Bagian 2

30 3 16
                                    

Bagian 2

A calm before the storm?

Kritik dan saran diterima lapang dada :)

"Selamat, kalian terpilih sebagai Calon Anggota OSIS Iswarasakti ke-44"

just kill me now pls. Itulah yang kupikirkan, hari ini berjalan sangat berbalik dengan ekspektasi yang kuinginkan. Padahal aku ingin cepat pulang dan membaca buku diatas hammock. Tapi kelihatannya hal itu hanya tinggal angan belaka.

Ketua OSIS dengan kantung mata tebal dan pakaian serba rapih itu; dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya telah membuat pikiranku terasa kacau. Bila saja aku tidak membuat paragraf itu dengan sungguh-sungguh seperti mayoritas orang; aku tidak akan duduk disini sekarang. Bahkan mungkin aku sudah pulang dan beristirahat seperti yang aku inginkan.

Walau aku tengah merasa terpukul karena terpilih sebagai Calon Anggota OSIS, aku merasakan ada yang menepuk lutut kakiku. Yang menepuknya tidak lain adalah Dhian yang duduk disebelahku.

"Gila gak tuh Sa?! Kita kepilih jadi calon OSIS!"

Dia mengatakannya dengan suara yang volumenya rendah sekali, mungkin tidak akan terdengar bila aku 15cm lebih jauh duduk darinya. Tapi dia lah yang terus mendekat. Mungkin dia ingin membicarakan "hal itu", tapi tolong baca suasananya. Bisa jadi orang-orang berpikiran aneh tentang hubungan kami.

"Shhhh!"

Orang di depan kami membalikkan badannya dan meminta kami untuk tidak mengganggu berjalannya acara.

Rambut hitam panjang terurai dan jepit rambut ektravagan yang baru kusadari setelah dia membalikkan badan itu... kurasa aku mulai mengingat "pengalaman buruk hari itu".

...

Hari itu adalah hari tes sekaligus pengumuman untuk penempatan kelas untuk angkatan 44 yang merupakan angkatanku. Tesnya kujalani bak sungai yang mengalir, bukan dalam artian bahwa aku tidak mengerjakannya dengan baik hingga waktu mengalir begitu saja ketika aku mengerjakannya, tapi dalam artian bahwa aku mengerjakannya dengan persiapan yang matang walaupun dengan alasan tertentu aku tidak belajar selama beberapa hari.

Pengumuman hasilnya dilakukan pada papan pengumuman didekat perpustakaan sekolah. Ketika hasil tes diumumkan, setelah usai berkumpul di lapangan; para siswa berlarian. Dalam perkiraanku mereka antara begitu optimis dengan hasil penempatannya atau mereka sekedar ingin mengetahui hasilnya kemudian pulang begitu saja.

Kupikir akan lebih baik apabila aku menunggu gerombolan siswa itu pergi, setelah itu aku akan bisa melihat hasil pembagian kelasnya tanpa gangguan siapapun. Lebih baik untuk saat ini aku menunggu di sekepat itu dan menyusuri buku "A Damsel in Distress". Saat aku sedang fokus membacanya aku mendengar suara orang hendak duduk diseberangku.

"Kau tidak liat hasil kah?"

Siapa cewek ini? Aku tidak mengenalnya tetapi dia bertingkah sangat sok akrab kepadaku. Jangan bilang... inikah yang namanya "di-PDKTin"??? Ah tidak, palingan cuma delusiku saja menjadi liar. Aku tidak seharusnya berpikiran seperti itu. Baru juga liat ah Van.

"Emang kenapa?"

"Bukankah semua orang pengen lihat hasil mereka langsung dan secepatnya ya? Wah atau mungkin kau bukan orang kah?"

"Jangan bilang gitu lah, emangnya bukannya kamu juga nggak ngeliat hasilnya??"

"Heeee~h, aku udah tau bakal ditempatin dimana. Jadi nggak usah ngeliat, dari tampangmu yang tujuan hidupnya ga jelas dan cara kau ngejawab pertanyaan dengan pertanyaan juga udah keliatan kalo kau belum jelas hasilnya"

Keabu-abuan Masa SMA ini (tidak) MengganggukuWhere stories live. Discover now