Aku dan kamu

15 1 0
                                    

Suatu senja di sudut kota tua yang telah lama ku berniat untuk segera menghilang darinya, namun tak kunjung mampu jiwa dan raga ini untuk beranjak barang sejengkalpun darinya. Tak mampu lagi ku tuturkan segala yang terasa saat ini, bukan karena hati ini telah kembali mati semenjak kepergianmu. Melainkan karena terlalu sakit dan berharap kematian itu kembali menjemputnya.

Dalam kesendirian yang tak jua kunjung berakhir ini, entah angin apa yang tiba – tiba saja membawa ingatanku melayang padamu. Sesaat bayangmu berdiri seolah nyata di hadapanku, baru sebentar ini. Dan, dengan kata sapa yang selalu kau beri untukku kau menyapaku sekali ini. Benar – benar hancur semua yang telah ku bangun selama ini. Benteng – benteng pertahanan yang ku bangun selama ini untuk melupakanmu seketika luluh lantah dibuat olehnya. Mengapa kau hadir lagi? Belum juga puaskah engkau memberiku luka yang sebanyak ini?

Memang semesta tengah mempermainkanku. Dulu dalam raungan kesendirianku semesta menghadirkan dirimu dalam ruang pandangku. Ku kira kau adalah penawar dari lukaku yang dikirimkan sang waktu padaku. Namun nyatanya kau adalah racun yang kian membunuh semua rasaku yang tersisa. Sekarang tinggal kau hunuskan saja belati hatimu tepat di jantungku. Biar ku akhiri semua pedih ini, biar semestapun berpesta melihat kekalahanku melawan semua sakit yang menyerangku. Biarkan senjapun tak perlu berpura – pura lagi bahwa ia bahagia setiap hari ku menanti dirinya hadir. Biar engkaupun bebas terbang kemanapun engkau mau. 

Sajak Secangkir KopiWo Geschichten leben. Entdecke jetzt