6: Kataware-doki; Forget

Comenzar desde el principio
                                    

"Hyunjin, sampai kapan?" Felix tersenyum kali ini. Dada Hyunjin memberat dibuatnya.

"Apanya?"

"Kenapa kamu masih belum juga merelakanku?"

Pertanyaan itu hampir setiap hari Felix lontarkan. Hyunjin tidak pernah menanggapi, tidak memberi reaksi yang berarti. Felix masih khawatir dan penasaran, ia cemas bagaimana kondisi Hyunjin nanti kalau ia betulan pergi.

Waktu terus bergulir, dan jawaban Hyunjin tetap tidak didapatnya.

Waktu terus bergulir, dan jawaban Hyunjin tetap tidak didapatnya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

One day.

Saat Hyunjin mulai merasakan bias hangat merayapi ujung jemari kakinya yang telanjang, menapaki rumput puncak bukit, nafasnya menabrak keras ruang kosong udara. Matanya melirik ke kanan tempat seorang lagi yang tengah melipat kaki sebagai tumpuan dagu, termangu minim ekspresi.

Felix sudah merencanakan ini sejak seminggu yang lalu, mengenai bagaimana jika mereka berkemah di bukit belakang kampus mereka dulu. Hyunjin mengabulkannya tanpa banyak omong.

Dua kali enam puluh sekon lalu keduanya masih melihat satu juta lentera elektrik berpendar pada tiap-tiap jendela kaca rumah, layaknya pijaran gemintang yang berontak pada gulita. Tapi kini langit kelam telah ganti membiru segar seiring makin terangnya dunia timur.

Hyunjin, dengan raut artifisial terlempar ke samping, "kamu akan pergi lagi, nih?" katanya sambil menghembus udara.

Felix tersenyum miring, balas melirik malas, netranya menyedot refleksi Hyunjin pada satu dimensi,
"Tentu saja. Biasanya juga begini, kan?"

Hyunjin mendengus, parasnya muram, "apa kamu tidak bisa selalu di sisiku saja?"

Felix tertawa kecil, lalu mendecih pada akhirnya. "Yah, seperti biasa omonganmu selalu sia-sia."

Hyunjin tidak membalikkan perkataan Felix. Tapi tatapannya yang bergetar menyampaikan segalanya.

Hyunjin selalu menyaksikan ini diiringi pukulan bervelositi cepat di rongga dada; bagaimana sinar matahari pagi jatuh menembak kulit Felix yang pucat, seiring warna langit yang makin muda tanpa peduli perihal entitasnya yang kian sirna. Memudar bersama kenyataan.

Felix tidak pernah mengucapkan selamat tinggal. Juga tidak pernah menjanjikan sampai jumpa lagi.Mereka hanya akan terus bertemu selepas senja, kemudian berpisah ketika pagi. Seolah garis parallel yang ada hanya satu dari sekian kefanaan. Dan bumi masih terus saja berdistorsi.

Karena dalam dunia yang kecil ini, Felix selalu menghilang kala baskara merangkak naik. Tertelan sisi terang kehidupan.

Felix saat ini, tidak bisa mengunjunginya di waktu terik terang.

Felix saat ini, tidak bisa mengunjunginya di waktu terik terang

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
INEFFABLE; hyunjin ft. felix || hyunlixDonde viven las historias. Descúbrelo ahora