"Kau kenapa?" Tanya David secara tiba-tiba.

Yasmin yang tengah fokus membuka perban secara perlahan-lahan memberhentikan kegiatannya sejenak.

"Apa?" Jawabnya sedikit ketus. Lalu melanjutkan lagi aktivitasnya.

"Biasanya kau sangat banyak bicara. Menyuruhku inilah, itulah." David melirik Yasmin, ia masih fokus dengan kegiatannya. "Tidak biasanya."

Tidak ada respon, Yasmin terus melakukan pekerjaan. David mendengus pelan, tidak biasanya Dokter galak ini terdiam seperti ini.

Perban telah berhasil dibuka semua, sekarang waktunya membersihkan luka yang ada dikepala David, Yasmin mengambil kapas lalu menuangkan sedikit alkohol ke kapas tersebut.

"Aw! Sakit."

Yasmin mengernyit, "Sakit apa? Bahkan aku belum menempelkan kapas ini pada lukamu!"

"Benarkah?!Belum terkena lukaku saja sudah sakit, bagaimana jika kena lukaku?!"

"Yang pasti rasanya sangat sakit, seakan akan pisau sedang menggores kulitmu." Ucap Yasmin santai. "Diam. Akan ku obati luka mu."

"Tidak!"

"Oh, please. Jangan berulah lagi! Bisakah kau tenang dan diam?"

David menggeleng, "Tidak."

"Apakah perlu ku suntik bius agar aku bisa mengobati lukamu itu, hum?"

"Tidak juga."

Yasmin menghela nafasnya kasar, "sekarang terserah padamu, David. Aku tidak lagi memaksamu. Akan ku biarkan lukamu itu hingga bernanah dan bau," Yasmin membereskan perelatannya. "Atau bisa saja melebar? Bisa jadi. Baikl—,"

"Obati aku!" Teriak David.

Yasmin tertawa didalam hati, betapa bodohnya pria ini. "Bagus." Yasmin kembali mengobati David.

"Aww!! Pelan-pelan!"

"Diam." Jawab dingin Yasmin

"Sakit!!!" David menahan sakit, "Sudah-sudahhh! Sakit!" David sedikit mendorong Yasmin.

"Aku belum selesai!" Yasmin protes.

"Cukup!"

"Kau mengajak untuk bertengkar, hum?" Tantang Yasmin. "Sus, kau tahu apa yang harus kau perbuat."

Suster yang ada di seberang sana mengangguk, ia mendekap David erat, agar David tidak memberontak saat Yasmin mengobatinya.

"Tidakk!!"

"Mr. Adiwijaya!"

Yasmin berhenti mengobati David saat melihat manager Rumah Sakit ini secara tiba-tiba datang.

"Ada apa, Pak?" Tanya Yasmin.

"Maaf, aku telah menggangu mu Dokter Yasmin. Aku hanya ingin menjenguk Mr. Adiwijaya." Pria itu mendekat ke ramjang David. "Bagaimana kabarmu, Mr. Adiwijaya? Tadi pagi kami semua menunggu kedatangan anda, ternyata anda mengalami kecelakaan dan anda di rawat di Rumah Sakit ini. Maaf atas kelalaian saya yang tidak tahu anda di rawat di sini."

Yasmin mengerutkan dahinya bingung. Tunggu-tunggu, apa maksudnya ini? Jangan bilang pria aneh ini CEO dari Rumah Sakit Wijaya?!

"Tidak apa, Pak Arifin. Aku memaklumi itu." Jawab David santai sembari melirik Yasmin, ada aura kebanggan disana.

"Maaf, Pak. Maksudnya Pak David adalah CEO dari Rumah Sakit ini?"

Pak Arifin mengangguk, " Ya, Dokter Yasmin. Mr. David adalah CEO Rumah Sakit Wijaya."

Ini pertanda buruk. Bathin Yasmin.

"Maaf, Mr. David. Saya masih memiliki urusan lain, saya pamit." Pak Arifin tersenyum lalu meninggalkan kamar inap David.

David tersenyum bangga, sedangkan Yasmin masih syok. "Bagaiman Dokter Yasmin, terkejut?" Yasmin menatap malas David. "Jadi kau tidak boleh semena-mena denganku mulai sekarang."

"Kalau kau susah di beritahu, aku akan melakukan hal yang benar. Ini bukan masalah atasan dengan bawahan, tetapi ini tentang dokter dengan pasien! Aku sebagai dokter harus memerintahkan sesuatu agar kau sembuh." Yasmin membela diri.

"Tapi setidaknya kau harus lebih sopan kepadaku, Dokter Yasmin." Ledek David.

"Tidak." Yasmin pergi begitu saja meninggalkan David di kamar inapnya.

"HEI! DOKTER YASMIN! AKU INI ATASANMU!!"










Hai guys! Bagaimana nih ceritanya?? Mulai dari sini kemungkinan nanti aku kasih adegan sweetnya biar makin seru lagi wkwk. Oh iya, aku seneng deh ngeliat readers meningkat tapi jangan lupa di vote juga yaa kawan-kawan hehehe.

February,2020

Mr. CEO & Ms. DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang