🍁0.3 : si pengingkar janji

248 25 0
                                    

Jadilah pembaca yang baik
~
Selamat membaca!

.
Sepulang dari UKS, aku langsung duduk di bangkuku dan sambil sedari tadi berkecamuk dengan pikiranku tanpa memperhatikan guru yang sedari tadi menjelaskan tentang pelajaran.

"Apa tadi? Aku? Ditraktir? Oleh anak lelaki? Aneh sekali dia, selama ini semua murid takut kepadaku bahkan jika hanya berbicara. Lah dia? Bahkan sampai mengajakku pergi ke kantin. Apa aku tidak salah dengar? Apakah akhirnya aku memiliki seorang teman?!"

Aku terus berbicara dalam hati sampai akhirnya bel tanda istirahat pun berbunyi.

Aku lalu pergi ke kantin dengan perasaan was-was. Padahal dia hanya mengajak makan bersama. Maklum saja, aku tidak pernh diperlakukan seperti ini sebelumnya.

Tapi kemudian ketika aku hendak melewati ruang kelas 12 dan aku menemukan Renjun yang baru saja keluar dari sana.

Aku sungguh kesal.

Bagaimana tidak. Aku melihat Renjun sudah dikepung banyak sekali murid perempuan dan salah satunya langsung merangkul tangan Renjun.

"Hai Renjun! Mau makan apa? Ayo bersamaku saja." ucap murid perempuan yang memeluk tangan Renjun sambil melakukan aegyo yang sungguh menjengkelkan.

Dia adalah Yeji. Dia sekelas denganku. Dia sangat sombong dengan latar belakang keluarganya yang sangat kaya. Aku tidak suka dengan sifatnya.

"R-Renjun!" aku memanggil Renjun diantara kerumunan. Aku melambaikan tangan kiriku keatas, namun Renjun sama sekali tidak melihatku.

Oke, aku memang pendek.

Aku pun langsung pergi meninggalkan kerumunan itu lalu menuju ke kantin dengan sedikit mempoutkan pipi karena kecewa.

Saat diriku melamun sambil berjalan, tiba-tiba tanganku ditarik oleh seseorang.
Aku ditarik oleh seorang murid laki-laki ke pelukannya.

"Astaga" ucapku dalam hati ketika kepalaku sedikit terpentur ke dadanya.

Aku membaca nametag murid tersebut.

Kim Samuel.

"Kau ini, apa kau tidak melihat ada sekerumunan murid yang sedang menuju kearahmu?! Tubuhmu yang kecil ini bisa terdorong nanti!" ucapnya dengan nada tinggi.

Dan benar saja. Murid-murid yang sepertinya sedang mengerubungi Renjun itu sedang menuju ke arahku tadi.

"Kau ini! Kenapa diam saja?!" ucapnya lagi dengan nada tinggi. Bukannya menakutkan, dia malah terlihat menggemaskan dengan tingkahnya.

"Ah, maaf..." ucapku sambil melepaskan tangannya yang sedari tadi berada di punggungku.

"Baiklah, lain kali hati-hati."

Dia langsung pergi begitu saja dengan muka datarnya. Aku hanya bisa menatap punggungnya yang perlahan menghilang.

Brakk!

"Akh, sakit" ucapku sambil meringis memegangi sikutku yang terbentur lantai dan sedikit lecet karena tertabrak kerumunan tadi.

"YAKK!! AKU BARU SAJA BILANG!" teriak Kim Samuel dari kejauhan. Aku terkejut dia masih memperhatikanku walaupun tidak menolongku lagi.

"OKE! SIAP!" teriakku yang masih terduduk sambil mengacungkan jempol tinggi-tinggi.

Yang diacungi hanya tersenyum.

__DETECTIVE__

Sesampainya di kantin aku langsung menuju meja kosong yang tidak ada satupun orang yang duduk di kursinya.

Aku langsung menghempaskan diriku ke kursi dengan kasar lalu melipat tanganku di meja dan menyembunyikan wajahku di sana.

Aku benar-benar tidak mood hari ini. Aku masih kecewa dengan Renjun. Dia yang bilang sendiri hari ini akan mentraktirku. Dia malah bersama Yeji.

"Apa-apaan dia itu. Padahal aku hanya ingin seorang teman. Tapi dia malah tidak menepati janjinya." ucapku pelan sambil masih pada posisiku tadi.

"Oh... Jadi kau ini ingin seorang teman, ya?"

Aku langsung mengangkat kepalaku untuk memastikan siapa yang berbicara tadi. Lagi-lagi dia membuatku tidak waras dengan eyesmile-nya. Cukup pagi tadi saja dia membuat jantungku berdetak kencang. Jangan lagi.

"Kalau begitu aku akan menjadi temanmu." ucapnya lagi masih dengan eyesmile yang sungguh manis. Aku hanya sering melihatnya saat sedang bertanding bola basket, dan sekarang dia benar-benar di depanku. Menjengkelkan sekali.

Aku hanya diam tidak menanggapi perkataannya. Entah aku memang sedang tidak mood atau aku yang sedang sangat gugup.

"Kok tidak makan? Kalau begitu aku akan mentraktirmu."

Apa-apaan ini? Kenapa daritadi banyak yang ingin mentraktirku? Ah, tidak. Hanya dua. Tapi apakah dia akan seperti Renjun? Ah, aku tidak peduli, kapan lagi aku bisa ditraktir seseorang yang aku traktir seperti ini?

Beberapa saat kemudian, dia membawa sebuah nampan berisi 2 porsi makanan lalu meletakkannya di atas meja dan memberikan satu porsi makanan itu kepadaku.

"Ini, ambillah."

Bukannya memakannya, aku malah mematung disebelah Jeno karena saking gugupnya. Aku bahkan tidak berani menatap langsung matanya karena sedari tadi banyak sekali yang berbisik sambil menatap kami berdua dengan tatapan yang tidak mengenakkan.

Jeno hanya menoleh ke kanan dan ke kiri dan sepertinya dia menyadari apa yang ada di pikiranku sekarang.

"Baiklah, aku mengerti. Kalau begitu kita makan di tempat lain saja."

Jeno mengajakku pergi dengan kedua mangkuk berisi makanan. Bukankah ini memalukan?

Jeno menghentikan langkahnya di balkon belakang sekolah yang pemandangannya langsung ke arah sebuah bukit dengan sungai yang jernih dibawahnya.

Aku tidak pernah melihat tempat ini sebelumnya. Yang pasti Jeno lebih tau tentang sekolah ini karena dia adalah anak dari kepala sekolah.

"Tidak apa-apa kan? Kalau kita makan disini?"

Aku hanya mengangguk ragu.

"Arrgghh menapa dia jadi soft seperti ini?!?" batinku.

Suapan pertama.

Suapan kedua.

"WOW! INI SWANGAT ENWAK! AKU BWARU TAHU ADWA MWENU SWEPWERTI INI!" ucapku dengan berteriak dengan mulut masih penuh berisi makanan itu. Setelah mencicipinya, rasa gugupku berkurang.

"Hahaha, kau ini sangat lucu, habiskan dulu makanannya." ucap Jeno sambil mencubit hidungku.

Aku menghentikan kunyahanku.

Aku mematung.

Jantungku sepertinya berhenti berdetak.

Ah tidak, syukurlah aku masih hidup.

Aku kembali melanjutkan kegiatan makanku.

Tapi, aku tiba-tiba merasa sangat pusing, kepalaku terasa sangat berat hingga aku menopangnya dengan tanganku.

"Akh mengapa aku merasa pusing sekali? Aku tidak boleh terlihat seperti ini di depan Jeno." batinku sambil sesekali meringis kesakitan.

Aku tidak kuat lagi,

Aku jatuh,

Namun entah sadar atau tidak, aku masih bisa melihat Jeno.

Dia tidak menolongku.

Dia, tersenyum.




















































Tbc.

Maaf klo pendek:v

DETECTIVE || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang