Sebuah Kebetulan

3.6K 347 16
                                    

Love at first sight.

Kalimat yang tak pernah Rega tahu bagaimana rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama selama hidupnya. Hingga saat ini, ia baru mengetahui rasanya jatuh cinta pada pandagan pertama dengan seorang perempuan. Lucunya lagi, Rega selalu merasa ingin tersenyum ketika berhadapan atau sedang beesama gadis itu.

Rheva Agatha Pratama.

Nama gadis yang wajahnya selalu berputar dibenaknya. Gadis berkebaya biru yang ia temui di lift hotel ketika ia akan menghadiri acara resepsi pernikahan adiknya. Dan gadis yang ternayata sahabat dari adik iparnya sejak empat belas tahun yang lalu. Rega menyadari jika dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Rheva, ketika ia melihat senyuman dan tatapan dari gadis itu. Ada yang berbeda. Ada yang membuat jantungnya kembali berdebar seperti ketika ia jatuh cinta pada seseorang di masa lalunya.

Dan lucunya lagi, Rega selalu berdoa semoga Rheva menjadi miliknya. Sedalam itu Rega jatuh cinta dengan Rheva.

"Dok, pasien hari ini sudah semua, ya." ujar seorang suster dari pintu.

Lamunan Rega buyar saat mendengar ucapan suster tersebut. Membuat Rega berdeham sejenak, lalu mengangguk pada suster tersebut.

"Oke sus. Terimakasih." sahut Rega lalu beranjak dari kursinya.

Suster yang berada di pintu, melangkah masuk ke dalam untuk mengambil beberapa berkas yang harus dibawanya. "Sama-sama dok." ucapnya seraya tersenyum.

Begitu selesai merapikan barangnya, Rega bergegas keluar dari ruangannya dan berjalan keluar dari rumah sakit. Gerimis kecil langsung menyambut Rega sore ini ketika ia keluar. Laki-laki itu kemudian menutupi kepalanya dengan kedua tangannya dan berlari kecil menuju mobilnya.

Disaat malam tahun baru saat ini banyak orang yang menghabiskan waktu untuk merayakan dan berlibur, entah itu keluar kota atau keluar negeri, berbeda dengan Rega yang baru saja selesai praktik.

Rega menyalakan mesin mobilnya, lalu mengemudikan mobilnya keluar dari area prakir hingga akhirnya meninggalkan rumah sakit. Baru beberapa menit ia mengemudikan mobilnya, hujan dengan derasnnya turun. Membuat Rega menurunkan kecepatan mobilnya. Ketika ia berada di lampu merah, ponselnya berbunyi. Sebuah telpon masuk dari sang Mama.

Mama calling...

"Halo, Ma?" ucap Rega saat mengangkat telpon.

"Halo, Mas. Masih di rumah sakit?" tanya Olive, sang Mama dengan nada lembut.

Senyuman Rega terbentuk mendengarnya. "Udah di jalan pulang kok, Ma. Kenapa?" balasnya dengan nada tak kalah lembut.

"Mama mau minta tolong titip beli bahan-bahan dan barang yang Mama udah list ya, di supermarket. Nanti Mama kirim list-nya apa aja yang harus Mas Rega beli. Itu semua untuk acara BBQ di rumah. Kebetulan sudara-saudara serta adik kamu mau dateng ke rumah buat tahu  baruan di sini."

"Oke, Ma. Kirim aja ya, nanti Rega beliin. Rega nyetir dulu ya, Ma."

"Oke sayang, makasih ya. Hati-hati di jalan juga. Bye Mas Rega."

TUUT

Sambungan telpon terputus. Rega kemudian menuju supermarket yang berada tak jauh dari rumah sakit tempatnya ia praktik untuk membeli semua titipan sang Mama.

Lumayan banyak yang harus ia beli ketika ia membaca list yang dikirimkan. Dengan satu tangan mendorong troli dan satu tangan lagi membaca list, Rega berjalan menulusuri supermarket untuk mencari barang yang baru ia baca. Untung saja ia sudah terlalu familier dengan barang-barang yang harus dibeli, jadinya Rega tak perlu susah payah mencari atau bertanya.

Setelah Mendung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang