🍁1.1 : sesuatu yang tiba-tiba

143 26 6
                                    

Jadilah pembaca yang baik

~
Selamat membaca!

•••

4 bulan telah berlalu semenjak kejadian dimana aku, Guanlin, dan Jisung diculik oleh Mark. Sekarang aku masih sempat bertemu dengan Mark walaupun hanya berpapasan lalu menyapa. Dia sering mondar-mandir ke markas untuk menemui pimpinan.

Beda halnya dengan Mark, aku tidak pernah menyapa Renjun lagi. Aku juga jarang melihatnya di sekolah. Sekalipun aku melihatnya, dia sedang bersama Shuhua, pacarnya. Maka dari itu aku hampir tidak pernah menyapanya lagi.

DAR!

DAR!

DAR!

DAR!

Sekarang aku sedang berlatih menembak.

"Bagus. Semakin hari kau semakin baik."

"Terima kasih." Aku membungkuk lalu tersenyum pada Pak Taeyong. Dia selalu membantuku di kelas menembak ini. Selain diajarkan tentang bagaimana cara mengungkap kasus, kami juga diajari bagaimana cara membela diri. Karena musuh seorang detektif tidaklah sedikit.

"Latihan cukup sampai disini!"

Para trainee berhamburan keluar ruangan setelah mendengar perkataan Pak Jeonghan. Ada juga yang masih merapikan peralatan menembak.

"Hey, ayo kita cari makan." Itu Denise, roommate-ku di dorm detektif ini.

Aku mengernyit, "Kenapa kau tidak makan di kantin saja?"

Yang kutahu, di saat jam kosong begini para trainee memang dibebaskan untuk pergi kemanapun, mau itu jalan-jalan sejenak, maupun membeli beberapa barang di luar dorm. Tetapi 'mereka' menyarankan untuk makan di kantin dorm saja. Karena 'mereka' sangat mengedepankan kesehatan para trainee.

"Membosankan. Aku bosan dengan sayuran. Pagi sayur, siang sayur, malam pun sayur." gerutu Denise.

"Maklum saja. Itu tandanya 'mereka' sangat memperhatikan kesehatan kita." Aku terkekeh.

Yang dimaksud 'mereka' adalah para trainer atau guru bagi trainee disini. Mereka bukan hanya sebatas guru, tetapi bahkan seperti orang tua kedua kami. Mereka sangat mementingkan para trainee bahkan diluar jam training. Bayangan mengerikan tentang para detektif yang kubayangkan selama ini ternyata salah. Mereka benar-benar sesayang itu pada kami.

Mereka yaitu Pak Taeyong, Pak Seungcheol, Pak Jeonghan, dan Pak Joshua. Sangat hebat rasanya jika mengingat mereka hanya berempat untuk melatih para trainee yang jumlahnya ratusan ini.

"Sudahlah, aku tidak mau ikut. Takut dimarahi Pak Seungcheol," ujarku. Sebenarnya aku tidak benar-benar takut pada trainer yang satu itu. Itu hanya alibi agar aku tidak pergi keluar. Aku sedang malas untuk makan di luar.

"Baiklah. Terserahmu saja. Aku pergi dulu, dah." Setelah berkata demikian, Denise langsung beranjak pergi dari bangku istirahat di ruang menembak ini.

"Haish, dasar anak itu." Aku berbisik pada diri sendiri.

Merasa bosan, aku pun mengeluarkan ponsel dari saku celanaku lalu menyumbat telingaku dengan headset yang memainkan lagu-lagu yang dirasa bisa menghilangkan rasa bosan.

DETECTIVE || Huang RenjunWhere stories live. Discover now