Eutopos Town| Part 1

29 1 0
                                    

"It would be horrible if we were sensible to pain, hunger, injustice, and violence without perceiving the reasons for all this negativity. It would be horrible if we could feel the oppression but could not imagine a different world. It would be horrible if we could dream about a different world as a project but not commit ourselves to the fight for its construction."

(Paulo Freire, Letters to Cristina, hlm186).

***

Cyra bahagia sekali, hari ini untuk pertama kalinya Paman dan Bibinya mengajaknya bertamasya ke Eutopos Town.

Sejak kedua orang tuanya meninggal empat tahun lalu karena wabah menular, dia ditampung dirumah Paman dan Bibinya. Dia tidak pernah pergi kemanapun, kecuali berkeliling desa yang miskin ini.

Kadang bibinya akan menyuruhnya pergi mengambil ikan dari depot ikan di pantai, ke pasar tempat bibinya berjualan sayuran dan segala jenis ikan laut.

Pamannya adalah seorang nelayan pekerja. Dia bekerja pada Tuan Harry yang menguasai nelayan-nelayan di Kampung Banjam ini.
Tuan Harry adalah orang paling kaya di kampung, dia bertubuh pendek dan sedikit gemuk.
Dia orang yang paling disegani dikampung, karena dia sangat suka menolong warga kampung yang kesusahan. Tapi bagi Cyra, pria itu terlihat menyebalkan.
Ada sesuatu diraut wajahnya, senyumnya selalu seperti seringai yang menakutkan!

Cyra selalu terkagum-kagum dengan anak-anak Tuan Harry yang hampir seumuran dengannya.
Mereka selalu berpakaian bagus, dan mempunyai mainan yang banyak!
Bahkan mereka sudah memiliki Handphone! Benda yang jarang sekali terlihat di Kampung Banjam.
Hanya orang-orang kaya saja yang memiliki benda itu.

Dia dan sepupunya Faron, bersekolah ditempat yang sama dengan Nelly dan Zoel anak-anak dari Tuan Harry, satu-satunya sekolah yang ada di Kampung Banjam. Faron seumur dengan Zoel, yaitu empat belas tahun, mereka satu kelas, tapi Faron tidak pernah menyukai Zoel yang sombong. Sedangkan Cyra berusia tiga belas tahun sama dengan Nelly.

Nelly tidak pernah menyapa teman-teman yang terlihat miskin, dia hanya memilih berteman dengan anak-anak yang berada, seperti anak pejabat kampung atau pemilik toko. Tapi Cyra tidak keberatan, karena dia tahu, dia hanyalah anak miskin yang diangkat oleh pamannya. Dia hanya bisa melihat Nelly bermain dengan teman-teman yang hampir sederajat dengannya, dan mengagumi kekayaan gadis kecil itu.

Dan, tentu saja hari ini adalah hari yang paling ditunggunya! Sudah satu bulan dia terus menghitung hari, karena pamannya berjanji akan membawa mereka jalan-jalan ke Eutopos Town.

Banyak orang desa yang mebicarakan tentang kota baru yang dibangun disebelah hutan dekat kampung mereka. Jaraknya lebih dari setengah hari perjalanan. Paman mendapat pinjaman mobil dari temannya seorang pemilik toko kelontong.

"Rundan, pakailah mobilku, sudah lama sekali kalian tidak pernah bertamasya. Kamu akan jadi orang kedua yang mengunjungi Eutopos Town di Kampung ini!" Pemilik Toko Kelontong itu memberikan kuncinya pada Rundan, paman Cyra.

"Aku sangat berterimakasih Torro, tapi mengapa kamu tidak ikut dengan kami?"

Wajah Torro terlihat sedikit ragu. "Aku tidak punya siapapun untuk ku ajak pergi...sejak istri dan anak-anakku meninggal karena wabah dulu, lagipula, siapa yang akan menjaga tokoku? Hari-hari libur seperti ini sayang jika aku harus menutup toko ku."

"Baiklah, aku akan kembalikan mobilmu dua hari lagi." Rundan terlihat senang.

"Bawalah cerita tentang Eutopos Town itu! Kabar angin mengatakan segala sesuatu yang kita inginkan ada di kota itu!" Teriak Torro sambil melambaikan tangannya.

-

Cyra dan Faron terlonjak kegirangan begitu melihat Rundan berhasil meminjam mobil Fiat tua milik temannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 14, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MANGARAWhere stories live. Discover now