"ngapain disini, ayo kembali"

Silvi mengangguk, ia mengikuti Nia, namun kepalanya, masih melihat ke pintu itu.

Makan malam seperti biasanya, tidak ada pembicaraan apapun, setelah selesai, semua kembali ke kamarnya masing-masing, sekarang, Nia tahu, Silvi belum bisa menulis huruf, aneh, untuk anak seumurannya, seharusnya setidaknya ia sudah mengenal huruf-huruf, namun, kenapa ia belum bisa dibandingkan bicara, Nia lebih tahu apa yg coba Silvi sampaikan melalui gerakan tangan, seperti minum, seperti tidur, seperti makan, namun, adakalanya, ia tidak mengerti, gerakan apa yg coba Silvi sampaikan, meski begitu, Nia bersikeras mengajari anak itu, ia harus bisa menulis.

Malam semakin larut, Silvi sudah beranjak dari ranjangnya, ia memilih ranjang atas, entah kenapa, padahal, bila mendengar dari cerita ni Elva, Silvi sebenarnya, tidur diranjang bawah, seperti saat dia tinggal bersama teman kamarnya dulu.

Saat Nia bertanya kemana teman sekamar Silvi, ia berhenti sejenak, ia tampak diam, memandang Nia, lalu tersenyum dan mengatakan
"teman sekamarnya, sekarang sudah punya keluarga baru" lalu ia pergi, meninggalkan Nia sendirian, seperti terkesan buru-buru pergi.

Malam itu, Nia sudah menyibak selimut, kantuk mulai menyerangnya, Nia memejamkan matanya, sebelum, Silvi memainkan rambutnya, ia menatap Nia, kemudian menunjuk gerakan, bahwa ia ingin ke kamar mandi, Nia menatap jam di meja, pukul 1 dinihari, ragu namun Silvi memelas, Nia melangkah turun, menggandeng tangannya, ketika membuka pintu, Nia mencoba untuk tidak membuat lonceng itu berbunyi, namun, sia-sia, Nia menutup pintu, lantas mengantar Silvi menuruni anak tangga, ia menuju kamar mandi yg jaraknya tidak terlalu jauh dari dapur. Nia menunggu diluar, saat malam hari, rumah ini menjadi gelap temaram, meski masih ada pencahayaan disana-sini, namun, karena besarnya rumah ini, sehingga, ada sisi gelap yang masih membuat Nia merasa ngeri saat menatapnya.

Lama ia menunggu Silvi, gadis itu, tidak juga keluar, kemudian, terdengar lonceng berbunyi, Nia mengamati sekeliling, apa ada yg juga keluar dari kamar, namun, tidak ada satupun orang yg Nia lihat, perlahan, bulukuduk Nia berdiri, ia bisa merasakan bahwa sekarang, ia tidak seorang diri disini

"Silv, udah belum" Tidak ada jawaban, Nia melangkah masuk, ada beberapa pintu dikamar mandi, Nia mengamati satu persatu, mengetuknya, sembari memanggil gadis itu, namun, tidak ada jawaban, dan kembali, suara lonceng, terdengar lagi, Nia yakin, suara itu adalah suara lonceng kedua kalinya yang ia dengar.

Salah satu pintu terbuka, Silvi melangkah keluar, membuat Nia merasa lega, ia segera menarik tangan gadis itu, membawanya agar ia cepat kembali ke kamar, namun, tiba-tiba gadis itu menarik tanganya dari Nia, ia berhenti, tepat disebuah lorong, lantas, Silvi memandang sisi kosong, Silvi menatap Nia, lantas kemudian berbicara

"Iaaak Iaaak iaaak!!"

Nia yg tidak mengerti maksudnya, menatap ruang kosong itu, disana, dilorong itu, banyak pintu dikiri dan kanannya, yang entah bagaimana, tiba-tiba lonceng diatasnya, berdenting dengan sendirnya, lantas, Nia kembali memaksa Silvi, kali ini, ia memaksanya, mereka berlari, menaiki anak tangga, dan seketika itu, lonceng diatas semua pintu mulai berdenting satu persatu, Nia membuka pintu, menguncinya, namun, suara lonceng masih berbunyi, Silvi kemudian menatap Nia, ia memperagakan gerakan untuk menutup bibir dengan telunjuknya, saat, terdengar suara sesuatu tengah mencakar pintu tempat Nia bersandar,

"IAAAK" ucap Silvi dengan suara pelan...

Setelah beberapa lama, keheningan membuat Nia sadar dari ketakutannya, ia lantas menuntun Silvi agar kembali ketempat tidurnya, sebelum, Nia mendengar, suara lonceng itu kembali, pintu kamar yg sudah Nia kunci, tiba-tiba terbuka dengan sendirinya, ni Elin muncul, ia menggandeng tangan Silvi, lantas menatap Nia yang sedang memanjat ranjang milik Silvi, mata mereka bertemu,

"Kamu, kalau ngantar Silvi ke kamar mandi, jangan ditinggalin sendirian"

Nia berbalik menatap ranjang Silvi, disana, ia tidak menemukan gadis itu.

"Kamar juga kenapa dikunci, teman sekamarmu belum masuk, untung saya punya kunci cadangan" ucap ni Elin marah, ia menggandeng Silvi, Nia hanya diam saja, ia tidak tahu harus berkata apa, karena ia yakin, ia bersama Silvi beberapa waktu yang lalu.

"Ya sudah, istirahat lagi ya"

Ni Elin pamit pergi, saat pintu kembali ditutup, suara lonceng itu mengakhiri semua peristiwa ganjil malam ini.

Silvi tidak marah kepada Nia, ia, mengatakan sesuatu kepada Nia sebelum pergi ke ranjang tidurnya, sebuah kalimat lain,

"ang amu awa iuuu iaaak" sembari tersenyum.

JANGAN LUPA VOTE YA MAN TEMAN, BIAR AKU SEMANGAT UPDATE CERITANYA, KALIAN BISA FOLLOW IG @daniatul.id

NANTI BAKAL AKU KASIH INFO PART SELANJUTNYA.

SEE YOU NEXT TIME GAES

SI ANAK ✅Where stories live. Discover now