Tempat Pelarian

478 28 2
                                    

I remember
All the laughter we shared, all the wishes we made, upon the roof at dawn
_I remember - Mocca

***

Dentingan piano terdengar indah yang dimainkan seorang gadis manis berambut pendek sebahu ditambah dengan suaranya yang merdu memukau beberapa tamu yang berada di sana. Lagu yang ia nyanyikan dari Mocca yang berjudul "I Remember" menutup penampilannya malam ini di cafe tempat ia bekerja. Lagu yang mengingatkan ia tentang kenangannya bersama orang-orang yang terpaksa ia tinggalkan jauh dari tempat ia berada kini.

Zhianne Pratama, nama gadis itu. Ia turun dari atas panggung tempat ia menyanyi sambil bermain piano. Tepukan terdengar dari beberapa pengunjung yang menikmati penampilannya. Ia membungkukkan badannya sesuai budaya yang ada di negara tersebut.

"Good job, uri Zhi. Penampilan kamu selalu luar biasa" puji Lee, manager cafe tempat Zhianne bekerja.  

"Terima kasih Bos" Zhianne tersenyum.

"Apa kamu mau pulang sekarang?" tanya Lee

"Ne, Bos. Besok jadwal kuliah ku pagi hari. Jadi aku ingin pulang dan beristirahat"

"Kalau begitu lusa saat kamu selesai tampil di sini, kita bahas kontrak kerjamu di tempat ini. Kita harus memperbaharui beberapa hal. Kamu bisa pulang sekarang" Lee menepuk punggung Zhianne.

Zhianne membungkukkan badannya dan berjalan meninggalkan cafe itu. Ia mengeratkan mantel tebal yang ia kenakan. Seoul, kota yang ia tinggali saat ini sedang turun salju. Ia mempercepat langkah kakinya menuju halte terdekat dan menunggu bus.

***

Zhianne masuk ke dalam flat kecilnya. Membaringkan badannya yang terasa lelah di tempat tidur kecil miliknya. Matanya memandang langit-langit kamar yang berhias beberapa origami berbentuk bintang dan burung bangau yang ia desain sendiri.

"Ayah, Mama, Kakak apa kabar? Aku rindu" lirihnya.

Matanya terpejam dan menit berikutnya ia telah terbuai mimpi.

***

Meski cuaca kurang bersahabat pagi ini, tidak menyurutkan langkah Zhianne untuk pergi ke kampus. Zhianne mengikuti kuliah dengan sungguh-sungguh. Ia mengambil program studi instrumental music di Korea National University of Arts (K' ARTS).

Sejak kecil, Zhianne tertarik dengan musik dan suaranya terdengar merdu. Ibunya bahkan mendaftarkannya di tempat kursus musik. Nilainya selalu tinggi di bidang kesenian saat masih duduk di bangku sekolah.

Tidak mudah kuliah di K'ARTS. Ia harus mengikuti berbagai kompetisi musik. Bahkan harus melalui berbagai tes yang melelahkan. Namun berkat kemampuan dan kegigihannya ia mampu menginjakkan kakinya untuk menuntut ilmu di sana. Bahkan ia mendapatkan beasiswa.

Hidup di negeri orang memang tidak mudah. Meski ia selalu mendapat kiriman uang dari kedua orangtuanya setiap bulan, namun itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka Zhianne bekerja pada malam hari di sebuah Cafe yang cukup terkenal.

Yang ia lakukan di cafe tersebut adalah bernyanyi sambil memainkan alat musik yang ada. Kadang ia akan menyanyi sambil bermain gitar dan terkadang nyanyiannya diiringi dengan alunan piano yang ia sendiri mainkan. Ia menikmati pekerjaannya yang merupakan hobi dan bakat yang ia miliki.

Mendapat ilmu di negeri gingseng bukan menjadi satu-satunya alasan baginya untuk pergi jauh dari rumah. Jauh dari ayah, ibu dan kakak perempuannya, orang-orang yang memberi cinta dan kasih sayang untuknya. Namun karena suasana rumah yang kurang kondusif yang membuat ia semakin membulatkan tekadnya untuk pergi menjauh.

***

Handphone Zhianne berdering ketika ia sedang bersiap menuju cafe untuk bekerja. Ia tersenyum melihat nama penelepon.

"Halo Ma..." sapa Zhianne riang.

"Hai...Sayang. Kamu apa kabar, Zhi?" tanya Mama Rika, Ibu Zhianne.

"Aku di sini baik-baik saja Ma. Mama, Ayah dan Kakak baik-baik saja kan? Aku rindu kalian Ma.."

"Iya, Sayang. Kami baik-baik saja. Nenek juga baik"

Zhianne dan Mama Rika terdiam sesaat. Seperti  memikirkan sesuatu yang berat. Zhianne menarik dan menghembuskan nafas beberapa kali.

"Sayang...Kakakmu akan melangsungkan pertunanganan hari Jumat ini. Kamu pulang ya, Nak. Ia berharap kamu bisa hadir" kata Mama Rika lagi.

"Kakak tunangan Ma? Wah....aku turut bahagia Ma. Tapi untuk pulang, aku belum bisa janji Ma karena jadwal kuliahku yang semakin padat Ma"

"Ayolah sayang. Sudah tiga tahun kamu tidak pulang. Apa kamu tidak merindukan kami?" rayu Mama Rika

Zhianne terdiam. Jangan tanya soal rindu padanya. Sudah banyak air mata yang ia tumpahkan karena merindukan ayah, ibu dan kakaknya mungkin juga Neneknya.

"Ini demi kebahagiaan Kakakmu, Zhi. Datanglah di hari bahagianya. Masalah Nenek, kamu jangan khawatir. Itu urusan Mama" Mama Rika berharap Zhianne pulang.

"Baik Ma.. Aku akan pulang"

***

Pertemuan dua keluarga besar Pratama dan Atmaja berlangsung di restoran mewah di ruangan VVIP yang tertutup demi membahas agenda besar yang telah dirancang bertahun-tahun lalu saat Eddy Pratama dan Roy Atmaja masih sangat muda. Eddy dan Roy saat belum mempunyai apa-apa seperti sekarang, pernah berjanji jika suatu saat mereka menikah dan mempunyai anak, maka mereka akan menjodohkan anak-anaknya di kemudian hari.

Dari keluarga Pratama yang hadir, Eddy, Rika dan Nania Pratama. Sedangkan dari pihak Atmaja yang hadir Roy, Emily dan Arthur Atmaja.

"Perjodohan ini selain mewujudkan janji di masa muda kami, juga bisa menopang kedua perusahaan di masa depan nanti. Jadi aku sangat berharap Arthur dan Nania tidak menolaknya" kata Roy Atmaja.

Arthur tampak cuek mendengar penuturan ayahnya. Ia hanya fokus pada handphone yang dipegangnya. Sedangkan Nania hanya tertunduk. Ia tampak malu.

"Bagaimana Arthur?" tanya Roy lagi.

"Apa aku punya hak untuk menolak, Ayah? Jika Ayah inginkan seperti ini maka biarlah terjadi seperti yang Ayah kehendaki"

"Bagus. Nak. Itu baru anak Ayah. Jadi kapan kita melaksanakan acara pertunanganannya?" tanya Roy.

"Aku rasa kita harus bertanya kesediaan Nania dahulu" usul Rika Pratama.

"Ah, itu tidak perlu Rika. Nania akan setuju dengan keputusan kita. Jadi, bagaimana kalau, Jumat ini kita akan melaksanakan acara pertunanganannya? Lebih cepat, lebih baik" kata Eddy Pratama yang mendapat persetujuan dari semua yang berada di sana.

"Tempat acara akan diadakan di mansion mewah kami dari pihak laki-laki karena setelah selesai acara, kita semua akan menginap di sana. Ya sekedar untuk merasakan bagaimana keluarga besar berkumpul bersama" usul Roy Atmaja.

Setelah selesai membahas segala persiapan, mereka makan bersama. Namun Arthur memilih untuk pergi meninggalkan ruangan itu. Langkahnya disusul Nania.

"Arthur tunggu! Aku ingin bicara" teriak Nania ketika Arthur berjalan semakin cepat. Mendengar teriakan Nania, Arthur berhenti.

"Ada apa?" tanya Arthur ketus ketika Nania berdiri tepat di hadapannya.

"Soal perjodohan ini, kita harus membahas beberapa perjanjian di antara kita"

"Terserah kamu saja. Silahkan buat perjanjiannya dan hubungi aku jika sudah. Apapun yang kamu mau, aku pasti setuju. Jadi sekarang biarkan aku pergi"

Tanpa menunggu jawaban dari Nania, Arthur berjalan meninggalkan Nania yang masih berdiri di tempatnya. Nania memandang punggung Arthur yang perlahan menghilang.

"Jangan terlalu dingin terhadapku Arthur, karena setelah ini kita akan hidup bersama" lirih Nania.




Catatan Kecil:
Uri: Kami/juga bisa diartikan sebagai kepunyaan
Ne: Ya

Semua Berawal Dari Sana (End)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu