R.1

52.5K 2.4K 93
                                    

Festival seni dan bahasa yang diselenggarakan di kampusku selalu mengagumkan. Seolah tubuhku ingin bergerak mengikuti mereka yang tampil menari dalam pentas. Seharusnya aku mendaftar di fakultas seni dan bahasa saja. Bukannya mengambil jurusan manajemen seperti saat ini.

Namun aku sepatutnya bersyukur. Hidupku selalu dimudahkan meski aku tidak dilahirkan di keluarga yang kaya raya. Misalnya saja, aku tak perlu membayar tiket menonton pentas tari karena aku diminta Damian menjadi backing vocal band-nya yang juga tampil di acara festival tadi. Selain mendapat hiburan gratis, temanku memberi bayaran yang cukup kugunakan untuk membayar sewa kos selama satu bulan.

Tak ada manusia yang sempurna karena meski Damian lumayan tampan, ia begitu tak peka. Damian pulang lebih dulu dengan band-nya saat aku menonton pentas. Langkahku dipercepat karena langit sore ini begitu mendung. Gawat jika turun hujan kala aku masih di perjalanan. Satu bulir air jatuh dari langit dan membasahi hidungku. Setengah berlari aku menyeberang jalan, kesusahan lantaran high heels yang kukenakan dan tas besar berisi pakaian gantiku dan teman-teman Damian.

Bunyi klakson memekakkan telingaku. Belum sempat aku menyadari apa yang terjadi, sesuatu yang menghantam tubuhku hingga terpental. Aku jatuh di atas aspal dengan posisi tertelungkup. Keningku pedih bukan main. Kakiku terasa ngilu bahkan sakitnya membuatku tak merasakan ibu jari kakiku. Mataku menatap langit mendung dan mengerjap karena merasakan cairan asing meleleh dekat mataku.

Telingaku menangkap suara berisik. Satu demi satu orang mengerumuniku. Salah seorang diantaranya membawa tubuh atasku ke pangkuannya. Suaraku tercekat bahkan untuk mengerang saja tak mampu.

"Bawa dia."

"Tanggung jawab lo!"

"Ya, saya antar dia ke rumah sakit."

Perdebatan itu dapat kudengar dari suara-suara lain yang terdengar membaur hingga sulut kutangkap. Masih dapat kurasakan tubuhku terangkat. Wajah-wajah pria yang mengusungku dapat kutatap. Mataku kemali terpejam kala pedih menyentak kakiku. Kala mataku terbuka, aku melihat atap mobil.

"Cepat, Agus. Tolong dia."

Aku memandang wajah pria itu. Pria yang masih mengenakan kacamata hitam itu balas menatapku. Perlahan aku menyadari, kepalaku direbahkan di atas pangkuannya.

 Perlahan aku menyadari, kepalaku direbahkan di atas pangkuannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nona? Kamu bisa dengar saya?"

Pria itu memiliki logat asing pada caranya berbicara. Aku mengeluarkan erangan dan tak sanggup menjawab pertanyaannya. Mataku kembali berkedip dan terpejam kala nyeri di keningku kembali menerpa. Hal terakhir yang kuingat, aku menjadi korban kecelakaan lalu lintas.

 Hal terakhir yang kuingat, aku menjadi korban kecelakaan lalu lintas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

12.01.20

Versi lengkap sudah tersedia dalam bentuk novel, e-book di Google Play, dan platform KaryaKarsa. Versi Wattpad hanya untuk spoiler. Jadi hanya cuplikan-cuplikan saja.

Rashad - The Sugar Daddy StoryWhere stories live. Discover now