[18] - Berpisah

1.7K 212 67
                                    

Bandara Narita pukul 10.00 PM ....

"Sasuke, kau yakin dengan keputusanmu?" tanya Sai untuk ketiga kalinya begitu melihat pria itu hanya sendiri membawa kopernya tanpa Hinata.

"Ini sudah keputusanku," jawabnya datar. Pandangan matanya sudah tak segarang tadi.

"Tapi Hinata? Kau akan meninggalkannya? Bukankah kau akan membawanya?"

Sasuke hanya diam. Membiarkan angin malam meniup-niup rambutnya. Suasana malam itu
terasa dingin sekali berbeda dengan keadaan hatinya yang panas seperti api. "Sudah
waktunya aku berangkat. Begitu sampai di sana, aku akan segera menelponmu. Oh ya, satu hal lagi ..." Ditatapnya pemuda itu lekat-lekat, "apapun alasannya jangan beritahu Hinata aku pergi ke mana dan kapan pulang. Aku sudah menghukumnya. Cukup dengan hal itu, dia tak boleh tahu ke mana aku pergi." Lanjutnya seraya berlalu.

"Sasuke, kau tidak takut Hinata akan meninggalkanmu, jika kau tinggalkan dia tanpa pesan?" Kejar Sai.

Pria Uchiha itu menghentikan langkah, pandangannya masih lurus ke depan. Seutas senyum tersungging di bibirnya. "Jika hal itu terjadi, aku tak akan mencegahnya. Bersamaku mungkin dia seperti burung yang berada di dalam sangkar.
Dia ingin bebas. Karena itulah ... jika dia mengajukan gugatan perceraian nanti, tolong kau urus semuanya, ya?" Usai berkata seperti itu, Sasuke melajukan kakinya meninggalkan Sai yang diam mematung.

Sai menatap kepergiannya sedih. "Kenapa seperti ini?" keluhnya tak mengerti. Tiba-tiba
ponselnya berbunyi dia pun mengangkatnya. "Ya. Sasuke sudah berangat baru saja, Fugaku-sama."

Telpon segera ditutup.

🌻🌻 Wonderful Life 🌻🌻

Di dalam sebuah kamar yang sunyi, Hinata diam meringkuk di bawah selimutnya. Matanya sembab habis menangis. Apa yang sudah terjadi pada kami tadi? Kenapa bisa secepat itu terjadi? Tangisnya lagi, tubuhnya bergetar menahan tangisan. Gadis itu tak pernah menyangka Sasuke melakukan hal itu padanya tadi.

Suatu keinginan yang ia harapkan terjadi di saat ia juga menginginkan tanpa adanya suatu paksaan. Terjadi dengan alami layaknya pasangan yang saling mencintai. Melakukan dengan tulus dan senang tanpa unsur paksaan hingga membentuk suatu kenangan indah yang akan ingat seumur
hidup.

"Aku membencimu, Sasuke!" isaknya sambil menggigit bibir menahan tangis. Ia kembali menangis mengingat kejadian tadi.

Sasuke menatapnya benci dan penuh amarah. Ia mengarahkan tangannya ke atas, namun ia urungkan melihat istrinya memejamkan matanya ketakutan. Pria itu tersenyum menakutkan. Dikeluarkannya ponsel dari saku celananya. Setelah terdengar nada sambung, Sasuke me-loospeaker. "Tuan Zabuza ... aku akan pertimbangkan kembali soal perjanjian hutang Hyuuga Hiashi dan kasus Hyuuga Hizashi itu."

"Bagaimana bisa begitu, Sasuke! Kau sudah berjanji akan menstransfer uangnya lusa padaku! Aku sudah menandatangani kontrak dengan perusahan Kinkaku tadi. Apa kau ingin membuat masalah denganku?" Suara itu terdengar begitu marah.

Hinata yang mendengarnya terlihat ketakutan. Ada apa dengan ayah Neji-nii?

Sasuke menikmati ketakutan wajah istrinya. "Uang satu Milyar jika kupikir-pikir itu terlalu banyak."

"Sasuke kau ...."

"Aku ada pilihan untukmu. Tuntut Hyuuga ke meja hijau, paksa mereka melunasi hutang itu atau kau bisa meminta sertifikat rumah mereka. Aku rasa mansion Hyuuga ini lebih dari cukup untuk hutang mereka, bukan?"

Mata Hinata menolak tak percaya. "Sasuke ... jangan lakukan itu pada ayahku."

Sasuke bergeming. "Satu lagi ... Untuk kasus Hizashi ... aku lepas tangan. Tak peduli dia difitnah atau memang menggelapkan uang perusahaan Hyuuga hingga hampir bangkrut." Pria Uchiha itu menutup telponnya.

Kamisama, Hanatte Oitte [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang