P r o l o g

1.5K 119 9
                                    

4 Juni 2017

Seperti biasa, kelima pemuda itu tengah bergurau di atas dipan kayu sembari menyesap secangkir kopi dan menunggu senja datang. Perbedaan umur tak menjadi halangan untuk mereka bersahabat, itulah Panca Teruna. Kelima sahabat yang di pertemukan saat menghadiri selametan kepala desa. Hingga Panca Teruna bersua, begitu katanya.

"Bang, ayo pulang. Udah mau magrib," ucap pemuda mungil tersebut sembari menutupi rasa tidak enak yang tiba-tiba datang. Keempat pemuda itu sontak menoleh dan menganggukkan kepala. Mereka tahu, orang tua Beomgyu sangat taat dan tegas jika anaknya pulang terlambat.

Mereka berlima pulang menuju rumah masing-masing yang kebetulan satu kompleks dan satu arah. Sedari tadi Beomgyu tampak gelisah. Pemuda lainnya berpikir jika ia hanya takut dimarahi, namun sebagai yang tertua Yeonjun akan mengayomi pemuda yang lebih muda darinya.

"Lu kenapa gyu?" tanya Yeonjun. Yang ditanya menolehkan kepalanya.

"Gak apa-apa, bang. Gyu takut kena marah sama abah."

"Tenang, bilang aja abis salat di masjid. Ntar gua yang ngomong," ucap yang tertua sembari melihat langit yang sudah tampak gelap. Tidak lama adzan berkumandang. Panca teruna tersebut berniat salat berjamaah terlebih dahulu sebelum pulang.

───

Setelah selesai, mereka melanjutkan pulang yang hanya berjarak beberapa blok lagi. Pemuda bernama Taehyun merasakan ada yang aneh terhadap pijakan kakinya. Hanya ia yang menyadari di antara mereka. Taehyun memang di kenal sebagai anak yang kalem dan peka terhadap sekitarnya. Melihat yang lainnya terlihat biasa saja, Taehyun kembali melanjutkan perjalanannya. Mungkin hanya perasaannya saja, pikirnya.

Seketika semua warga keluar dari rumah mereka. Kelima pemuda itu pun sama paniknya. Yang tertua menginterupsi para adiknya agar tidak panik. Mereka berlari menuju rumahnya masing-masing untuk memastikan seluruh keluarganya selamat. Namun, rumah mereka kosong. Mereka kembali berpencar untuk mencari keluarganya, namun tidak kunjung bersua.

"Bang! Abah sama emak gak ada di rumah," ucap Beomgyu panik. Soobin, Huening dan Taehyun datang karena mendengar teriakan Beomgyu yang frustasi.

"Keluarga gua juga gak ada bang, terus kita harus kemana?" Kata pemuda bule itu. Taehyun menarik Huening karena bangunan di sampingnya akan retak.

"Keluarga gue juga gak ada. Kita harus tetep tenang, oke? Mungkin mereka udah pergi ke tempat pengungsian."

Mereka berlari sesekali terjatuh mencari tempat yang paling aman. Sementara itu, bumi yang mereka pijak terus bergoyang. Mungkin semesta sedang marah akan kerusakan yang manusia perbuat. Karena kompleks mereka padat perumahan yang berdekatan, mereka sesekali tertimpa kerikil dari bangunan yang hampir roboh.

"Bin awas!" Yeonjun menarik Soobin yang memang berlari paling depan. Di depannya kini banyak rumah yang sudah roboh. Untung saja Yeonjun dengan cepat menarik Soobin. Tetapi, Beomgyu yang berlari paling akhir tertimpa tiang bangunan, menyebabkan kakinya terjebak.

"Bang, tolongin ...." lirihnya menahan sakit karena kakinya tertancap paku tiang yang menimpanya. Mereka segera menghampirinya dan membantu mengangkat tiang itu dengan susah payah karena tiang bangunan itu sangat besar dan berat.

"Ayo cepet tolong Beomgyu, bangunan di sini bentar lagi roboh," ucap Taehyun sambil melihat ke tembok bangunan di sampingnya yang mulai retak.

Namun malang, bumi berguncang makin kencang. Bangunan di samping mereka sudah rapuh. Belum sempat melarikan diri, semesta membiarkan panca teruna itu di telan oleh bumi. Membiarkan panca teruna di dekap oleh duka.















S T R E E T
─ @Linonibugi, 2020.

 Chronicles Of The Door✔ [TERBIT]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon