Chapter 40: pamit

771 86 19
                                    

play media; i'll try by day6

To. Woojin

Woojin, kalau kamu lihat ini, plis bales

Aku minta maaf

Aku nyesel

Aku nyesel sampai mau mati rasanya

Maafin aku





Hari ini udah hari keempat sejak insiden kebohongan Yiseul terbongkar. Dan selama itu Woojin nggak kontak siapapun, terutama Yiseul. Waktu Yiseul ke rumahnya, dia nggak mau keluar dengan alasan sibuk atau sakit. Bahkan bundanya Woojin nggak bisa bujuk Woojin. Sekecewa itu.

Yiseul udah coba berbagai cara. Semua medsos Woojin off, yang dia andalin hanya sms dan telpon, tapi juga percuma. Yiseul nggak percaya semuanya jadi serumit ini, dia kecewa sama dirinya sendiri.

“Nak, makan dulu..”

Mamanya Yiseul masuk ke kamar putrinya. Wanita paruh baya itu juga baru tahu kebohongan putrinya, tapi semuanya udah dilurusin sama Daniel. Seorang ibu nggak akan membenci putrinya, itu yang lagi dirasain mama Yiseul.

“Ma, adek jahat banget ma. Sama mama, Woojin, sama semuanya.. Ma, adek takut ma, adek juga sakit..”

Yiseul nggak kuat lagi dan akhirnya nangis. Kemana lagi dia harus nangis? Sekarang dia cuma punya mamanya. Yiseul berkali-kali ditelpon temen-temennya tapi dia juga nggak jawab. Dia juga kecewa sama dirinya sendiri, sama keputusannya buat berbohong.

“Nggak sayang, kamu nggak jahat.. Kamu juga punya alasan, jangan terlalu nyalahin diri, kamu harus kuat. Kamu harus bisa mengakhiri apa yang udah kamu mulai.”

Yiseul lagi terisak-isak, lalu terdengar dering telpon rumah di lantai bawah. Mamanya Yiseul keluar dari kamar lalu mengangkat telpon. Yiseul juga keluar, siapa tahu itu Woojin.

“HAH? HARI INI?” teriakan mamanya bikin Yiseul kaget setengah mati, gadis itu langsung turun ke lantai bawah dan menunggu mamanya menutup telpon.

“Iya, mama ke sana. Kamu di sana terus ya nak.”

Setelah mamanya nutup telepon, Yiseul langsung memborbardir dengan berbagai pertanyaan,

“Siapa ma? Woojin? Dia kenapa?”

Wanita itu menggeleng, lalu menyampirkan rambut panjang putrinya ke belakang telinga.

“Kamu mau ikut mama atau di rumah?”

“Mama mau ke mana?”

“Rumah sakit. Chungha udah mau lahiran.”

oOo



“Bayinya perempuan.”

Suara dokter itu masih terngiang-ngiang di kepala Yiseul. Tadinya Yiseul takut nggak ada yang bakal nemenin persalinan Chungha, ternyata Daniel datang lebih dulu ke rumah sakit dan nemenin Chungha.

“Ma, bayinya nggak boleh langsung dibawa ke kak Chungha?” tanya gadis itu.

“Engga, masih harus di inkubator. Mama masuk dulu ya, mau lihat Chungha. Yiseul, kamu kalau ma lihat bayinya ke ruangan inkubator aja, ya. Lihat dari luar. Niyel, kalau bisa kamu ke rumah ya, ambil pakaian lebih buat Chungha. Bawa handuk bersih juga.” ibu dua anak itu akhirnya masuk ke ruang rawat setelah memerintah anak-anaknya.

What We Can Do 2 || Park Woojin [END]Where stories live. Discover now