23

4.8K 379 47
                                    


"My Al, setelah ini kamu ada kelas lagi, gak?"

Aliza menoleh, lalu menggeleng. "Kelas IT dosennya membolos. Kelas kosong," jawabnya setengah mencibir. Bibirnya mengerucut lucu membuat Maira terkekeh geli. Bahkan ketika temannya mengucap kata 'Dosennya membolos' itu gemas sekali. Seperti ada rasa greget yang sangat dia coba sekuat tenaga ditahannya.

"Kak Rei sedang unjuk rasa."

"Kenapa? Minta naik gaji?"

"Hihihi, mungkin. Buat ngumpulin biaya 'Ipekah'."

Aliza mengerutkan dahinya, "Pak Rei mau nikah?" tanyanya penasaran.

"Ya iyalah, masa terus membujang."

"Dih, mentang bentar lagi mau jadi manten, mendadak tulalit. Kamu tahu maksudku dan lagi berapa biaya Ipekah? Emang gak cukup dengan gajinya selama ini?"

Maira mengendikkan bahunya, "Ya maksudnya, Ipekah dan kawan-kawan. Siapa tahu yang dinikahin kak Rei kamu. Pastikan Maharnya juga bukan Seribu Rupiah. Harus siap mental dan modal."

Aliza menegang saat mendengar ucapan Maira. "A-apa si? Ma-mana mungkin pak Rei mau sama aku? Dan lagi aku tak sematre itu."

"Kamu salah. Yang seharusnya berkata begitu kakakku. Ya ... aku si berharap kamu jadi kakak iparku. Kamu tahukan Mami. Dia itu udah cinta banget sama kamu. Menantu idaman paling cantik daripada putrinya, tidak cukup sadis gimana coba."

Aliza semakin merona. "Ka-kamu jangan becanda terus, ah!"

"Aku gak becanda. Tapi lagi menjalankan aksi PDKT."

"Ya? PDKT sama siapa."

"Sama kamu dong. Disuruh mami."

"Mairaaa, serius ih."

"Ak---" 'dddrrrttt' ucapan Maira terpotong karena getaran ponselnya membuat Aliza menghembuskan nafas lega. Pembicaraan tentang kakak Maira memang menjadi topik paling sensitif bagi Aliza. Dia tak bisa mengontrol jantungnya.

"Assalamu'alaikum."

"...."

"Mai masih di Kampus."

"...."

"Gak usah! Ketemu di sana aja, Mai diantar Aliza."

"...."

"Iya deh. Mai kesana sekarang. Wa'alaikumussalaam."

"Dari siapa?"

"Pak Dosen. Ayo!"

"Pak Dosen siapa? Kemana?"

"Siapa lagi. Emang kamu ngarepnya kak Rei gitu? Pak Dosen yang barusan ngajar kita."

"Apa? Pak Radhi? Gak-gak-gak. Aku gak mau ikut." Aliza benar-benar parno sama Radhi. Dua bulan yang lalu, dia begitu shok saat tahu jika temannya ini dikhitbah sama Dosen CEOnya, si pria Superman yang sialnya paling disegani. Apalagi ketika Maira menceritakan pasal perkara 'si Dokter cantik' itu membuat Aliza semakin takut dengan calon suami sahabatnya itu.

Maira menggenggam tangan Aliza. "Please my Al, kamu tahukan bahwa kami belum 'Sah'? Aku takut satu mobil cuma kami berdua."

"Dan aku dijadikan obat nyamuk gitu? Sok-sok-an ingat belum Sah, waktu pas bolos ngampus apakabar, Bu?" cibir Aliza. Maira memang menceritakan kejadian di toko Buku itu yang Radhi mengantarkan Maira pulang minus makan siang bersama. Bisa jadi bulan-bulanan dia oleh Aliza.

"Ih, itukan sebelum taken sama Bang Suhe. Kalau sekarang beda. Takut bablas." Entah kenapa, semakin hari kelakuan Maira semakin mirip ibunya.

"Iya beda deh yang kebelet kawin mah beda."

Suami Killer-ku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang