1. The Beginning

Mulai dari awal
                                    

Sekumpulan persepsi yang ia bentuk di kepala kecilnya membuat Shilla tak sadar mereka sudah tiba di depan kelas.

"Bentar, ya. Aku bilang sama gurunya."

Shilla hanya bisa diam sembari meremas kesepuluh jarinya secara acak ketika akhirnya ia mendapat panggilan masuk oleh guru baru dan Sivia.

"Nah, ini dia. Ashilla, silakan perkenalkan diri kamu."

Semaksimal mungkin, Shilla mencoba mengeluarkan suaranya di depan kelas.

"Perkenalkan semua. Namaku Ashilla Minataka, Shilla untuk singkatnya." Ia berhenti sejenak untuk melihat reaksi teman sekelasnya. Kebanyakan dari mereka melempar pandangan heran, mungkin karena adanya murid baru yang baru bergabung kelas dua belas ini.

"Mungkin terdengar aneh, tapi ini pertama kalinya aku bersekolah seperti ini. Biasa aku belajar sendiri di rumah (home schooling) karena ..."

Kalimat itu terhenti. Haruskah ia membukanya secara langsung? Melihat reaksi Sivia yang menggeleng, Shilla menangkap kode Sivia. Kepalanya mengangguk mengerti.

"... karena satu dan lain hal. Mungkin kalian akan tau ke depannya. Jadi mohon bantuannya."

Kemudian dirinya dipersilakan duduk di bangku samping Sivia. Tentu saja, Alena sedikit banyak ikut campur dalam hal ini. Jangan salah sangka dirinya protektif terhadap Shilla. Ia hanya menghindari hal yang tidak diinginkan.

Terutama dengan fakta bahwa berinteraksi dengan orang lain adalah kelemahan Shilla saat ini.

"Shill, kalau perlu bantuan atau ada yang mau ditanya, sama aku aja gak apa, kok." Di tengah pembelajaran, Sivia berbisik.

"Terima kasih, Vi. Maaf kalau aku bakal sering bikin kamu susah, ya."

Sivia tidak menghiraukan itu. Malahan tawa yang ia lontarkan.

"Santai aja. Aku tau, kok, seberapa sulitnya kamu. Walau konteksnya beda, setidaknya aku bisa ngerti bagian pisah sama orang tua. Kamu tau, 'kan, aku gak pernah bisa kenal sama mereka, mereka ... milih untuk pergi duluan."

Tawanya memelan. Pudar ketika pembahasan itu datang. Ya, mau dikatakan apa lagi, begitulah adanya. Sivia juga menerimanya.

Keduanya memilih memfokuskan diri membaca rumus-rumus Statistika di buku mereka. Tenang, Shilla tidak memiliki masalah serius jika perihal mengejar pelajaran. Toh, selama ini, pelajaran ketika masa home schooling menggunakan kurikulum yang sama dengan sekolah umumnya.

Sivia merentangkan tangannya ke atas. Akhirnya waktu istirahat untuk kelasnya selesai juga. Matematika Peminatan memang sangat sulit untuk dikerjakan, terutama dalam keadaan perut yang belum terisi.

"Mau keliling liat-liat sekolah gak, Shill? Biar aku temenin kamu."

Sehabis meneguk botol air mineralnya, Shilla berdiri.

"Gak ngerepotin, 'kan, Vi?"

"Sama sekali gak." Ia bangkit, "bentar, ya."

Shilla hanya diam memandangi apapun yang gadis itu lakukan.

Di lihatnya Sivia menghampiri salah satu meja di kelas yang masih berpenghuni.

"Ikut bareng gak, Yel? Aku mau ajak Shilla keliling. Barangkali kamu tertarik."

Sekilas, bulu kuduk Shilla merinding. Tatapan tajam dan seolah tidak peduli dari laki-laki tiba-tiba terarah ke dirinya.

Dia menaikkan bibirnya, "gak, deh, Vi. Aku di kelas aja. Kamu duluan aja."

Shilla sedikit memainkan ujung roknya. Tangan laki-laki itu menyentuh puncak kepala Sivia, mengusapnya pelan.

Ah, tampaknya mereka berdua sangat dekat.

"Oke."

Menjinjing plastik bening berisikan roti kesukaannya, Sivia membimbing Shilla mengelilingi beberapa ruangan terdekat. Setidaknya, tujuan Sivia adalah ingin Shilla merasa lebih familiar dengan ramainya masa-masa Sekolah Menengah. Itu dulu saja.

"Vi."

Tangannya membatalkan niat untuk kembali melanjutkan makanannya, "ya, kenapa?"

"Kamu akrab sama teman yang tadi di kelas, ya?"

"Yang mana?" Mengingat pelajaran tadi ia sempat berkomunikasi dengan banyak teman, Sivia tidak terlalu yakin siapa yang Shilla maksud.

"Yang terakhir, laki-laki yang agak tinggi tadi."

Mendengar deskripsi Shilla, dara cantik yang menemaninya tampak mengangguk.

"Oh, Gabriel?"

Mana Shilla tahu namanya. Shilla hanya berdeham singkat.

"Dia Gabriel Pangestu, panggil aja Gabriel. Anaknya emang suka sendiri, jarang ada yang bisa cocok sama dia." Via meringis, mengapa pula ia menjelaskan bagian itu?

Refleks bibir Shilla menyeletukan pertanyaan yang tak bisa ia cegah.

"Kamu?"

Sedikit salah tingkah, Resivia berusaha mengendalikan wajahnya yang mulai terasa hangat.

Tolong katakan pipinya tidak memerah! Via berucap dalam batinnya.

"Kebetulan dekat. Dari kecil selalu satu sekolah, jadi sudah saling kenal aja. Selama kelas sebelas kemarin sampai sebelum kamu, Gabriel teman sebangku aku. Jadi gitu, deh."

Alis Shilla sedikit terangkat ketika Sivia berhenti untuk membisikan sesuatu di telinganya.

"Tapi ini cuma saran, ya. Kalau untuk kamu, sepertinya Gabriel bisa sedikit kamu hindari. Bukannya aku gak mau kalian dekat. Hanya saja kamu-, em, maksud aku-"

"Oke, oke." Cepat, Shilla mengakhiri topik pembicaraan tentang laki-laki bernama Gabriel.

Shilla kurang lebih menangkap hal yang Sivia ingin sampaikan. Pasti menyangkut masa lalunya, tentu saja.

Kalau Shilla boleh jujur, Gabriel ini tampan.

Jangan mengira yang tidak-tidak terlebih dahulu. Shilla hanya menilai dari penampilan, lagipula Gabriel memang punya tubuh dan gaya yang good-looking.

Lagipula, ada hal yang perlu untuk dicatat.

Interaksi antara Shilla dan laki-laki ibarat sel telur ayam yang bermutasi dan menetas jadi anak bebek; hal langka sepanjang sejarah.

Sejauh ini, harinya masih baik-baik saja. Walau Shilla sendiri belum membuka diri seperti yang Alena sarankan.

Ya, Shilla harap, hari perdananya yang hampir berakhir ini akan berjalan seperti yang Shilla dan Alena inginkan.

Semoga.

***

Selamat datang di Haphephobia!💚
Akhirnya publish cerita ShIel juga hihii. Semoga kalian suka dan responnya positif.

Gimana nih part awalnya?
Bantu untuk tinggalkan vote dan komen setelah baca. Jangan jadi siders oke?
Share juga ke manteman pemburu cerita ShIel dan ICL lainnya, ke tetangga, atau ke kenalan kalian juga boleh~

Follow wp ini yuk biar gak ketinggalan up.

Ohiya, follow instagram untuk ceritaku yuk! Follback ask aja di sini, atau dm boleh wkwk.

Ig: tiaraxangelica

Di sana, kalian akan liat Highlight story 'Haphephobia'. Isinya nanti kira-kira bocoran scene next part (kalau besoknya aku up, aku bakal post ini) dan story tentang Haphephobia yang lain. (Kalo orang lain di post feed ig, kan? Aku orangnya kumpulin di sorotan cerita dulu aja ya😂)

Ikuti Haphephobia terus yuk!!🙏

Haphephobia | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang