SS | Chapter 12

3.9K 248 17
                                    

Ditengah malam yang sunyi didalam kamar itu, suara isak tangis masih terdengar.
Wonwoo harus menunggu sedikit lebih lama sampai Sowon menghentikan isakan memilukannya yang membuat telinga Wonwoo yang mendengarnya terasa panas.
Pria itu tidak mencoba menenangkan Sowon atau menghentikan isakan Sowon dengan kata-kata manisnya, yang Wonwoo lakukan hanyalah mendekap Sowon se-erat mungkin.

Batas kekasaran Wonwoo hanya sampai ketika Sowon menangis, karena kalau Sowon sudah menangis itu artinya Ia harus berhenti, padahal Ia belum melakukan apapun, Sowon memaksa Wonwoo untuk berhenti dengan air matanya. Setiap Sowon menangis itu pasti karena Wonwoo, ya, Sowon selalu menangis untuk membuat Wonwoo berhenti karena jika tidak menangis meskipun Sowon memohon pun Wonwoo tidak akan peduli.

Jurus andalan Sowon adalah menangis kalau ia merasa tidak bisa membuat Wonwoo berhenti dengan kata-kata.

Sowon tidak masalah mau Wonwoo menciumnya dengan cara seperti apa atau kalaupun Wonwoo mau menidurinya sekarang juga Sowon tidak akan menolak, tapi tolong jangan bertindak terlalu dingin.
Sowon tidak dalam kondisi dimana Ia ingin menghadapi Wonwoo yang bertindak semaunya.
Kata-kata Wonwoo sebelumnya yang bilang kalau memaksa Sowon itu hal yang mudah, memang mudah karena Sowon juga hanya seorang wanita biasa yang bisa jatuh dengan ciuman dan sentuhan Pria nya kapan saja.
Tidak mudah menghadapi Wonwoo kalau Pria itu sudah tidak peduli meski Sowon menangis.
Tapi untungnya Wonwoo tidak sekejam itu.

Perlahan Wonwoo mengurai dekapannya untuk memeriksa semenyedihkan apa wajah Sowon. Sangat menyedihkan yang pasti tapi Sowon tidak membiarkan Wonwoo melihat wajahnya, Ia langsung memutar badannya sebelum Wonwoo sempat melihat wajahnya.

Lagi-lagi Sowon memunggunginya.
Tapi cermin lemari membantu Wonwoo memeriksa seperti apa wajah Sowon sekarang tanpa gadisnya itu sadari karena Ia sedang sibuk menghapus air matanya dan menghentikan segukannya.

"Kim Sowon terlihat menyedihkan sekarang," kata Wonwoo hampir berbisik di telinga Sowon.

Sowon berhenti menghapus air matanya dan menatap cermin yang terbentang didepan matanya yang memberitahunya kalau ucapan Wonwoo barusan tidak bohong.
Ia bahkan baru sadar kalau tangan Wonwoo melingkar di perut rata polosnya, sejak kapan tangan Pria itu berada disana?
Melihat penampilannya sendiri yang tidak memakai baju membuat Sowon mengalihkan pandangannya. Ia terlalu malu dengan cara Wonwoo melihatnya.

"Sebenarnya kau tidak perlu menangis untuk membuatku berhenti, itu terlalu kekanak-kanakan Kim Sowon!" Wonwoo berkata lagi di telinga Sowon, "Aku memaksamu karena Aku hanya ingin membuat mu melihatku, karena tadi kau berbicara tanpa menatap mataku,"

"Hati-hati dengan dengan kata 'Terserah' mu!" tambah Wonwoo lagi.

"Aku membencimu Jeon," balas Sowon dengan menatap mata Wonwoo melalui cermin.

"Benci aku sesukamu tapi jangan pernah mengabaikan aku," kata Wonwoo.

"Kau terlalu memaksa,"

"Itu cara kerjaku,"

"Dan kau tidak mau mengalah,"

"Well, soal dirimu Aku tidak mau mengalah,"

"Ini hanya soal dirimu, kalau memang soal diriku kau tidak akan melakukannya,"

"Seperti kau tidak mengenal diriku saja," ujar Wonwoo.

"Aku lelah kalau harus terus mengenal dirimu, ku pikir aku sudah cukup pengertian selama ini," ucap Sowon.

"Bukan cukup tapi terlalu pengertian," balas Wonwoo, "Aku sempat marah karena kau tidak percaya padaku, tapi Aku melihatnya dari sudut pandang lain,"

"Tapi kau selalu mengajakku bertengkar sebelum menyelesaikan masalah,"

"Sudah ku bilang itu cara kerjaku,"

The Secret Marriage  | Second StoryWhere stories live. Discover now