#part 1 : permulaan

18K 869 25
                                    

Seorang gadis tengah duduk di salah satu bangku yang terdapat di sebuah taman kota. Tangan kanannya tengah memutar-mutarkan ponsel genggam layaknya sebuah pensil.

"Apa-apaan ini! Tidak mungkin aku harus menikah, padahal aku ini, kan, masih muda!" gerutu gadis itu dalam hati.

"Aku bahkan berniat untuk jalan-jalan menjelajahi berbagai negara, tapi kenyataannya apa?! Hidupmu memang tidak seindah khayalan, Jennie."

Ya. Nama gadis itu tidak lain adalah Jennie. Dia beranjak dari bangku taman lalu berjalan malas menuju suatu tempat, sedangkan ponselnya sudah ia selipkan disaku celana.

"Bagaimana aku menikah dengan seseorang yang bahkan aku tidak mengenalnya sama sekali." Dia mendengus kesal, meratapi nasibnya yang sama sekali bukan bagian dari imajinasinya.

"Bagaimana kalo pria itu tidak sesuai dengan tipeku, atau jangan-jangan pria itu ahjussi yang sudah sangat tua." Jennie mulai panik dengan tebakannya sendiri yang belum tentu benar.

Tidak menghabiskan banyak waktu, dia sudah berada di tempat tujuannya, parkiran taman. Dihadapannya terparkir sebuah mobil berwarna hitam mengkilap. Jennie segera memasuki mobil itu dan melemparkan tas selempangannya tepat dibangku sebelah yang sedang ia duduki.

Beberapa menit kemudian. Mobil itu melaju menjauhi lahan parkir dengan kecepatan normal.

"Kuharap aku mendapatkan pria yang sesuai dengan impianku." Gumamnya lirih disela-sela tengah menyetir.

"Hm... Mungkinkah appa menjodohkanku dengan anak temannya?" Jennie terus menjalankan mobilnya, keadaan kota saat ini tidak terlalu ramai seperti hari-hari biasa. "Tapi, aku sama sekali tidak kenal dengan teman-teman appa!" Jennie prustasi, menurunkan garis bibirnya.

Drett...
Drett...

Ponsel Jennie tiba-tiba berdering di dalam saku celana. Mau tak mau ia harus mengambil ponselnya agar deringan itu berhenti menganggu dirinya yang kini sedang mengemudi.

Jennie mendecak saat mengetahui siapa yang memanggilnya. "Coba lihat, siapa yang menelfon." Gerutunya memberi jeda sedikit untuk membalas panggilan itu. Mood Jennie semakin memburuk.

"Anyaeong... " Jennie menjawab panggilan itu dengan suara yang datar.

"Jennie! Cepat pulang! Kau ingin Appa kenalkan pada seseorang." Suara pria paruh baya terdengar menjawab perkataan Jennie dari seberang sana. Pasti itu ayahnya.

"Hm... Pasti calon suami untukku." Tebak Jennie dengan suara malas.

"Ya, sepertinya kau sudah tahu. Jadi, cepat pulang!" tegas Ayahnya dengan suara yang lebih diperjelas.

"Arraseo." Jennie pun menghentikan panggilan itu dari sepihak. Setelah panggilan itu berakhir, ia langsung melemparkan ponselnya ke samping.

"Merepotkan!" Jennie mulai menginjak gas lalu mobil itu melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Kini, hanya keberuntungan saja yang akan melindungi Jennie dari tilangan polisi dan kecelakaan.

~♥M C F♥~

"Aku pulang!" Jennie memasuki rumah bercat putih mewah itu setelah sepasang sepatunya sudah ia lepas dan diganti dengan sendal yang bermotif lucu. Pakaiannya kusut dengan rambut yang sedikit berantakan, namun Jennie tidak peduli. Tas selempangan yang tadi dibawanya kini diseret oleh salah satunya dengan malas.

"Akhirnya kau pulang juga." Seorang pria paruh baya langsung menyambut Jennie saat tubuh Jennie sudah terlihat di pintu masuk. Tidak salah lagi. Dia adalah Ayah Jennie yang sebelumnya menelfon Jennie di dalam mobil.

My Cold FianceWhere stories live. Discover now