Part 11.

116 58 2
                                    

Pagi ini Raka sangat heran karena sedari tadi ia tidak bertemu Naura. Ada yang aneh dengan gadis itu. Seperti sengaja menjauhinya entah apa alasannya yang jelas Raka tidak mengerti. Apa yang harus dilakukannya?

Ia terus memikirkan ini sejak menginjakkan kaki di sekolah tadi pagi. Semalam, gadis itu sudah mengirimkannya pesan lagi, yang isinya adalah berupa penolakan bahwa ia tak ingin dijemput dan akan pergi ke sekolah sendiri.

Maka dengan keras kepala Raka tetap mendatangi rumahnya, tapi nihil. Naura benar-benar sudah pergi ke sekolah pagi-pagi sekali. Karena saat itu masih pukul 6 pagi tapi Naura sudah tak ada dirumah.

Lalu saat tiba di sekolah, Raka langsung menghampiri Naura di kelasnya, namun ia tak juga ada. Entah bagaimana caranya menghilang... Benar-benar membuat Raka frustasi.

Langkahnya tergesa-gesa saat menuju ke kantin. Ia terus mencari sosok Naura yang tiba-tiba menghilang itu.

"Raka! "

Namun langkahnya terhenti.

Terlihat Kevin yang hendak menghampiri nya.

"Lo liat Naura, gak? Dari pagi gue ga liat dia. " tanyanya setiba di hadapan Raka, matanya melirik sekitar kantin.

Raka menghela nafas dalam.

"Kalo gue tau, pasti sekarang dia ada sama gue, kali. "

Kevin tertawa ringan, "Pede banget lo," ucapnya menepuk-nepuk pundak Raka.

Namun Raka tak menganggap bagus hal itu, kenapa juga Kevin mencari Naura?

"Ck. Apaansih." desisnya menyingkirkan tangan Kevin di pundaknya.

"Lo ngapain nyari Naura?" pertanyaan itu akhirnya dilontarkan juga oleh Raka.

"Ga papa, sih. Cuma mau liat aja."

Raka dengan mata dinginnya memandang Kevin serius. Namun Kevin membalasnya dengan tertawa.

"Enggak, lah. Yakali. Dah." ucapnya kemudian berjalan melewati Raka.

Raka semakin kebingungan dan memutuskan untuk mengantre mengambil giliran makan dulu. Perutnya perlu diisi untuk kembali bekerja dan melancarkan pikirannya.

-------------

"Raa... Mau begini sampe kapan sih?" Tasya menutup buku yang sedang dibacanya dan mengeluh, entah sudah kali keberapa.

Ia sudah tak tahan lagi. Sejak pagi, Naura terus mengajaknya bersembunyi setiap pelajaran kelas selesai. Mereka hanya ada di kelas saat sedang jam belajar saja, selebihnya bersembunyi seperti ini.

Memang menyenangkan, bisa melihat pemandangan kota dari atas sini. Dari atas gedung sekolah baru mereka. Namun Tasya jadi tak bisa melihat dan mengagumi para pria tampan di sekolah ini. Sedangkan misi keduanya masuk sekolah ini adalah karena rumornya banyak pria tampan, setelah misi pertamanya yaitu jelas; belajar.

"Pokoknya sampe ka Raka ga nyari-nyari gue lagi. " ucap Naura yang sedang berdiri di belakang pagar kecil dengan kedua tangannya yang ia taruh diatasnya. Matanya menikmati setiap apa yang ada di bawah sana. Kendaraan yang berlalu lalang, orang-orang yang berseliweran karena sibuk dengan urusannya masing-masing, ataupun sekelompok mahasiswa yang sedang mengantre di sebuah fotocopy, berhasil menarik perhatian matanya.

Naura benar-benar menyukai tempat ini. Tempat yang baru ia temui minggu lalu saat sedang piket dan mengharuskannya untuk mengambil peralatan yang kurang dikelasnya ke gudang. Namun tak sengaja ia melihat pintu tempat ini terbuka dan langsung memutuskan untuk masuk. Benar-benar mengejutkan. Tak pernah terpikir ada tempat seperti ini di sekolahnya dalam pikiran Naura.

Karena tempat yang biasa ia datangi adalah kelas, perpustakaan, lab, kamar mandi dan kantin saja. Mungkin tempat terakhir yang ia suka datangi adalah halaman belakang sekolah. Namun sepertinya tempat ini akan menjadi tempat baru sekaligus tempat favoritnya di sekolah ini.

Sebenarnya, selain menghindari bertemu dengan Raka, Naura hanya ingin mencari suasana baru. Suasana kelas dan perpustakaan membuatnya bosan sekalipun Naura adalah tipe siswa yang suka belajar.

"Oh iya, Ra! Gue lupa ngasih nilai biologi gue, terakhir jam 12!!" teriak Tasya panik.

"Yaudah sana setor dulu. Udah mau jam 12 nih."

"Sorry banget gabisa nemenin lo ngumpet! Bhay! "

"Ngumpet apaan coba... " heran Naura.

Tasya lari keluar pintu dan turun dari atap gedung ini.

Ting!

Tiba-tiba sebuah pesan masuk ke handphonenya. Naura segera membukanya.

Kak Kevin

Ra, dimana?

-------------

Raka menyerah mencari sosok Naura yang tiba-tiba menghilang. Sepertinya ia tak harus mencarinya, jika memang gadis itu tak ingin bertemu dengannya.

Raka menjatuhkan dirinya di belakang tembok itu. Kedua tangannya ia taruh di belakang kepala sebagai pengganti bantal. Matanya menerawang ke atas. Keadaan di sini sangat berbeda dengan Korea. Sekolahnya di Korea sangat bagus, luas, dan juga bersih. Berbeda dengan disini yang jika dibandingkan akan terlihat sangat biasa, walaupun jika dibandingkan dengan sekolah lain disini, sekolah ini masih jauh lebih bagus.

Tapi baginya, sekolah ini tetap nomor satu. Karena ada seseorang yang tak ada di sekolah elitnya itu. Seseorang yang sangat penting baginya, sosok gadis yang tak bisa ia temui dimanapun kecuali disini.

"Ada apa, kak? "

Suara Naura?

Raka bangkit dari posisi tidurnya dan berusaha mencari sumber suara itu.
Namun keningnya langsung berkerut begitu ia melihat apa yang ada di depannya ini.

Kevin ngapain sama Naura?

"Gue cariin dari tadi, ternyata disini. " ucap Kevin.

"Iya, bosen di perpus mulu, "

"Lo di cariin sama bu Emma, katanya suruh bawa hasil hitungan soal fisika yang dikasih dia." jelas Kevin memberi tahu alasannya menemui Naura.

Naura berpikir sebentar, kemudian menepuk jidatnya, "Oh iya!"

Kevin tertawa ringan dan mengusap rambut Naura gemas.

"Yaudah, yuk. Gue anter. " ucap Kevin kemudian mengambil tumpukan buku yang sengaja Naura bawa ke sana. Lalu mereka berdua pergi keluar.

Dan kemudian Raka menyadari satu hal, bahwa bisa saja Kevin menyukai Naura juga. Karena ia sudah menitipkan Naura padanya, bisa saja, kan, Kevin jatuh hati pada gadis itu?

Dan perkiraan paling buruk adalah








bisa saja Naura juga menyukainya.

-------------------

Halo semuaa!

Terima kasih sudah meluangkan waktu dan membaca cerita ini><

Jangan lupa tinggalkan jejak, yaa:))

See u


Hey, Februari!Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα