(20). Lebih Baik Aku Saja

153 9 1
                                    

Bagian sebelumnya

"Ini bukan akhir dari kita" kata Paman.

_______________________________________________

"Kali ini Paman tak bisa membantumu, jiwamulah yang akan membantu dirimu sendiri"

Kau pasti bisa, cepatlah kembali ke sini.

Eh? Barusan bisikan dari siapa?

"Kau mendengar sesuatu?"

Aku mengangguk. Dan mencoba mendengarkan bisikan itu lagi. Di sini sepi, kau dalam keadaan tertekan dan bingung 'kan?, bisikan itu kembali muncul. Tak ada orang selain aku dan Paman di sini, kenapa ada yang berbisik kepadaku?

"Ada orang yang memberimu bisikan, orang yang lumayan dekat denganmu"

Aku hanya bisa mengangguk-angguk seperti orang bodoh yang tak tahu apa-apa. Sekarang.. Aku harus bagaimana? Terseret ke masalah besar. "Jika kau berhasil, kau, Tuan dan Muzaka, akan menyelamatkan umat manusia" kata Paman.

Mataku membola. "Sebenarnya apa tujuan dr.Crombell?!" pekikku. "Kenapa harus dengan umat manusia? Kenapa dari dulu dia tak membunuhku saja? Daripada dia harus membunuh umat manusia, harusnya dia sudah menghancurkanku saja dulu!!" timpalku. "Sakura, hentikan omong kosongmu itu" ucap Paman.

Aku menghela nafas. Sekarang emosiku jadi tak terkendali. "Nanti Paman akan beri tahu lagi kalau ada masalah yang di timbulkan si sialan itu" kata Paman. Aku hanya diam. "Terima kasih, Paman" bisikku. Aku berdiri dan pulang ke rumah.

Di gerbang. "Sudah selesai urusannya?" tanya Takio. "Entahlah sudah selesai atau belum, aku pun juga tak tahu" jawabku. Dia terlihat kebingungan. "Aku.. Pulang dulu, semoga lancar pekerjaannya!" kataku. Ucapan manis itu tidak seharusnya aku ucapkan.

Bodoh! Kenapa harus aku? Kalau dari dulu aku tak di lahirkan, semua orang tak di ambang ajal seperti ini.

BOOM!

Tanganku menutupi wajahku. Apa apaan ini, tiba-tiba saja ada ledaka-!

"Kau?!"

"Sudah kukatakan di surat bukan?"

Aku terdiam. Tak membalasnya. "Aku punya satu pertanyaan. 'Kenapa kau harus membuat umat manusia diambang ajal?'" tanyaku. Dia menyeringai. Apa apaan dia? Pikirku. "Untuk menjadi Tuhan" jawabnya entang.

Dia..

Seperti itu, hanya untuk...

Menjadi Tuhan?

Membunuh banyak orang?

Hanya demi itu..

Dimana hati nuraninya?

"Lebih baik kita selsaikan di tempat lain" ucapku. Lalu melesat pergi ke tempat yang aman. Jangan bahayakan orang lain.

Seharusnya.. Aku menjadi manusia biasa saja ya, jika seperti ini, aku juga yang direpotkan.

"Nah, kau bisa membalas niatmu disini, katanya kau ingin menjadi Tuhan?"

Dia kembali menyeringai. Mengeluarkan kekuatannya. Aura gelap ini.. Mirip dengan kekuatan Paman. Kalau tak salah Paman meninggalkan kertas-kertas miliknya di mansion lama Paman. Dia merebutnya dan melakukan percobaan berbahaya itu ke tubuhnya?

Ini gila.

Siap tak siap aku harus menembus kesalahanku. Karena telah membahayakan umat manusia.

Brak!

Mataku membulat. Sosok yang kukenali tengah melindungiku. "Oi! Harusnya kau tak usah datang saja! Kau malah membahayakan dirimu juga!" kataku setengah berteriak.

Noblesse ✔Where stories live. Discover now