Farrel marah

Mulai dari awal
                                    

Beberapa hari setelah itu, Airin sudah bisa mengendarai motor dan tanpa sepengetahuan Farrel. Airin nekat untuk mengendarai motor sendirian dijalan raya. Dan alhasil, Airin kecelakaan. Sejak itu Farrel benar-benar merasa bersalah telah mengajarkan Airin mengendarai motor, dan beranggapan karena dirinya adiknya sampai terluka.

" Ayah!" Airin menatap mata ayahnya penuh harap.

Bastian meraih tangan putrinya."Maaf sayang, ayah juga tidak setuju kamu bawa kendaraan pribadi. Itu terlalu berbahaya." Sekali lagi Airin mengeluarkan air mata kecewanya.

" Permisi non Airin, diluar ada temannya non Airin. Nak Sarah."

" Kalian egois! Nggak mikirin bagaimana perasaan Airin." Airin langsung pergi dari meja makan itu dengan perasaan dongkol.

" Lo nggak usah merasa bersalah, ini udah keputusan yang tepat buat dia." Ujar Raffael.

Farrel menghela napasnya dalam-dalam menetralisir emosi yang sekarang menguasai dirinya."Ayah bunda, Farrel berangkat. Farrel nanti juga nggak pulang. Nginap dirumah Aldo."

" Jangan lupa makan." Stella mengingatkan.

" Hmmm, assalamualaikum."

" Waalaikumsalam." Jawab mereka bersamaan.

" Raffa juga mau ke kampus. Assalamualaikum." Setelah kedua orang tuanya menjawab salam, barulah ruangan itu hanya tertinggal Bastian dengan Stella.

" Ayah, apa keputusan kita ini udah tepat?"

" Ini yang terbaik buat Airin, kamu tau sendiri bagaimana sifat Farrel kalau menyangkut Airin."

Stella mengangguk setuju, benar kedua saudara kembar itu kalau menyangkut dengan Airin pasti tidak akan main-main. Ya walaupun terkadang yang satu sering jailin adiknya dan satunya terlihat dingin. Tapi tidak bisa dipungkiri, mereka berdua sangat menyayangi adiknya.

Sarah menatap kawatir melihat Airin yang sedari tadi tidak henti-hentinya menangis sampai terisak seperti itu. Ingin bertanya tapi takutnya Airin malah semakin menangis.

Ah biarkan saja, nanti juga cerita sendiri. Tapi masalahnya bentar lagi mereka akan sampai di kampus, dan Airin belum juga berhenti menangis.

" Mereka jahat banget sama aku hiks hiks." Benar kan, Airin pasti akan cerita dengan sendirinya.

" Kalau nggak boleh bawa kendaraan ya udah jangan ngegas!"

" Lo minta itu?" Airin mengangguk."Bang Farrel bahkan sampai bentakin aku!"

Sarah memutar matanya malas."Rin! Ya iyalah bang Farrel sampai bentakin kamu dan ia langsung marah. Kamu ingat nggak sih? Kecelakaan waktu kita masih kelas 1 SMA? Kamu bawa motor ke jalan raya sampai kecelakaan."

" Dan kecelakaan itu membuat bang Farrel nyalahin dirinya sendiri karena dia yang ajarin kamu bawa motor. Bahkan aku aja waktu itu bukannya kasihan sama kamu malah prihatin sama bang Farrel, sampai dia nggak mau makan satu hari karena lihat adiknya tertidur dirumah sakit."

Airin terdiam mendengar penjelasan dari Sarah, bahkan waktu itu dia tidak tau sama sekali.

" Bang Farrel langsung marah dengar kamu minta bawa kendaraan itu karena dia takut nantinya terjadi hal yang sama.

" Tapi Sar, mereka selalu sibuk. Sibuk organisasinya lah, rapat lah. Trus juga sering pulang malam gara-gara itu. Dan aku sering dirumah sendirian."

" Kamu lagi ada masalah kan sama kak Pandu?"

Dan pertanyaan Sarah membuat Airin terdiam" Aku tau, kamu kesal itu bukan karena nggak diizinin bawa kendaraan. Tapi lebih tepatnya kamu kesal karena kak Pandu dan bang Farrel yang marahin kamu kan?" Ujar Sarah sambil terkekeh.

Airi bersedekap dada, kenapa Sarah selalu tau isi hatinya yang membuat ia malu sendiri."Ah, kamu nggak asik Sarah."

" Udah, kamu jangan nangis lagi. Kita udah sampai." Airin menghela napasnya, dan sebelum keluar mobil, Airin menambah sedikit riasan wajahnya yang luntur karena menangis tadi.

Fakultas kedokteran kampus ini memang terbilang sangat besar, jadi Airin dan Sarah juga agak kesulitan mencari dimana kelas mereka berada sesuai dengan jadwal yang tertera dibiodata masing-masing. Dan syukurlah Airin dan Sarah satu kelas, jadi mereka bisa mencari kelas bersamaan.

" Rin! Itu kelas FKU A4." Tunjuk Sarah.

Airin melihat kearah papan persegi panjang penunjuk kelas, benar disana tertulis FKU A4.

" Iya Sar, ayok kita masuk."

" Hmmmm!" Jawab Sarah mengangguk.

Tapi disaat mereka berjalan menuju kelas FKU A4, mata Airin tidak sengaja melihat kearah kelas lain, yang lebih tepatnya kelasnya yang sekarang bersebelahan dengan kelas Pandu.

Namun yang membuat hati Airin seakan lirih, ketika melihat kedekatan Pandu dengan kakak kelasnya yang bernama Alista itu.

"Rin kamu lihat apa'an?" Sarah mengikuti arah pandang Airin. Ternyata ini yang membuat Airin berhenti." Udah, jangan di ambil hati. Mungkin mereka lagi ada urusan."

Airin tersenyum kecut."Udah biasa juga, kita masuk aja." Airin langsung melangkahkan kakinya pergi.

Sesampainya di kelas, masih banyak mahasiswa lainnnya yang belum datang, ya sekitar masih berlima orang, karena memang kelas dimulai pukul sembilan dan sekarang masih jam delapan.

Airin mengecek ponselnya, dan membuka aplikasi WhatsApp. Sekali lagi Airin menghela napasnya dengan kecewa ketika pesannya belum juga d bukak oleh Pandu.

Airin mencoba sekali lagi mengirim pesan kepada Pandu.

Airin
Kak Pandu..

Airin
Airin nanti mau makan siang sama kak Pandu di kantin, bisa?

Lima menit Airin menunggu belum ada balasan ataupun tanda-tanda pesannya udah di baca.

Kemudian mata Airin berbinar disaat Pandu sudah membaca pesan darinya. Dan Pandu sekarang sedang mengetik..... Tidak lama Pandu mengetik, akhirnya pesan itu masuk.

Namun ternyata bukan pesan yang buat dia senang, malahan pesan yang membuat hati Airin semakin sakit.

Pandu
Maaf aku nggak bisa, nanti ada urusan.

Airin
Oh yaudah, kakak jangan lupa makan.

Setelah itu tidak ada balasan pesan sama sekali.

***
Aku hanya prioritas yang kesekian diantara aktivitasmu yang lainnya
Airin Widyatmaja

***Aku hanya prioritas yang kesekian diantara aktivitasmu yang lainnyaAirin Widyatmaja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PACARKU PRESIDEN MAHASISWA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang