[3] Elang Kehilangan Permata

38 1 0
                                    

Sabtu, 1 Februari 2020

Elang Kehilangan Permata

A Story Written by Utamiwu_

Rumah sakit terkenal dengan suasana yang sunyi dan tenang. Dimana semua orang seolah lupa bagaimana cara tertawa. Tak jarang di sinilah berjuta tetes air mata terjatuh menyaksikan kentalnya darah manusia yang terkapar lemah meluber sembari para suster terus mendorong brankar sepanjang lorong menuju UGD.

Walau ada beberapa dari mereka yang tersenyum yang memiliki beberapa arti tersembunyi. Ada mereka yang tersenyum karena mereka sudah sembuh dari penyakitnya, juga ada yang tersenyum karena seolah hidup mereka di rumah sakit hanya tinggal menunggu datangnya kematian.

Di tengah suasa sunyi lorong, terjadi kegaduhan pada salah satu kamar. Diana Permata Putri, atau yang biasa dipanggil Diana berjalan memasuki ruang rawatnya. Ia dikejutkan oleh seseorang dari dalam ruangnya yang berteriak padanya. Mata Diana membola, beruntung ia tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Jika tidak, mungkin saja jantungnya sudah berhenti berdetak.

"KAU SIAPA?!" teriak orang itu pada Diana.

Bukannya menjawab pertanyaan sosok yang sedari tadi resah itu, Diana hanya memperhatikan orang itu dan beranjak ke ranjang rawatnya. Ia mendengar lenguhan dari pemuda itu. Ia berbaring di ranjang dan membuka sebuah novel. Sepasang alis tebal milik pemuda itu bertaut dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Oh, jadi kau tetanggaku. Namamu siapa?" Mata orang itu mengarah ke depan ranjang Diana.

"Jadi namamu Diana Permata Putri. Perkenalkan, namaku Elang Eka Wijaya. Kau bisa memanggilku Elang. Kuharap kita beteman dengan baik."

Pemuda bernama Elang tersebut sudah kembali tenang. Ia duduk di ranjang sembari membuka sedikit tirai penghalang yang memisahkan ranjang antar pasien. Gadis perpaduan Indonesia-Amerika, bermata biru dan berambut pirang tersebut hanya melihat Elang sekilas sebelum kembali membaca novel.

"Aish, sombong sekali," gumam Elang sembari menutup kembali tirai penghalang dengan kasar.

***

Elang berbaring gelisah untuk meghilangkan sedikit kebosanannya. Tidak ada yang mengajaknya berbicara. Berbaring menghadap kanan, terlentang, lalu menghadap kiri hingga tengkurap pun ia lakukan. Menutup mata dengan bantal yang dipakainya, lalu dibukanya kembali. Ia duduk dan membuka tirai pembatas. Benar-benar tidak bisa diam. Sesekali ia menggeram kesal ketika elang infus miliknya terbelit.

"Hei, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Elang basa basi, padahal ia tahu jika teman barunya yang bahkan belum pernah bicara itu sedang membaca novel.

"Iya, iya. Aku tahu kau sedang membaca. Aish, sudahlah," lanjut Elang setelah mendapat lirikan tajam dari Diana. Ia pun kembali menutup tirai itu kasar hingga salah satu dari pengait tirai itu terlepas.

"OH TUHANNNN. KU SANGAT BOSAAANNN, SANGAT BOSAAANN, SANGAT BOSAAANNN."

Diana merasa terganggu dengan suara Elang yang meneriakkan kata 'Bosan' dilagukan seperti lagu terkenal di Indonesia. Diana meletakkan novelnya dan mengisi gelas yang ada di atas nakas dengan air. Lalu, Diana bangkit dan membuka tirai pembatas. Hingga terpampanglah sosok Elang yang sedang menggeliat seperti cacing kepanasan sembari berteriak. Tanpa menunggu waktu lama, Diana menyiramkan air.

Byur!

Air itu tepat mengenai kepalanya dan ada sebagian yang masuk mulutnya.

"YAKK!! APA YANG KAU LAKUKAN, HUH!!!"

T I M E (Kumpulan Cerpen)Where stories live. Discover now