01

5.3K 399 18
                                    

"Makanya kerja yang bener, ngelamun aja sih lu.."

Altaf menyenderkan bahunya ke sandaran kursi setelah berhasil membuat aku tergeragap kaget.

Laki laki tigapuluh tahun yang merupakan teman kuliahku dulu itu lalu tertawa kencang melihatku merengut kesal.

"Kawin makanya Sar. Lu ngelamun ajee kayak ayam gw kalau horny.. wkwkwkwkw"

Gendheng!

Coba kamu ajakin aku kawin Al, aku iyain aja langsung gak pake tapi. Tapi sayang itu cuma mimpi.

Aku bergegas meraih sebuah kertas bekas dan meremasnya pelan menjadi sebuah bola bola. Setelah terbentuk sempurna, sontak aku lemparkan ke muka Altaf, jahanam satu itu.

Plukk

"Sendirinya aja jombloo.. ngata ngatain orang jomblo. Weewww!"

Altaf kembali tertawa terbahak bahak menanggapi kalimatku.

Dia, Altaf.

Laki laki partner kerjaku sekaligus partner in crime. Dengan dialah ide ideku tentang website jodoh ini terlaksana. Dialah the man behind the website sehingga website ini cukup populer.

Dengan anggota hampir 100 ribu orang dan perorang terkena biaya keanggotaan 1 juta pertahun, bayangkan saja pundi pundi kami ada berapa.

Tentu tidak semua anggota berbayar. Boleh saja koq pake jasa kami gratisan. Tapi ya tidak optimal membershipnya.

Dan keuntungan menjadi member premium itulah yang membuat mereka lebih banyak probability-nya mendapatkan jodoh.

Jangan salah juga, web kami dilengkapi konsultan pernikahan yang kami rekrut. Dan kebetulan dia juga kakak iparku, mas Harsya.

Alhamdulillah dia pengasuh pondok pesantren juga. Jadi bisa memberikan pencerahan baik secara psikologi maupun agama.

Dia Altaf, penyambung ide ide liarku ke dalam sebuah website jodoh itu dan menjadikan sarana para jomblowan jomblowati dalam mencari pasangan hidupnya.

Tapi anehnya, kami berdua pendiri website ini adalah jomblowan jomblowati. Plis yaa jangan menghina kejombloan kami. Jangan sampai deh ketahuan para member kami. Hahahaa...

"Eh Ras, minggu depan gw mo naik gunung sama gengs gw. Web aman aman kan ya? Gak ada crash apa apa? Biar gw tenang disana"

Altaf mengingatkanku tentang rencananya yang pernah dia utarakan waktu itu.

"Mau kemana kali ini? Masih pulau Jawa kan?"

"Iya yang deket deket aja ke merbabu. Loe kapan sih mau ikutan? Cewek banyak lagi nyet.."

"Izin bokap gw susah. Maklum gw anak kesayangan satu satunya. Abang gw juga protektif abis"

"Dah tuwir juga loe. Masih aja kayak anak tk"

Aku kontan melempar tutup pulpen yang ada dimejaku dan disambut cengiran tengil laki laki bertopi hitam itu.

Sosok Altaf yang 170/85 dan berambut agak gondrong, semakin tampak menawan dengan wajahnya yang manis berlesung pipit.

Hidungnya tinggi dan memiliki mata setajam elang. Kulitnya memang tidak seputih oppa oppa korea karena hobinya itu yang senang bergelut dengan alam.

"So far so good Al. Loe jalan aja. Tapi sesekali loe cek ponsel kali ada pesen gw"

"Iya crewet. Loe mah gak ada apa apa juga pasti mesej gw. Semprul looe.."

"Ya udah. Awas loe kangen sama gw!"

Comblang Love Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang