WWC - 17

1.7K 154 20
                                    

"Adib, Keisha, congrats ya buat tunangannya. Semoga dilancarkan hingga hari H," kata Kyna pada Adib dan Adara Keisha Nataprawira, tunangan pria itu.

Adib tersenyum dan membalas Kyna, "Sama-sama, sodara. Lo juga semoga cepet nyusul, ya. Gue nggak sabar hadir di acara lamaran, tunangan, atau nikahan lo. Kira-kira siapa laki-laki yang beruntung itu—laki-laki yang bikin Kyna Damara head over heels in love?"

Kyna tertawa canggung. "Soon lah setelah lo," katanya dengan yakin. "Doain prospekan gue cepet peka aja," pintanya dengan serius.

"Pasti, sis..." jawab Adib dengan semangat.

Di tengah obrolan ringan Kyna dengan Adib dan Keisha, Abram tiba-tiba muncul sambil membawa minuman di tangan kirinya. Ia pun dengan cepat menjabat tangan Adib, "Bro, congrats, ya! Cepet juga progresnya, padahal beberapa bulan yang lalu lo masih galau—maju-mundur ganteng buat lamar anak orang. Eh, sekarang udah tunangan aja," ujarnya.

"Maklum, harus istikharah dulu. Menikah kan sebuah peralihan tanggung jawab. Jadi, nggak boleh asal," jawab Adib bijak, "Ya, nggak, sayang?" Adib menyenggol Keisha dan bertanya pada tunangannya itu.

"Ehei... bener sayang," jawab Keisha dengan senyum kecil yang tercetak di bibirnya.

"I'm happy for you guys..." kata Abram sekali lagi. "Gue ke papa dulu, ya," izinnya kemudian.

Adib mengerutkan dahinya. "Lah? Gue kira lo mau ngobrol-ngobrol dulu—"

"Sorry, ini tadi mau jemput Kyna diminta Papa. Nggak tau deh kenapa," jelas Abram. Pria itu pun dengan cepat meraih tangan kiri Kyna yang terbebas. "Gue bawa sodara lo dulu, ya... talk to you later," kata Abram cepat sambil menarik Kyna menjauh dari Adib dan Keisha.

"Abram-Zachary-Califf-Tehandradja, tangan gue!" ujar Kyna dengan emosional. "Lo bisa nggak sih ngomong baik-baik tanpa harus tarik gue kayak gini. Gue bukan tali tarik tambang, pinter?!"

Mendengar ucapan Kyna yang syarat emosi, Abram pun langsung melepas cekalan tangannya pada tangan Kyna. "Sorry, buru-buru," jawabnya. "Kalau nggak ditarik, entar lo banyak nanya," tambah Abram dengan senyum jahil.

"Aneh, lo!" kata Kyna dengan sinis. Ia lalu menyilangkan kedua tangannya di dada. "Lo nggak ada baik-baiknya sama gue, heran," sindirnya, "yang berwibawa kek jadi orang. Lo itu tambah mature, bukannya makin baik, tapi malah makin jengkelin. Bisa nggak sih lo nggak bikin gue kesal dan marah sehari aja?!"

"Terserah lo mengasumsikan gue seperti apa. No comment. Yang terpenting sekarang lo ikut gue. Pak Damara pengen ketemu sama lo—maksudnya kita," jelasnya. "Let's go!" ajak Abram dengan semangat.

"Hah?! Nyebelin banget sih lo, Bram!" gerutu Kyna sambil mengikuti langkah Abram dengan malas.

*

Abram dan Kyna bertemu dengan Hardjanto Damara di dekat kolam renang hotel—tempat dilangsungkannya pertunangan Adib dan Keisha. Hotel tersebut tampak asri dengan pemandangan bukit di sekelilingnya.

"Papa..." Kyna menyapa Hardjanto Damara yang sedang asik menyesap teh hangatnya sembari menikmati pemandangan Bandung di sore hari.

Pria yang masih terlihat sangat tampan di usia yang hampir kepala enam itu lalu menjawab, "Ya, sayang..." dan membalikkan badan.

"Kata Abram, Papa ingin ketemu sama aku. Ada apa?" tanya Kyna sopan.

Hardjanto meletakkan cangkirnya di atas meja dan berdiri. "Nggak ada yang penting banget. Papa cuma mau bilang kalau Papa balik duluan sama mama. Jadi, kalian stay di sini sampai acara Adib dan Keisha selesai. Kalian berdua jadi wakil keluarga kita, ya. Papa ada urusan di Jakarta."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When Women Commanded (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang