[17] - Pengkhianatan

1.7K 198 38
                                    

Sasuke menatap wajah sang istri lekat-lekat. Didekatinya gadis itu sebelum pergi, lalu disentuhnya pipi Hinata sambil menatap ke dalam retina mata yang selalu ceria itu. Jujur saja Hinata menjadi gugup. "Seandainya aku dikirim ke tempat yang jauh, apa kau akan terus bersamaku?"

"Eh?" Mata Hinata terbelalak tak paham.

Sasuke tersenyum. "Apa pun yang terjadi nanti, jangan khianati aku. Aku tidak akan pernah memaafkan orang yang telah menghianatiku."

"Sasuke-kun ...." Kata-kata gadis itu seolah tercekat tak bisa dikeluarkan dari pita suaranya.

Sudut bibir pria itu terangkat sedikit hingga membuat garis senyum indah di mata Hinata. Dikecupnya kening Hinata sesaat. "Aku harus pergi." Sasuke melepas tangannya, lalu meninggalkan Hinata yang masih tidak mengerti akan maksudnya.

'Kenapa dia jadi aneh begitu? Membuatku takut saja. Tapi ... kenapa aku jadi merasa bersalah
soal tadi aku berbohong padanya, ya? Sasuke-kun ... maafkan aku.' Hinata menatap kepergian suaminya hingga hilang dari pandangan mata.

🌻🌻 Wonderful Life 🌻🌻

Sai berlari mencari Sasuke begitu tahu apa yang terjadi di ruangan Fugaku tadi. Menurut
berita dari atasannya, Fugaku akan memindahkan Sasuke ke kantor cabang di Shanghai, China besok.

'Apa-apaan ini? Sasuke tidak melakukan kesalahan saat menjalankan tugasnya, tapi kenapa Uchiha-sama mau memindahkannya ke kantor cabang di China? Apa artinya ini? Pasti ini ada sangkut pautnya dengan Rubah Betina nyonya Terumi itu. Sial!

"Sasuke!" panggil Sai saat melihat sahabatnya itu duduk sendirian di taman dekat kantornya.

Sasuke terlihat biasa, tapi Sai tahu dia pasti kecewa dan ingin marah dengan keputusan ayahnya. Meski ia menutupi rasa itu, tapi pria berkulit pucat itu bisa melihat dengan jelas kekecewaan itu di mata sahabatnya. "Sasuke ...,"

"Aku berpikir inilah awal tugas pertamaku menangani sebuah proyek besar di sana. Aku bisa memulainya semua dari sana. Ayah memberi jabatan direktur di sana, kenapa aku harus menolaknya? Bukankah ini kesempatan bagus?" kata Sasuke sambil tersenyum, tapi saat mengatakan dari nada bicaranya saja sudah terdengar jelas dia begitu terluka. "Meski di sana baru berjalan empat tahun, untuk pertama kalinya ayah mengakui kemampuanku dan dia ingin aku mengurusnya di sana."

Sasuke melipat kedua tangan, matanya menatap langit, ada air mata yang mulai menganak sungai di pelupuk mata pria jangkung itu. Sasuke menangis.

Sai hanya bisa memandang tanpa bisa membantu. Ia melihat sahabatnya itu sangat tertekan.

"Sai, dalam hati, aku begitu gembira saat ayah mempercayaiku sepenuhnya, meski matanya tidak tulus saat mengucapkannya tadi. Namun, ada satu hal yang aku sadari dan mengerti sepenuhnya alasan kenapa dia memindahkanku ke Shanghai." Suara Sasuke terdengar datar.

Sai memgepalkan tangannya. Bersiap mendengar kata pria bermata arang itu selanjutnya.

"Dia membuangku," ucapnya lirih dan hampir tak terdengar.

Mata Sai terpejam mendengarnya, betapa tahu sahabatnya menderita. 'Dasar rubah betina yang licik. Akhirnya kau menyingkirkan Sasuke dari rumahnya.'

"Hei, jangan cemas begitu. Aku baik-baik saja. Nanti aku akan memberitahu Hinata dan aku akan mengajaknya tinggal bersamaku. Sekarang bantu aku menyiapkan keperluanku semuanya." Sasuke menepuk pundak Sai.

Mereka memutuskan untuk memborong semua apa yang akan diperlukan pria Uchiha tersebut dengan menuju mall. Namun, langkah mereka terhenti begitu sosok misterius mencegat mereka.

Kamisama, Hanatte Oitte [On Going]Where stories live. Discover now