1 | Hal-Hal yang Ia Inginkan

79 11 5
                                    

And I don't understand, baby
What was it all for?

What Was It All For? – Zalman Krause

***

28 September 2019

Nadir
Zen.
Besok ada acara, nggak?
18.41

Dearest One
Kondangan lagi, wkwkwk.
18.55

Nadir
Banyak ya, orang hajatan.

19.02

Dearest One
Banyak emang, wkwkwk.
Kalau mau keluar, jangan Minggu.
19.07

Nadir

Hmm, ya udah.

19.13

Membaca balasan chat dari Zenit, Nadir hanya bisa menghela napas panjang. Ia menatap hambar layar ponselnya selama beberapa detik. Zenit bahkan off, seolah tak bisa membaca suasana hati Nadir di balik chat yang singkat-singkat itu. Jelas bukan tipikal Nadir. Biasanya Nadir selalu bawel, berisik, heboh, semua hal yang terlintas di kepalanya, cewek itu ceritakan pada Zenit. Udah, nih, gitu doang? Enggak ada usaha lagi? Nadir mengembuskan napas kecewa. Tanpa mematikan data seluler, ia melempar ponselnya begitu saja di atas tempat tidur.

Tiga puluh satu menit kemudian.

Dearest One
Lagi ngapain?
19.44

Nadir membaca chat itu dari bar notifikasi. Kontan, darahnya langsung terasa mendidih. HAH? Yang bener aja, dong?! Udah gila, lo, ya?! batin Nadir jengkel. Nih orang bener-bener nggak peka apa gimana, sih?! Kalau menuruti jiwa bar-barnya, tentu saja Nadir ingin membalas, "LAGI BETE SAMA LO LAH, BEGOOO! LO MASIH PUNYA HATI, NGGAK, SIH?! KEPEKAAN LO ITU DI MANA LETAKNYA?!".

Tetapi, Nadir sadar, balasan seperti itu hanya akan membuat Zenit semakin bingung. Maka, Nadir mencoba mengatur napas agar emosinya kembali stabil sebelum membalas chat itu.

Nadir
Lagi bete.
20.00

Dearest One
Yah, bete kenapa?
20.06

YA LO PIKIR AJA, SURIPTOOO!

Nadir
Enggak apa-apa.
20.16

Dearest One
Ih, marah, ya?
20.23

MARAH GUE, MARAH! SAMPE PENGIN MEMBAKAR SEMESTA DAN SEISINYA!

Nadir
Enggak.
20.27

Dearest One
Yah, beneran marah.
Enggak mau cerita, hari ini gimana?
20.35

Nadir
Enggak.
20.43

Dearest One
Yahhh.
Udah tidur, belum?
22.15

Nadir
Udah.
22.31

Dearest One
Lah, wkwkwk.
Tidur, udah malem.
23.16

Tak tahan, akhirnya Nadir memutuskan untuk tidak membalas chat Zenit lagi, bahkan tidak membacanya. Ia hanya akan menguras habis stok kesabarannya jika terus menuruti emosinya.

Sudah larut malam, tetapi Nadir belum juga mengantuk. Tidak tahu harus melakukan apa, akhirnya Nadir hanya rebahan di tempat tidur sambil menonton stories orang-orang di Instagram, scrolling timeline Twitter, menonton video di Youtube, begitu-begitu saja menunggu kantuknya datang.

Dearest One
📷 Sent a picture.
Jam segini baru makan, wkwkwk.
23.19

Lagi-lagi, Nadir hanya membaca chat itu dari bar notifikasi. Ia belum memiliki mood untuk membalas chat dari Zenit. Tetapi, batinnya berteriak. Ngapain aja jam segini baru makan? 'Kan, nggak sehat!

Merasa mood-nya semakin kacau, akhirnya Nadir mematikan data seluler ponselnya dan memutuskan untuk tidur. Tidak ada ucapan good night dan have a nice dream seperti malam-malam biasanya. Malam itu, Nadir tidak sadar, bahwa itulah awal pelik ceritanya dengan Zenit.

***

29 September 2019

Pagi itu, begitu menyalakan data seluler, Nadir langsung mematikan tanda pesan sudah dibaca di WhatsApp-nya. Ada beberapa pesan dari Zenit. Nadir ingin baca tapi tidak ingin membalasnya. Sebut Nadir pengecut, tapi memang begitulah ia sekarang.

Dearest One
Mau bobo dulu, ah.
Good night, Nadirrr. ♥♥♥
00.12

Dearest One
Good morning. ☼☼☼
Banguuun, banguuun.
05.34

Ingin sekali rasanya Nadir membalas pesan-pesan itu. Ia tidak tega mengabaikan Zenit seperti ini. Tetapi, sesuatu seperti menahan dirinya. Rasa bosan, lelah, dan perasaan ingin diperjuangkan yang akhir-akhir ini hadir dalam dirinya.

Nadir benar-benar memutuskan untuk tidak menghiraukan Zenit untuk beberapa waktu.

Maaf, Zen ... maaf. Tapi, kamu harus paham....

Dearest One
Jangan lupa sarapan, yaa.
07.52

Dearest One
Jangan lupa makan siang, ya.
12.06

Dearest One
Mau bobo siang dulu, yaa.
12.58

Dearest One
Aku sudah bangun bobo siang.
15.20

Dearest One
Jangan lupa makan malem, yaa.
18.24

Dearest One
Maaf, ya, Nadirr. :"(
Kalo gue bikin lo bete.
19.31

Dearest One
Good night, Nadirr. ♥♥♥
Mimpi indah, yaa.
22.44

Sebelum tidur, Nadir membaca pesan-pesan itu. Air matanya mengalir. Ia merasa hampir tak sanggup lagi.

Buat apa, Zen? Buat apa semua perhatian-perhatian itu?

Sebenarnya, aku ini apa buat kamu?

Apa aku masih Nadir yang jatuh cinta bertepuk sebelah tangan, memperjuangkan kamu sampai titik ini sendirian?

Tolong kasih tahu aku. Aku lelah.

***

Ini dia chapter satunya!
Aku harap kalian suka yaa.
Kalo suka, jangan lupa klik vote dan komentar ya hehehe, komentar apa saja, aku suka loh bacain dan balesin komentar kalian. :D

Love,
Dena.

Selasa, 4 Februari 2020
21.08 WIB

For When You're LeavingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang