Rega lalu melebarkan tangannya. "Nggak mau peluk, udah dua minggu lebih nggak ketemu?" tanya Rega usil.

Gadis itu memalingkan wajahnya. "Nggak tuh," jawabnya.

Lantas, Rega memutar tubuhnya kembali menghadap stir. "Oke." balasnya datar kemudian mengemudikan mobilnya. "Mau makan dimana jadinya?" ia bertanya masih dengan nada datarnya.

"Sency aja, ada yang mau aku beli juga disana." jawab Rheva.

"Hmm, oke." sahut Rega tanpa menoleh pada Rheva.

Diam-diam, Rheva sebisa mungkin menahan tawanya agar tak meledak. Ia tahu, pasti Rega tidak menyadari jika dirinya sedang mengerjainya. Sengaja memang Rheva mengerjai Rega yang membuat wajah laki-laki itu sukses semakin datar. Sudah datar, makin datar. Tapi tak mengurangi ketampanan Rega, sih.

Sepanjang jalan dan sampai di tempat tujuan mereka pun, Rega tak mengeluarkan suara sama sekali. Membuat Rheva sedikit khawatir jika pacarnya itu benar-benar badmood karenanya. Keduanya juga tak berjalan dengan bergandengan tangan ketika turun dari mobil, walaupun beriringan. Rega malah sibuk memainkan ponselnya yang membuat Rheva akhirnya melingkarkan tangannya di lengan kanan Rega.

"Mas Re..." panggil Rheva.

"Hmm?"

Cup

Rheva mengecup pipi Rega cepat. Membuat Rega mengalihkan pandangannya, menatap Rheva yang memasang cengiran.

"Kayaknya mandangin HP lebih menarik, ya, dibanding lihat pacarnya yang udah dua minggu lebih ini nggak ketemu?" goda Rheva. "Nggak kangen?"

Rega memasukan ponselnya kedalam saku celana. "Nggak tuh." sahutnya.

Rheva menghentikan langkahnya yang membuat Rega juga berhenti. Gadis itu kemudian memeluk Rega erat dan menenggelamkan wajahnya di dada Rega.

Setelah Mendung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang