Tangisan Kerinduan

165 7 0
                                    

"Assalamualaikum warohmatullah, assalamualaikum wrohmatullah."

Abah yang sebagai imam sholat maghrib mengahiri peribadatan di awal malam itu. Umi, Adlan, dan Fadli mengikuti di belakang. Satu demi satu dari mereka saling bersalaman. Benar-benar simbol keharmonisan sebuah keluarga yang sakinah.

Mereka punya sebuah kebiasaan baik yang dilakukan setiap antara maghrib dan isya, yaitu; jangan sampai ada gadget yang menyala, baik itu HP, komputer, laptop –yang baru dibeli-, dan yang utama adalah televisi. Abah dan Umi menggunakan waktu tersebut untuk memberikan pendidikan agama untuk Adlan dan Fadli. Mereka menitik beratkan pembelajaran pada hal membaca al Quran dan bagaimana berakhlak mulia seperti junjungan mereka, RasuluLlah Muhammad SAW.

Pembelajaran semacam ini adalah sebuah hal penting yang sudah dianggap remeh oleh sebagian besar orang tua, pendidikan moral dan agama di rumah. Mereka merasa cukup dengan mata pelajaran agama di sekolah anak-anak mereka yang hanya dua jam seminggu, itu pun tidak efektif. Apalagi kebanyakan guru pengampu pelajaran agama di sekolah umum hanya menitik beratkan pembelajaran pada teori, tidak sampai praktek dan implementasinya.

Padahal pendidikan agamalah yang menjadi characteristic builder paling krusial bagi setiap individu. Karenanyalah anak tahu bagaimana harus menjalani kewajibannya sebagai seorang muslim, hal yang akan mengarahkannya menjadi insan berakhlak mulia, paham bagaimana dia harus berbakti kepada orang tua, pandai dengan apa yang harus ia lakukan kepada saudara-saudaranya sesama muslim, bahkan juga mengajarkan toleransi antar umat beragama, saling membantu dengan mereka dalam hal-hal sosial.

Selain itu, manfaat dari pendidikan seperti ini –orang tua mementori anaknya- juga akan berimbas baik pada kedekatan hubungan mereka. Mereka bisa bercanda, tertawa bersama, dan bahkan sharing antara anak dengan orang tua. Dengan hal seperti inilah sebuah keluarga akan memiliki keakraban yang sangat erat.

Sangat berbeda dengan keluarga yang tidak memiliki waktu untuk berkumpul bersama. Hasilnya, anak-anak akan merasa canggung untuk sharing, meminta pendapat orang tua saat menemui hal yang tidak bisa mereka putuskan sendiri, apalagi menceritakan masalah- masalah pribadinya. Terkadang hal seperti ini akan mengarahkan seorang anak untuk mencari orang lain sebagai tempat curhat dan berbagi.

Ketika mereka menemukan orang yang mau mendengar keluh kesahnya, mereka akan dengan senang hati menerima saran- saran dan nasehatnya. Mereka akan lebih dekat dengan orang itu dari pada orang tua mereka sendiri, mereka akan lebih nyaman dengan orang itu. Apakah tidak menyakitkan bagi seorang anak jika sosok yang mau mengerti mereka justru bukan orang tua mereka sendiri? Lalu seandainya mereka salah menemukan orang untuk berbagi, bisa jadi mereka malah mendapatkan nasehat-nasehat yang justru akan membuat hidup mereka hancur dan semakin berantakan.

Itulah hal yang Abah sadari betul-betul. Sebagai kepala keluarga Abah harus benar-benar memastikan kuatnya benteng pertahanan jiwa dan mental anak-anaknya, sehingga jika kelak mereka berhadapan dengan problematika hidup yang keras, mereka tidak akan mudah jatuh dan terpuruk, apalagi sampai mencari pelarian yang salah, alkohol, drugs, free sex, atau bahkan bunuh diri.

Setengah jam setelah Abah bercerita panjang lebar tentang perjuangan RasuluLlah bersama Sayyidina Abu Bakar, saat mereka berhijrah dan bersembunyi di dalam gua tsur, suara Mang Komar mengumandangkan azan isya pun menyeruak, menembus dinding- dinding rumah penduduk.

Mendung yang sejak tadi menjadi atap abu-abu di petala langit mulai menjatuhkan jutaan bahkan milyaran tetes air. Awalnya hanya gerimis kecil, tak berselang lama kemudian serangan milyaran tetes air itu semakin deras. Seperti peluru-peluru yang dijatuhkan dari langit, tetesan-tetesan itu menghujami atap rumah Adlan begitu keras, menimbulkan suara berisik dan bergemuruh. Cuacanya dingin dan lembab.

Seusai sholat isya, Abah menyuruh Adlan dan Fadli untuk belajar di kamar masing-masing. Abah melarang mereka menyalakan televisi karena petir begitu sering menyambar.
Tak butuh waktu lama bagi udara yang dingin untuk menyelimuti Fadli dengan rasa kantuk. Ia pun tertidur di atas ranjang bersama beberepa buku pelajarannya.

Sementara Adlan, setelah membaca beberapa buku tentang sosiologi dan sains, ia membuka laptop barunya. Toshiba hitam tipe satelite. Begitu tombol power ditekan langsung terlihat wellcome screen terbaru dari windows seven, Eternity Version.

Satu persatu aplikasi ia jajal. Sepertinya Abah benar-benar mengerti kebutuhannya. Laptopnya telah terisi berbagai macam aplikasi dan E-book yang akan membantunya dalam proses belajar, juga terinstal beberapa game untuk hiburan seperti Counter Strike, Feeding Fenzy, Winning Eleven, dan dua game strategy pengasah otak.

Tak terasa sudah jam sebelas malam. Hujan masih turun, namun tak sederas saat isya tadi. Dari tadi Adlan sedang asik bermain Chess Master –catur-, salah satu dari dua game strategi yang ada di laptop barunya. Tujuh kali bermain di tingkat master, dua kali kalah di awal permainan, sedang sisanya adalah kemenangan. Permainan yang lumayan sulit, sampai-sampai Adlan butuh dua kali permainan untuk membaca style bermain musuhnya itu.

Udara dingin tak mampu menyelimutinya dengan selimut kantuk. Mungkin tidur panjangnya siang tadilah penyebabnya. Meski gagal membuat kantuk, namun usaha udara dingin itu menahan pori-pori tubuh Adlan untuk tidak mengeluarkan keringat berhasil.

Semua cairan tubuh Adlan akhirnya berkumpul di kantung kemih, membuatnya merasa ingin buang air kecil. Ia mengeklik tombol pause di layar laptopnya, lalu beranjak ke kamar mandi.

Dalam perjalanannya ke kamar mandi, Adlan sempat melihat Umi di ruang sholat, sedang berdiri mengenakan mukena.

Selesai dengan urusan kantung kemihnya, Adlan pun melangkahkan kaki kembali ke kamar. Ketika melewati ruang sholat ia mendengar suara tangis memilukan, memecah suara jutaan tetes air yang beradu dengan atap rumah.

Ia melihat Umi masih berdiri menghadap ke kiblat –membelakangi posisi Adlan yang berdiri di depan pintu masuk. Umi menangis sesunggukan dalam sholatnya. Adlan masih berdiri melihat Umi.

Setelah dilihat secara seksama, ternyata Umi tidak sedang sholat. Umi berdiri memegangi foto ka'bah yang menjadi hiasan ruang sholat. Adlan langsung paham apa yang sedang ditangisi Umi. Ya, kerinduan untuk bisa menatap baitullah secara langsung, memenuhi kewajiban terakhir dalam rukun islam sebagai panggilan Ilahi. Melakukan ibadah haji.

Dengan air mata yang deras berderai Adlan berjalan kembali ke kamar. Kucuran air matanya tak kunjung henti seolah ingin menyaingi kucuran hujan di luar sana.

Lambaian Chess Master di layar laptopnya tak sedikitpun mengundang perhatian Adlan untuk memainkannya lagi. ia klik ikon Shut down di layar laptopnya lalu membantingkan diri ke kasur. Air matanya masih belum terbendung. Matanya semakin lama semakin sembab.

"Ya Allah, selama ini Umi selalu mengorbankan apapun demi terpenuhinya keinginanku. Apapun! Dan sekarang, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, Umi menangis menahan kerinduannya untuk pergi memenuhi panggilanMu. Keinginan yang selalu tandas demi memenuhi egoku. Aku selalu ingin belajar di sekolah-sekolah unggulan, mendapat pendidikan dengan kualitas terbaik yang tentunya dengan biaya yang tidak murah. Aku memang anak yang tak berguna, hanya bisa membuat susah Abah dan Umi." Keluh Adlan dalam hatinya.

"AAAHHHH...!!!"

Adlan berteriak sekeras-kerasnya ke dalam bantal. Ia masih menangis memikirkan Umi. Ingin sekali rasanya memenuhi keinginannya. Tapi apa yang bisa dia lakukan? Jangankan membiayai naik haji, uang jajan saja masih minta. Mustahil..!!

@@@@

NOTE:
Jangan lupa vote dan share cerita ini ke teman2 kalian yaah, 😄 ayo sama2 menyebarkan kebaikan!! 😊 Ada banyak sekali pelajaran dan hikmah yang disisipkan dalam kisah ini. Semakin banyak manfaat yang kalian share, maka semakin dekat pula keberhasilan kalian menjadi insan terbaik.

"Manusia terbaik adalah yang paling banyak menyebarkan manfaat bagi sesama (Al Hadis)"

Follow:
IG: maul_isbir
FB: maul isbir
Fanspage FB: Mozaik Cinta

Adlan & Aisyah (Mozaik Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang