22

7.4K 458 292
                                    

Senja mulai beranjak gelap ketika Dome dipindahkan ke ruang rawat regulernya. Sang pasien baru saja membuka matanya yang terasa begitu berat dan perih.

Netra sewarna oniks itu memindai satu persatu hal yang didapati dalam ruangan serba putih yang ditempatinya. Ada Joong yang duduk menyender sambil memejamkan mata di sofa ujung ruangan. Sepertinya dia tertidur. Ada sosok tinggi yang berdiri menghadap keluar jendela kamar rawat Dome. Dari posturnya Dome yakin jika pemilik punggung lebar itu adalah Joss.

Sudut atas bibir Dome tertarik otomatis mendapati sebuah box bayi di samping kanan tempat ranjang pasiennya. Perasaan hangat menyusup mencium aroma khas bayi dari sosok kecil di dalamnya.

Pandangan Dome kembali mengedar. Mencari sosok yang harusnya jadi yang pertama dia lihat setelah membuka mata. Suaminya, ayah dari anak yang baru dilahirkannya, tidak ada. Dia benar-benar tak datang.

Apa mereka akan mengataiku cengeng kalau aku menangis sekarang? -batin Dome menghapus setitik air mata sebisa mungkin tanpa suara

Suara tarikan panjang nafas dari Dome yang menahan air mata menarik perhatian Joss yang melamun menatap luar jendela.

"Dome, kau sudah sadar? Kupanggilkan dokter, ya.." Joss mendekati Dome.

Dome menggeleng. "Tak usah, Joss. Aku baik-baik saja."

"Dia.." pandangan Dome mengarah pada sang adik yang tertidur pulas.

"Tidur. Kelelahan sepertinya. Oh, ya tadi juga ada Earth dan temannya yang tinggi itu." Jelas Joss.

"Lalu sekarang Earth kemana?"

"Dia ke rumahmu mengambil baju-bajumu dan baby. Tapi sepertinya besok pagi dia baru kesini lagi."

Dome mengangguk. Sebenarnya dia ingin menanyakan tentang Pavel, tapi mulutnya begitu kelu setiap hendak berucap tentang suaminya itu.

"Baby, dia sehat kan?"

Joss tersenyum. "Kupanggilkan suster, ya. Biar dia bisa menggendongkannya untukmu."

Kali ini Dome setuju dan mengangguk. Membiarkan Joss keluar mencari seorang suster untuk membantunya.

Joss kembali dengan seorang wanita berpakaian putih yang tersenyum ramah. Keduanya membantu Dome duduk bersandar di kepala ranjang untuk kemudian sang suster mengajari Dome cara dan posisi yang tepat pada Dome untuk menggendong anaknya.

Saat ini bayi berbalut kain putih polos itu sudah sempurna dalam dekapan hangat ibunya. Sang suster sudah undur diri setelah mengajari cara mengembalikan sang bayi ke dalam boxnya.

"Dia tampan, Dome." Ujar Joss.

Dome hanya mengangguk. Matanya fokus pada wajah bulat sang bayi yang menyerupainya. Beralih pada bibir mungilnya yang persis milik sang papa.

Dome tersenyum dengan lelehan air mata yang turun tanpa kendalinya. Diciuminya wajah sang bayi yang kini tampak menggeliat. Sepertinya dia terbangun.

"Namanya siapa, Dome?"

Dome mengalihkan pandangan pada Joss yang masih berdiri di samping tempat tidurnya. Kepala Dome menggeleng.

"Maksudnya?" Joss.

"Biar papanya yang memberinya nama."

Joss mengangguk tersenyum. Meski hatinya merasa kesal bukan main.

"Kemana dia? Bahkan saat istrinya melahirkanpun dia tak ada. Hanya seginikah bentuk tanggung jawabnya?" Joss memancing emosi Dome.

Sayangnya, sang ibu baru itu tak mau menanggapi. Badan dan pikirannya sudah terlalu lelah. Benar-benar lelah.

0,01 % (PavelDome)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang