Ari memilih untuk melepaskan tangannya dari wajah Aira, dan menjauh. Aira begitu kecewa dengan suaminya itu.

_____

"Halo, assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumus salam," balas Ari. "Madza?"

"Tolong belikan.."

"Bil lughah arabiyah," ujar Ari.

Aira yang mendengarnya dibalik telfon menjadi sebal. Bisa-bisanya disaat genting seperti ini ia meminta istrinya itu berbahasa Arab.

"Aku lupa bahasa Arabnya.."

"Satu poin.." kata Ari dengan girangnya.

Di seberang sana Aira berdecak sebal.

"Buka kamus kan bisa.."

"Aku nggak sempat buka kamus..." Nada bicara Aira terdengar semakin kesal saja, namun Ari malah terkekeh geli.

"Dua poin. Makin banyak kamu bicara makin banyak poin pelanggaran kamu,"

Aira mendengus kesal. Tangannya sudah mengepal. "Tolong belikan pembalut wanita. Jangan lama. Dasar suami kejam ngeselin. Sok tegas. Aku tunggu di rumah. Jangan lupa belikan pesanan aku," belum sempat Ari menjawab, sambungan telepon sudah dimatikan sepihak oleh Aira.

"Lima poin...." ujar Ari sambil menatap hpnya. Ari tidak main-main, dia mengirimkan itu lewat pesan suara di WhatsApp.

Aira yang mendengar suara Ari lewat pesan suara itu mendengus kasar. Ia melemparkan ponselnya di atas ranjang lalu ikut menghempaskan tubuhnya ke sana. Ia tidak peduli hukuman apa yang akan diberikan suaminya padanya nanti, yang jelas saat ini emosinya sedang tidak stabil. Ia tidur menyamping dan memegang perutnya yang nyeri.

Tak lama kemudian suara motor gede milik Ari terdengar. Aira memejamkan matanya pura-pura tidur.

Ari memasuki kamar mereka dan tersenyum menatap istrinya yang sedang berbaring membelakanginya.

"Aku tahu kamu pura-pura tidur," ujar Ari. Ia tidak berbohong, karena di kamar ini terpasang CCTV yang tidak diketahui Aira. CCTV tersebut langsung terkoneksi ke ponselnya.

"Cepat bangun! suami kejammu ini ingin menghukummu,"

"Dasar suami yang gak punya hati," ucap istrinya setelah bangun.

"Wow.. so sweet..." balas Ari dengan manjanya. Ari duduk di hadapan sang istri dengan jarak yang begitu dekat. Ia memegang rahang Aira dengan kasar lalu menariknya semakin dekat dengannya dan meminta untuk menatapnya.

"Tadi pagi kamu tanya, apa aku cinta sama kamu?" sepertinya sudah begitu jelas ya, betapa aku mencintaimu," ujar Ari dengan senyum sarkastik.

"Kamu tahu, semakin kamu ngelunjak, aku akan semakin menghukum kamu," tambahnya lagi seraya menekan dagu istrinya itu sampai ia mengaduh kesakitan.

Aira sama sekali tidak rela untuk mengeluarkan air matanya itu. Sakit di perutnya tidak ada apa-apanya dibandingkan sakit hatinya.

"Kamu psikopat ya?" Aira membuka suara.

"Kurang lebih,"

"Aku sama sekali nggak nyangka, orang yang dikagumi oleh sebagian besar akhwat di kampus rupanya memiliki watak seburuk ini," ujar Aira kemudian.

Manajemen Rumah Tangga ✔Where stories live. Discover now