4: Heading Home

1.5K 213 14
                                    

Mereka berdua adalah kriminal yang bertemu di sebuah sel tahanan.
.

.

.

🔮 Pemuda muram itu bernama Lee Felix

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

🔮 Pemuda muram itu bernama Lee Felix. Seorang kriminal. Tempatnya di sel tahanan nomor lima belas, paling ujung, paling suram, merupakan ruangan terisolir yang kini dihuni seorang kriminal muda. Ironi sekali, padahal angka lima belas di bulan September adalah hari di mana ia lahir ke dunia dua puluh tiga tahun silam, dan dengan naas kini itu terasa seperti mengolok-oloknya.

Seorang Lee Felix identik dengan kesunyian, ketenangan, warna monokrom dan bintik-bintik eksotis di wajah. Selama tinggal di penjara (entah sudah berapa tahun, ia tidak menghitungnya. Ia juga tidak peduli.Toh, yang jelas Lee Felix dihukum sebagai tahanan seumur hidup) ia hanya tinggal sendiri di ruangan 'spesial'. Dia juga tidak banyak bicara, bahkan sedari dulu saat masih bebas.

Namun suatu pagi, kedamaiannya dipecah oleh bunyi pintu yang dibuka paksa. Felix mengerinyit begitu menyadari situasi sudah sangat terang, cahaya mentari pagi menembak tepat ke arah pintu dari jendela kecil berjeruji di atas kepalanya. Seorang petugas masuk, menarik satu orang lagi dengan wajah terbias cahaya hingga Felix yang bermata sembab kesulitan untuk melihatnya.

"Tahanan kosong satu lima empat, mulai hari ini kau akan berbagi sel dengan tahanan kosong tiga dua delapan."

0-1-5-4. Felix mendengus sambil mengucek-ngucek mata. Namanya di sini cuma sebaris angka-angka. Tapi bukan itu yang menarik perhatiannya. Ia bahkan nyaris berasumsi bahwa sel ini cuma dikhususkan untuk dirinya selama ini. Lalu tiba-tiba ada penghuni baru?

"Kalian berdua jangan membuat keributan, mengerti?!"

Felix dengan patuh mengangguk meski dalam hati ingin meninju rahang petugas ini. Namun manusia asing di depannya malah terang-terangan tergelak dan menyumpah.

"Anjing. Songong."

"Diam!"

Si lelaki bergestur menyumbat kedua telinganya dengan telapak tangan. Cemoohnya kentara sekali. "Iya. Tidak usah galak-galak begitu."

Pintu dibanting keras, kemudian dikunci dari luar. Lelaki tinggi di depan sana masih nyengir tidak bersalah dengan pandangan yang masih mengarah ke pintu. Felix sama sekali tidak peduli. Jadi, setelah ia menatap orang ini dari ubun-ubun hingga ujung kaki sebanyak dua kali, ia kembali berniat merebahkan diri di atas tempat tidur tanpa matras. Melanjutkan acara tidur pagi yang terjeda.

Felix menarik selembar kain yang tadinya tersibak untuk menutupi tubuh. Ia berniat melanjutkan mimpinya karena kenyataan di dunia ini begitu pahit. Mata Felix nyaris memejam sebelum satu suara menarik kesadarannya.

"Hei, namamu siapa?"

Apa yang barusan terdengar? Yang benar saja. Felix curiga jika telinganya sudah terlalu lama tidak mendengar suara manusia hingga fungsinya agak terganggu.

INEFFABLE; hyunjin ft. felix || hyunlixWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu