Part 1.

231 88 8
                                    

Naura POV

"Bunda! Nau pergi keluar sebentar ya! Gak lama kok!"

"Jangan lama lama Nau! Bentar lagi makan malam!! "

"Iya! "

Aku meminta izin pada bunda untuk keluar. Aku hanya bosan menunggu bunda yang sedang memasak dan tak pernah mau dibantu itu. Aku ingin ke rumah pohon di belakang rumah Raka. Yah, nama itu sudah sangat ku rindukan, selalu.

Pasalnya, Raka, teman kecilku, memang belum kembali sejak terakhir kali kami bertemu. Dan sekarang aku sudah memasuki kelas 1 SMA. Meski besok baru masuk sih. Kebayang, kan? Sudah berapa lama kami berpisah?

Aku keluar membawa buku diaryku yang berwarna pink. Kunaiki tangga rumah pohon ini, yang dulu pernah dinaiki juga olehnya. Angin berhembus lembut, meniup rambutku yang sengaja kuurai.

Betapa rindunya aku pada temanku. Sebenarnya, dia pergi kemana ya? Apa yang sedang dilakukannya sekarang? Apa aku masih punya kesempatan menemuinya lagi? Apa.. dia bahkan masih mengingatku?

Entahlah.

Sebuah keinginan untuk menulis serangkai kata pun terngiang di kepalaku. Aku mulai menulisnya.

Teruntuk sosok di Februari..
Aku sangat merindukanmu.
Ah, pasti kau sudah tahu.
Tapi aku hanya ingin menulisnya, boleh, kan?

Teruntuk sosok di Februari..
Masih ingatkah kau jalan untuk kembali?
Kembalilah dihadapanku.
Perbaiki kesalahanmu, tentang janjimu untuk kembali.

Ah, maaf.
Aku tidak benar-benar berharap begitu.
Kau mau hadir lagi di dalam hidupku saja, aku akan sangat bahagia.

Begitu kataku sebelum aku menutupnya kembali.

Sungguh indah pemandangan dari atas sini, dapat kulihat taman belakang rumah Raka sangat indah.

Meski tak seindah kenyataan bahwa dia tidak pernah kembali.

Kau tahu? Ibu nya Raka sudah menikah lagi, ternyata benar, kepergian Papa Raka memang karena istrinya selingkuh.

Pasti Raka tertekan. Aku juga tidak tahu sekarang dia ada dimana.

Kuputuskan untuk turun, setelah melihat langit mulai memunculkan warna biru tua karena akan tiba malam.

Tadi aku sudah melihat indahnya warna oranye di langit yang tak pernah membuatku bosan walau kulihat setiap sore.

Aku berjalan kearah rumahku, yang melewati rumah Raka. Langkahku terhenti karena mendengar suara ibunya Raka yang sedang menelfon.

Bukan, lebih tepatnya karena mendengar namaku tersebut disana.

"Iya Raka sayang. Naura baik-baik aja. Iya. Mamah juga kangen sama kamu. Baik-baik disana ya. "

Buku diaryku jatuh. Aku tidak peduli.

Barusan, ibunya Raka sedang menelfon Raka? Kenapa Raka bertanya tentangku? Kenapa dia tidak kembali dan langsung tanyakan saja padaku?

"Eh, Naura, ada apa di depan rumah tante?"

"E.. Eh, enggak kenapa-napa kok. Maaf ya tante, saya mau pulang.."

Aku mengambil buku ku dan langsung berjalan masuk kedalam rumahku. Kalian tau, kan? Itu siapa? Ya, itu adalah ibunya Raka, bu Mega.

Mungkin dia menyadari seseorang sedang berdiri didepan rumahnya, jadi dia keluar. Dan mungkin dia terkejut karena melihatku terdiam didepan sana.

Tapi, aku benar-benar tidak menyangka, Raka masih berhubungan dengan ibunya? Apa dia tidak rindu padaku? Kenapa dia tidak kembali? Sungguh pikiran yang sangat mengusikku.

Kuputuskan masuk ke dalam kamar dan menaruh bukuku, kemudian meluncur ke meja makan.

"Habis darimana sih? Lama banget, "

"Habis ke rumah pohon, bun, "

"Ngapain?"

"Lihat pemandangan. "

"Aneh, sudah besar masih main ke rumah pohon. "

Kenanganku ada disana, Bunda. Yang terindah, dan yang paling menyedihkan.

"Heheh"

"Makan nih, bunda masak cumi kesukaan kamu,"

"Siap bun!" Ucapku sambil mengacungkan jempol.

Hari ini Bunda libur, Ayah juga. Maklum ya, ini adalah tanggal merah. Tapi besok aku akan kesepian lagi karena mereka akan kembali bekerja.

Tapi gapapalah, toh, aku sudah biasa.

Setelah makan malam, aku kembali ke kamarku dan mempersiapkan untuk besok. Hari dimana aku masuk sekolah baru.

Tapi besok masih MOS. Aku harus cukup energi untuk melihat sekolah baru, mempunyai teman baru, dan menghadapi kakak pembina yang menyebalkan. Katanya, sih, gitu.

Setelah lama aku mempersiapkan untuk besok, aku memutuskan untuk tidur karena aku ngantuk. Iyalah, kalo laper, ya, makan. Dan semoga besok aku tidak kesiangan.

"Semangat Naura!! Aku yakin kamu bisa lewatin masa-masa MOS!! let's Go!! "  teriakku menggila di dalam kamar.

Setelah itu, aku benar benar tertidur.

🌻🌻🌻🌻

Terima kasih sudah membaca! Jangan lupa tinggalkan jejak ya ^^

Hey, Februari!Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon