Prolog

89.3K 5.1K 31
                                    

Seorang gadis berjalan sambil merapatkan jaket yang menutupi seragam putih bagian atasnya. Berniat menutupi agar tidak ada yang tau bahwa dia membolos pun percuma, karena dari rok dongker yang dikenakannya menandakan bahwa dia masih murid sekolah menengah pertama.

Gadis itu memilih untuk menunda pulang kerumah. Percuma pulang pun, nanti yang ada Bapak dan Ibu akan datang ke sekolah karena melihat keadaannya dan hal itu malah membuat keadaan semakin sulit.

Bangku taman banyak yang basah, akibat hujan semalam. Dimana dia akan duduk? Gadis itu melihat sekeliling.

Bangku dibawah pohon itu! Tapi sudah ada yang mendudukinya. Seorang laki-laki yang terlihat sibuk dengan laptop dipangkuannya. Mungkin laki-laki itu tidak akan lama.

"Kak, aku duduk disini ya?" Gadis itu bertanya yang membuat laki-laki itu mengangkat wajah. Anak sekolah menengah pertama? Berkeliaran di jam sembilan pagi di hari senin?

"Kamu bolos?" tanya laki-laki itu tidak suka. Gadis itu menganggukkan kepala sambil duduk disebelah pria itu.

"Gimana mau naik kelas kalau kerjaan kamu bolos?" Laki-laki itu tidak tertarik lagi untuk melanjutkan mengerjakan tugas kuliahnya yang memang akan dikumpulkan seminggu lagi. Kehadiran gadis ini tiba-tiba membuatnya kehilangan minat.

"Kakak sendiri, pasti bolos juga kan? Tapi bolos pintar, dengan ganti seragam sama pakaian santai. Oh, biar kayak anak kuliahan kan?"

Laki-laki itu tersedak. Memangnya dia masih terlihat seperti anak sekolahan? "Hei adik kecil. Aku memang sudah kuliah, bukan bocah sekolahan lagi."

Gadis itu memperhatikan penampilan laki-laki disampingnya. Rambut dengan potongan rapi, kacamata yang membingkai matanya dan juga pakaian rapi. "Bang kiki yang anak kuliahan gak kayak kakak. Rambutnya aja panjang, sampai-sampai tanteku marah-marah. Pergi kuliah cuma bawa dompet dan tas kecil, yang gak ada isinya. Kakak kalau memang anak sekolahan gak usah ngaku-ngaku jadi anak kuliahan."

Laki-laki itu tak habis pikir. Niat awal ingin menasehati gadis kecil ini, malah dia yang dinasehati. Tapi yang membuatnya heran adalah kenapa dia masih mau meladeni gadis kecil ini?

"Kamu kenapa bolos?"

"Lagi pengen aja."

Jawaban gadis itu membuat laki-laki itu menggeleng tak percaya. Dia hanya menggerutu dalam hati. Bagaimana nasib gadis ini ketika besar nantinya. Masih kecil saja suka membolos.

"VIVIAN PUTRI ARYO!"

Gadis yang merasa di panggil namanya itu menoleh. Menatap seorang laki-laki yang beberapa menit lalu dideskripsikan rupanya. "Bang Kiki?"

"Abang antar kamu pulang!"

Vivian mengangguk walaupun masih menundukkan kepalanya. Takut dengan kemarahan Kiki yang terlihat makin garang dengan rambut panjangnya.

"Adek lo Ki?"

Kiki menoleh, seakan baru sadar ada orang lain di sebelah adiknya. "Eh, Sa. Iya! Adek sepupu gue. Gue antar dia pulang dulu ya, ntar kita lanjutin tugas kelompok."

"Gue antar, lo kan gak bawa motor tadi."

Awalnya Kiki terkejut dengan tawaran itu, namun dia mengiyakan karena juga membutuhkan.

"Adek lo memang sering bolos?" Laki-laki itu bertanya ragu-ragu. Takut Kiki tersinggung dengan pertanyaannya.

"Iya, dia sering bolos. Kalau berangkat sekolah gak diantar."

"Kenapa gitu?" Laki-laki itu bertanya lagi.

"Karena pernah jadi sok jagoan dianya. Belain temannya yang dibully sama anak SMA. Sudah pernah dibawa sih kasus sebelumnya sampai tu anak SMA di skorsing oleh sekolahnya. Cuma ya masih dendam kayaknya tu anak sama adek gue." Kiki menengok ke belakang, memperhatikan Vivian yang tertidur. "Seperti dugaan gue, seragamnya pasti kotor. Makanya dia bolos."

Laki-laki itu melihat Vivian yang tertidur melalui spion depan. Jaketnya yang terbuka memperlihatkan seragam putihnya berubah warna menjadi kecoklatan.

Mereka bertiga sampai diperkarangan sebuah rumah. Kiki turun terlebih dahulu untuk memastikan pintu rumah sudah terbuka sebelum menggendong Vivian. Sementara Vivian sudah terbangun dan tersadar bahwa ia berada dihalaman rumahnya.

"Wah, sudah sampai ternyata. Terima kasih, Kak."

"Raksa."

Vivian tercengang, bingung dengan maksud ucapan laki-laki itu.

"Namaku Raksa, sampai bertemu lagi Vivian Putri Aryo."

***

Taken by Him [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang