27🎀

57 5 0
                                    

Usia kandunganku udah menginjak 6 bulan dan sejak satu bulan yg lalu aku ngerasain perubahan sifat a Dzaki. Ntah kenapa makin kesini aku ngerasa a Dzaki makin cuek sama aku.

Sekarang dia sering ngantor jarang dirumah bahkan pernah sampe keluar kota dan aku ditinggal sama mamah.

Sekarang kalo ngantor pulangnya malem terus ketika aku udah tidur trus berangkatnya pagi ketika aku blm bangun.

Aku ngerasa a Dzaki menghindar dari aku. Aku gk tau aku salah apa tapi yg jelas selama ini aku berusaha jadi istri yg baik buat a Dzaki.

Dan lagi hari ini, ketika aku membuka mataku ada mamah yang pertama kali aku liat di pagi hari yang seharusnya itu suamiku, a Dzaki.

Tapi aku ga keberatan selagi mamah juga ga keberatan nemenin aku. Padahal jarak rumah kita berdua lumayan jauh.

Kali ini pagi hari ku dihiasi tawa Ara, keponakanku yang cantik nan jelita.

"Mau apa sayang?" Tanya ku ke Ara yg sibuk ngeliatin satu persatu boneka dihadapannya. Boneka ini boneka ku. Maksudku yang aku belikan untuk Ara.

Meskipun usianya masih 4 bulan tapi kecantikan Ara udah keliatan.

Seolah emang udah ngasih tau kalo gedenya nanti Ara bakal secantik atau bahkan lebih cantik dari mamanya, mbk Rena.

Ara terlihat menunjuk sebuah boneka kelinci manis berwarna putih dengan hidung merah.

Ara nampak berusaha mendekatkan boneka itu ke perut buncitku.

Duh gemesin bgt si sayang :(

"Eh ngapain itu?" Tanya mbk Rena sambil bawain segelas susu ibu hamil buat aku.

"Ga tau tuh kenapa mbk" jawabku sekenanya.

"Kayanya Ara mau ngasih tau kalo anak kamu nantinya bakal seimut kelinci yg Ara pegang" ucap Mbk Rena berusaha menerawang perlakuan Ara ke aku maksudnya ke perutku.

Deg!

Eh

"Amiin mbk"

...

Malam tiba, udah jam 10 malam dan a Dzaki belum keliatan batang hidungnya.

Aku mulai khawatir padahal jam segini aku biasanya udah tidur. Tapi buat malem ini aku gk bisa dan aku gk tau kenapa, aku pengen banget nyelesaiin semua ini. Ntah aku atau a Dzaki yang salah.

Yang penting aku coba dulu ngomong sama dia.

Di jam segini aku ada di balkon kamar memandang ke bawah dan menyaksikan besi beroda empat itu memasuki gerbang utama rumah ini.

Tanpa supir sekalipun. Ya! Aku gapernah liat Mark supirin a Dzaki lagi, ya memang itu bukan pekerjaannya tapi--

"Kenapa masih diluar?"

Suara dingin itu, lagi. Suara yg aku rindukan, suara yang berubah seiring waktu, suara yg semakin mendingin setiap harinya, suara yang sangat jarang aku dengar.

Aku membalikkan badanku. Menatap pria yg kini tengah duduk di ranjang tanpa menghiraukan ku sama sekali. Sibuk melepaskan jas, dasi dan melipat kemejanya hingga sesiku.

Ini sudah biasa bagiku tapi kenapa ini lain rasanya.

"A"

Tak menjawab pertanyaan ku a Dzaki hanya menatapku lekat. Mata hitam yang selalu memujaku itu, aku tak menemukan apapun lagi didalamnya.

Aku duduk disampingnya.

"Kenapa?" Tanya ku

"Apanya?" Ucap a Dzaki balik bertanya bahkan tanpa menatapku.

"Tatap lawan bicaramu saat berucap" kata ku sedikit sarkas

A Dzaki terlihat menghela nafas dan menatapku.

"Kenapa? Kenapa tiba-tiba bilang kenapa?" Tanya a Dzaki.

Aku mengenyrit bingung mendengar pertanyaan a Dzaki.

"Kenapa a Dzaki berubah? Selama sebulan ini. Aa pikir aku ga ngerasa apa? Aku ga sebodoh itu a. Aku punya salah apa sampe a Dzaki ngelakuin hal ini sama aku? Aa udah bos---

"Sstt.."

A Dzaki memotong ucapan ku dan menaruh jari telunjuk didepan bibirku aku merasa seolah kata-kata ku tadi hanyalah sebuah omong kosong untuknya.

"Aku ngantuk mau tidur"

Tangisku menderu begitu saja. Aku tak tahan melihat semua ini.

A Dzaki bahkan gak lagi memanggil ku 'dek' atau apapun itu lah. Kami berdua sangat jarang berbicara. Ya, kami miss communication.

Tapi bukan soal hal itu melainka,
Diacuhkan suamiku sendiri. Itu sangat menyakitkan untuk ku yang tak biasa seperti ini.

Meski dalam diam aku berusaha menetralkan detak jantungku karena amarah yang mulai memuncak di ubun-ubun ku.

Aku bahkan sampai harus menghela nafas berkali-kali, kemudian beringsut tidur disamping laki-laki yang Ntah masih mencintai ku atau tidak.

Aku memejamkan mataku dengan segela perasaan yang berkecamuk di benakku. Aku tidak bisa tidur pasti tapi aku memaksanya.

Dan lagi setelah aku sampai di depan pintu gerbang alam mimpi ada hal yang menarikku dari sana dengan sangat cepat.

Aku merasakan sepasang tangan kekar melingkar di perut buncitku. Tangan itu, tangan yg aku rindukan, tangan hangat yg selalu menghapus air mataku itu malah kini membuatnya menitikkan air mata itu lagi.

"Maaf"

Gumaman seseorang dibelakangku, gumaman suamiku, suami yg sangat aku cintai ,suami yg perlahan berubah itu mengucapkan kata maaf.

Aku segera berbalik untuk memeluk laki-laki yang sangat aku sayangi itu.

Berharap hari esok akan lebih baik dari hari ini dan kemarin, berharap suamiku akan kembali menjadi orang yg hangat padaku.

Tapi kembali lagi pada kenyataannya, A Dzaki tak merubah apapun dari sikapnya.

Semenjak saat ini, semenjak hal ini terjadi aku tak pernah bisa hidup dengan tenang.

Tbc♡

MINGGU, 09 JANUARI 2020

My Dzaki✔Where stories live. Discover now