"Masya Allah, Mas Adit

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

   "Masya Allah, Mas Adit. Masih kecil saja sudah ganteng, pantesan sekarang wajahnya gak pernah berubah ya Umi." kagum Fatimah sambil mengulum senyum.

   Ah, lelaki itu. Sangat tampan dalam keadaan apapun. Saat wanita itu melihat foto masa kecilnya saja, wanita itu terkagum. Walaupun wanita itu adalah istrinya sendiri, namun ia sangatlah bersyukur mengenal sosok Adit.

   Raihanah, sangat bersyukur memiliki anak lelaki seperti Adit. Dengan ketegasan dan kebijakannya dalam melewati suatu permasalahan. Lelaki itu sejujurnya sangat sopan dan juga berwibawa. Hanya saja, ia selalu memperlihatkan rasa putus asanya setiap bertemu dengan hal lama.

   "Oh iya Umi, Fatimah mau telepon Mas Adit dulu ya Umi? Soalnya tadi Fatimah belum kasih tau Mas Adit kalau Fatimah di rumah Umi." ucap wanita itu sambil mendekatkan ponselnya ke arah daun telinganya.

   "Iya, Umi mau ambil brownies buatan Umi dan Shafa dulu ya." pamit wanita itu sambil beranjak dari tempat duduknya.

   Panggilan masuk, deringan dan telepon itu tersambung.

   "Halo, Assalamu'alaikum Mas."

   "Wa'alaikumussalam, kenapa sayang? Kamu gak minta aku pulang lagi kan?" tebaknya membuat Fatimah kesal.

   Fatimah memanyunkan mulutnya. "Apaan sih Mas, gak ikhlas?" sinis wanita itu sambil membelalakkan matanya di sebrang telepon.

   "Ikhlas kok sayang, kenapa?"

   "Fatimah di rumah Umi Raihanah, nanti Mas jemput Fatimah ya sayang." gombal wanita itu sambil mulai menggombal-in suaminya itu.

   "Modus banget sih omongannya." kekeh Adit karena istrinya jarang memanggilnya dengan sebutan sayang.

   "Iiihh, Mas. Jahat banget sih, ya udah deh, tutup aja teleponnya. Bisa darah tinggi aku terus-terusan ngomong sama kamu, huh." kesal wanita itu.

   "Maaf deh."

   "Ya udah Mas, Fatimah mau bantu-bantu Umi di dapur. Assalamu'alaikum imam."

   "Wa'alaikumussalam." jeda beberapa detik. "makmum." desisnya.

   Telepon mereka putus, Fatimah langsung meletakkan ponselnya di atas meja dan ia mulai membuka kembali foto-foto album keluarga suaminya itu.

   "Ini, kamu makan deh. Semalam Umi buat brownies coklat, sebenernya ini kesukaan suamimu. Tapi, umi dengan Shafa sengaja buat ini karena Shafa ngebet bikin kue katanya." ucap Raihanah meletakkan brownies dan air putih yang diakhiri dengan tertawa kecil.

   Fatimah mencomot satu potong brownies coklat itu, rasanya enak. Manis dan coklatnya sangat terasa. Rasanya, ia ingin membuatkan ini kepada suaminya itu agar suaminya selalu senang berada di rumah.

   "Enak banget Umi, kapan-kapan ajarin Fatimah buat ini ya Umi, hehe." bujuk wanita itu.

   "Iya, kalau kamu gak sibuk."

Cinta Halalku✔ [BELUM REVISI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora