Chapter 2 - Terlahir Kembali

12.1K 1.1K 49
                                    

Arthit merasakan ada tusukan menyakitkan dilengan kirinya. Ada cairan yang masuk ke dalam urat nadinya.

Arthit membuka matanya, ia melihat ada orang berjubah putih seperti dokter menyuntik lengannya. Dokter itu memakai masker hingga Arthit hanya melihat matanya saja.

"Cepat..." desak pemuda di samping dokter itu. Dokter itu langsung menekan ujung suntikan dan membiarkan cairan masuk penuh ke tubuh Arthit.

"Apa obatnya akan bekerja ?" Kata pemuda itu seakan tak peduli Arthit menatap bingung kearah mereka. " Jangan khawatir adikku, setelah ini kau akan berharap untuk mati daripada hidup."

Arthit melebarkan matanya, apa maksud perkataan pemuda itu.

"Ini obat keras. Dalam 5 menit dia tak akan sadarkan diri." Kata dokter itu kepada pemuda di sebelahnya. " Jangan lupa dengan apa yang kau janjikan padaku."

"Tenang saja. Aku tak akan lupa." Dokter itu pergi, dan pemuda itu mengambil ponselnya menghubungi seseorang.

"Panggil yang lain. Layani adikku dengan baik." Pemuda itu tertawa keras. Suaranya begitu menjijikan bagi Arthit.

Walau Arthit tak tahu siapa pemuda itu, tapi ia tahu pasti. Pemuda itu berencana busuk terhadap dirinya.

Dengan tenaga tersisa, Ia menekan tombol di samping temoat tidurnya untuk memanggil perawat. Dan juga ia menjatuhkan baranh-barang di sebelah nakasnya untuk menarik pehatian. Pemuda yang sedang menelepon itu bergumam marah, ia tak menyangka adikknya masih sadar.

Suara derap langkah kaki menuju ruang rawat inap itu, dengan adanya para perawat, Arthit berharap ia bisa selamat dari cengkraman jahat pemuda itu. Perlahan mata Arthit tertutup dan kesadaran dirinya terbang.

***

Arthit membuka mata kedua kalinya, ia melihat bahwa ia masih di ruangan yang sama sebelum ia kehilangan kesadaran.

Tubuhnya tak ada merasa sakit, jadi seharusnya Arthit selamat dari rencana busuk pemuda itu.

Ingatan terakhir Arthit, ia jatuh pingsan dan meninggal di ruang UGD rumah sakit, kelelahan membawa wanita hamil. Setelah membuka mata, Arthit berada di ruangan ini.

Anehnya, pemuda itu berkata Arthit adalah adiknya. Arthit tak mempunyai siapa-siapa di dunia ini.

"Kau sudah sadar ?" Seorang pria masuk ke ruang rawat inap. Pria ini berbeda dengan pemuda yang ia temui ketika pertama kali membuka mata.

Pria ini berkulit coklat, dengan mata hitam yang sedikit mengintimidasi. Wajahnya tampan tapi dingin. Suaranya acuh tak acuh.

Arthit menatap bingung. Siapa pria ini ?

"Arthit... kau baik-baik saja ?" Tanya pria itu walau kata-katanya perhatian tapi suaranya acuh tak acuh seakan tak peduli.

"K-Kau siapa ?" Tanya Arthit suaranya sedikit serak.

"Siapa ? Aku ?" Tanya pria itu. Arthit mengangguk.

"Kau siapa ?" Arthit mengulangi pertanyaanya lagi. Pria itu tak menjawab malah pergi meninggalkan ruangan itu.

Tak lama, pria itu datang bersama dokter. Dokter memeriksa Arthit.

"Mungkin dia hanya amnesia sementara. Kita akan memeriksa lebih lanjut untuk memastikannya." Pria itu mengangguk. Dokter itu pamit pergi.

"Kau siapa ?" Tanya Arthit untuk ketiga kalinya. Jika tak dijawab juga, Arthit akan melempar botol minuman disampingnya ke pria itu.

"Kongpop." Jawab pria itu singkat.

"Ehm.. Khun Kongpop, dimana ini ?"

"Rumah sakit."

Itu juga aku tahu....ini rumah sakit bukan kuburan.

"Nama rumah sakitnya ?"

"Rumah sakit XXX."

Apa!! Rumah sakit yang sama tempat aku meninggal dulu.

"Kenapa aku disini ?"

Jangan kau jawab bahwa aku sakit, itu sudah tahu tanpa perlu aku tanya

"Bunuh diri."

"Apa!!!"

"Ada pertanyaan lagi. Jika tidak, aku mau pulang."

"Ke.. kenapa aku bunuh diri ?"

Kongpop mendengus kesal. "Arthit, dengarkan aku. Meskipun kau mau bunuh diri 1000x pun, aku tak akan menikah denganmu. Aku sudah cukup muak dengan semua sandiwaramu. Jika kau masih mempunyai otak untuk berpikir, jalani hidupmu dengan baik. Dan jangan mengangguku!" Kongpop menekankan intonasi keras di kata bagian akhir ucapannya.

Arthit terperangah tak percaya sambil menatap pria yang bernama Kongpop itu pergi. Jadi, pemilik tubuh ini bunuh diri karena ditolak oleh pria yang bernama Kongpop itu.

Sungguh bodoh!

Begitu banyak wanita diluar sana kenapa harus bunuh diri demi pria dingin gunung salju itu.

Arthit turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Ia ingin melihat wajah pemilik tubuh ini.

Setelah melihat cermin, wajah pemilik tubuh ini sama persis dengan wajahnya yang dulu. Ini seperti kembar yang terpisah.

Tapi tunggu.. pemuda ini sepertinya berusia 17-20 tahun. Dan waktu dia meninggal berumur 17 tahun. Apa pemuda ini reinkarnasi dirinya ?

Walau wajah Arthit bukan yang paling tampan, tapi ia masuk ke jajaran pemuda tampan. Kulitnya putih mulus, matanya indah dan bibirnya merah pink. Belum lagi lesung pipitnya. Dia tampan dan imut secara bersamaan.

Dasar Kongpop sialan!

Jangan berharap, aku akan bunuh diri lagi karenamu.

Lihat saja. Aku akan menaklukkan banyak wanita!

Aku, Arthit pria lurus. Selurus tiang listrik!

17 Januari 2020

15. Rebirth : I AM ARTHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang