29🎀

84 6 0
                                    

2 hari setelah kepergian a Dzaki. Tanpa pamit tanpa berkata sepatah kata ia pergi begitu saja.

Aku masih memikirkan keadaan a Dzaki disana. Apa a Dzaki makan dengan teratur?
Apa a Dzaki beristirahat dengan cukup?
Apa semua kebutuhannya tercukupi?

Oh! Untuk yg satu itu aku hampir lupa siapa keluarga Alfarizi yg bisa melakukan apapun hanya dengan kedipan mata.

Pagi ini kepalaku terasa sangat pusing bahkan aku hampir saja tidak bisa bangun dari ranjangku kalau saja tak memaksanya.

Melihat kalender disamping ranjangku yang menunjukkan bahwa hari dan tanggal sudah memasuki bulan Juli yang artinya kehamilan sudah benar benar memasuki bulan akhir.

Bayangkan wahai para ibu ibu. Dibulan terakhir kehamilan kalian jalani  tanpa suami yang masih sibuk berkutat di negeri orang.

Aku mengelus pelan perutku yang sudah benar benar membuncit dan badanku yg mulai gemuk.

Sebentar?

Apa karena fisikku berubah a Dzaki jadi ga betah disisiku.

Ga mungkin sih tapi,

Entahlah.

"Bentar lagi keluar ya dek, bunda sama ayah kangen nih"

"Nanti kamu jangan nakal ya.. buruan keluar bunda kesepian disini" ucapku lirih dengan mata yg sudah basah menanggalkan setiap air mata.

Dengan badan yg luar biasa hebat gemetar aku melangkah keluar kamar untuk melihat keadaan diluar barangkali ada seorang anggota keluarga dibawah sana.

Tapi nihil, meskipun aku sudah duduk didepan meja makan namun tak seorang keluarga ku ada disana.

Para pembantu sudah mulai menyiapkan sarapan untukku, sebenarnya sudah siap tapi mereka tak berani meletakkannya di meja makan sebelum aku keluar karena ga setiap pagi aku mau turun dan sarapan di meja makan.

Sambil menunggu semuanya dihidangkan aku pun hanya merenung.  Hingga beberapa kali aku mendengar gunjingan dari pembantuku sendiri.

"Kasian ya Non Anna, diacuhin sama suami sendiri. Kalo itu aku sih udah aku gugat tuh"

"Huss, ngomong apa sih ga sopan"

Aku menitikkan air mata itu lagi sembari memakan makanan yg hambar rasanya di mulutku. Dan mendengar mereka mempergunjingkan pernikahan ku.

Dadaku sesak, nafasku sudah tak teratur, kepalaku semakin pusing,
aku sudah tak berminat untuk makan lagi tapi air mata ku terus terusan menetes tanpa henti hingga akhirnya pandangku memudar.

...

"Udah sadar?"

Sebuah pertanyaan yang menyambutku setelah ketidaksadaran ku.

Aku memandang sekelilingku, ruangan serba putih, sudah jelas sekarang aku ada dirumah sakit.

Aku menoleh ke arah samping.
Terlihat seluruh keluargaku ada disini dan bahkan beberapa pembantuku, mungkin mereka yang menolongku. Dan disamping ku,
Jangan terlalu berharap,

Mbk Rena yang ada disana. Ia menggenggam erat tanganku yg terbebas dari infus. Raut wajahnya keliatan khawatir aku sendiri ga tau kenapa.

Aku melihat lagi ke arah dua keluarga yang sedang duduk disana, tampak jelas terasa kecanggungan diantara keduanya.

Kak Sena mendatangiku, memberikan Ara pada mbk Rena dan menyuruhnya untuk istirahat. Katanya aku pingsan sehari semalam, bahkan jika pagi ini aku tidak sadar maka dokter akan menyatakan bahwa aku koma.

My Dzaki✔Where stories live. Discover now