Vanilla nekad. Sudah beberapa malam Maddy meminta, namun Vanilla menolak. Alasannya, dia belum sedia. Namun saat ini Vanilla bersedia untuk bercinta dengan suaminya. Ivander sudah meringankan beban yang ditanggungnya. Rahsia yang berat untuk diungkapkannya pada suaminya hari ini sudah diketahui Maddy.

Vanilla mengambil keputusan untuk ke bilik air terlebih dahulu. Dia membersihkan setiap inci tubuhnya. Dia mahu tubuhnya bersih dan wangi, hanya untuk suami tercintanya.

Vanilla melepas semua pakaiannya. Semuanya, tidak ada secebis kain pun yang tinggal menutupi tubuhnya. Dia berdiri di hadapan cermin besar di dalam bilik mandi itu. Dia membelek tubuhnya. Aku begitu sempurna untuk suamiku, dia mengagumi dirinya dengan yakin.

Vanilla menapak keluar dari bilik mandi. Dia memandang ke arah tempat tidur. Maddy masih berbaring di situ. Keadaannya masih seperti tadi.

Perlahan, Vanilla naik ke tempat tidur. Dia masuk ke dalam selimut dan berbaring di samping suaminya. Maddy tidak bergerak sedikitpun meski katil sedikit bergoyang akibat pergerakan Vanilla.

"Maddy," Vanilla menarik lengan Maddy yang menutupi matanya.

"Kekasih lamamu sudah di bawa ke hospital?" pertanyaannya berbau cemburu.

"Sudah," Vanilla menjawab lembut.

"Seronok bertemu kekasih lama?" dia bertanya lagi. Api cemburunya belum padam.

" Tentu tidak.. Tapi aku mahu menemukan kekasih yang sudah lama merindu. Sudah beberapa malam sang teruna minta bertemu, tapi si dara belum sudi. Jadi, hari ini aku akan mempertemukan mereka," Vanilla berkias. Dia menarik tangan Maddy, membawanya menyentuh sesuatu yang sudah basah di bawah sana.

" Vanilla... " Maddy menahan nafas. Matanya terbuka luas. Dia bingkas duduk dan menarik selimut yang menutupi tubuh telanjang Vanilla.

" Vanilla...," Maddy menelan liur berulang kali saat matanya memandang pada Vanilla. Vanilla tersenyum dan ikut duduk menghadap suaminya. Jemarinya dengan pantas melucutkan baju yang dipakai Maddy.

"Aku tidak mahu ada apapun penghalang di antara kita," Vanilla cuba membuka tali pinggang Maddy.

"Biar aku," Maddy menahan tangannya. Matanya tidak lepas dari memandang isterinya. Tidak menunggu lama, Maddy juga sudah tidak memakai apa-apa.

"Touch me, love," pinta Vanilla. Dia berbaring, membuka dirinya pada Maddy. Maddy tidak terkata apa-apa. Dia menindih tubuh Vanilla.

"I need you, Vanilla," dia melumat bibir Vanilla, lama dan dalam. Jemarinya memilin puting Vanilla.

"Ahhh.. Maddy," Vanilla mengelinjang. Ciuman Maddy turun ke leher Vanilla. Mencium, menjilat dan menggigit lembut. Vanilla mengerang.

" I need you, Maddy. Now!" suara serak Vanilla meminta tanpa malu. Dia memeluk tubuh Maddy erat. Tubuhnya sudah berdenyut, menunggu Maddy menghilangkan denyutan itu.

"Belum, sayang," Maddy turun lebih ke bawah hingga menemukan bukit kembar Vanilla yang menjulang indah.

"You look so beautiful," dia menatap lama. Kemudian lidahnya menyentuh puting Vanilla dan memilin puting itu dengan lidahnya.

"Please, Maddy. Now, please!" Maddy tersenyum. Senjatanya sudah siap untuk bertarung, namun dia masih ingin menggoda Vanilla.

"Not yet, honey! Not yet!" Tubuh Vanilla mengelinjang hebat saat Maddy mengulum dan menghisap dadanya.

"Maddy.." Vanilla mendesahkan namanya berulang kali. Semakin lama Maddy menahan, Vanilla semakin tersiksa.

"I will give you what you want, honey," Maddy membuka paha Vanilla. Dia menatap mata Vanilla sambil membenamkan dirinya jauh ke dalam tubuh Vanilla.

"Ahhh.. Maddy.."

"I love you, honey! I love you!" Maddy menggerakkan tubuhnya di atas tubuh Vanilla. Semakin lama semakin tidak terkawal. Vanilla mendesah, memejamkan matanya. Kedua tangannya mencengkam erat tubuh Maddy. Kedua kakinya membelit pinggang suaminya.

"Maddy...,"

"Ya, sayang..."

"Aku mahu hamil lagi," Vanilla memberikan signal. Maddy menghentikan gerakannya seketika. Dia menatap Vanilla lama tanpa mengatakan apapun. Reaksinya membuat beberapa butir air mata Vanilla jatuh. Mungkin lelaki itu tidak mahu dia mengandungkan anaknya lagi, fikirnya.

Namun, reaksi Maddy tidak seperti yang dijangkakan Vanilla. Maddy mengucup bibir Vanilla sambil menekan tubuhnya lebih dalam dan menyemburkan benihnya ke dalam rahim Vanilla.

"Semoga dia tumbuh sihat di dalam rahimmu, sayang," Maddy berbisik. Jemarinya mengusap air mata di pipi Vanilla.

"I love you," bisik Vanilla tersenyum manis.

"I love you more," balas Maddy kembali mengucup bibir isterinya.

Vote dan komen.
Selamat membaca.

Tbc...

Please, Release Me ✔️Where stories live. Discover now