Green automaton machine

191 28 2
                                    

JANE sedang berada di ibu kota bersama dengan Vanthir, ya. Mereka bertemu kembali, Nenek buyutnya Jane sekarang sudah tiada dan sekarang Jane-lah yang mengenakan cincin merah itu. Ia sudah dewasa sekarang dan mengenakan sebuah setelan hitam dan di atas bahunya terlingkar sebuah syal merah. Setelan itu pas sekali dengan keberadaannya di Oslo, dan warna setelan itu tentu saja sesuai dengan momen duka kematian nenek buyut yang sudah tiada beberapa Minggu yang lalu.

Vanthir juga berjalan-jalan dengan gadis yang sekarang sudah menjadi kekasihnya. Apa? Iya, mereka sekarang resmi pacaran. Vanthir baru berani mengungkapkan perasaannya yang ia kubur semenjak Jane merawatnya saat beberapa hari sebelum kematian Olla, nenek buyut Jane.

Ia menembak Jane di taman dekat dengan rumahnya, saat itu masih musim gugur. Ia menemani Jane dan Olla yang sedang berbincang di taman, dan saat itu juga ia mencurahkan tentang perasaannya yang aneh dan berujung kesadaran akan perasaan yang ia alami. Dan itu jatuh cinta terhadap gadis yang lima tahun lebih muda darinya, ia menanggung malu karena jelas ada nenek buyut Jane yang menyaksikan pernyataan cinta itu. Tapi ia tak pernah menyangka bahwa Jane memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Dan itulah yang terjadi.

Dengan tampang yang makin dewasa dan sedikit bulu halus di dagunya, ia menggenggam tangan Jane. Dia mengenakan jubah putih yang hampir menyentuh aspal saat ia berjalan. Jane tak tahu pakaian apa yang dikenakannya di bawah jubah putih itu.

Mereka berjalan-jalan sepanjang jalan utama ibu kota, menyusuri sekitar Frognerparken dan Aker Brygge yang ada di jalan-jalan sekitar Oslo

"Aku akan menjadi relawan di Program Pangan Dunia, mewakili sekolahku sebagai bentuk kepedulian dari Norwegia" Jane mengucapkan dengan semangatnya. Vanthir yang melihat rasa semangat Jane ikut merasakan, seminggu yang lalu ia hanya melihat perasaan duka yang ada di wajah Jane.

"Aku turut senang-- ucapnya sambil mengusap kepala Jane gemas --bersama siapa saja selain dari sekolah mu?" Tanya Vanthir dengan senyum kotaknya

Sambil berjalan di sekitar Grensen, Jane menjawabnya "Dua relawan lainnya berasal dari Amerika dan Mesir dari perwakilan di bidang pendidikan masing-masing".

Di situ, mereka memasuki Miljøhuset (Gedung Lingkungan) tempat berkumpulnya berbagai organisasi lingkungan hidup. Dalam perjalanan pulang dari gedung, mereka mulai berbincang tentang kelompok pangan perduli dan pecinta lingkungan yang akan turut serta bersama saat Jane memulai Program Pangan Dunia di benua Afrika nantinya.

"Dan oh ya, apa kau ingin ikut serta?" Sedari tadi Jane ngomong, ia bertanya dengan kikuk terhadap kekasihnya itu.

"Eum, nanti aku akan mencoba menyusulmu ke sana. Aku masih harus membantu rombonganku" balas Vanthir dengan senyuman

"baiklah".

Sepanjang perjalanan di Oslo, mereka melihat dan memeriksa mesin-mesin otomat hijau yang akan segera tersedia untuk umum. Namun, jalanan masih tetap lengang tanpa orang-orang. Jane dan Vanthir itu seakan memiliki daerah pusat kota itu untuk mereka sendiri.

Di setiap pojok jalan kedua dipasangi kotak hijau itu, juga di semua stasiun metro dan di depan beberapa bangunan monumental.

Jam-jam di menara balai kota yang sekarang tampak modern mulai memainkan sebuah lagu rakyat yang begitu dikenal. Inilah tanda yang mereka tunggu-tunggu. Mereka berjalan menuju ke otomat hijaunya masing-masing. Jane membawa kartu merah dan Vanthir kartu biru.

Mereka saling melempar pandangan di setiap pojok jalan dan saling melemparkan anggukan penuh arti sebelum memasukkan kartu mereka ke dalam mesin otomat. Jane memilih tanaman dan hewan apa yang akan dipasang sebagai taruhan. Setiap kali dia memasukan sebuah angka, muncul sebuah gambar video di layar. Sebelum video itu bisa dijalankan, dia harus terlebih dahulu membayar sedikit uang taruhan untuk menyelamatkan spesies bagian dari alam yang ditampilkan gambar video itu.

Pada saat ia menatap layar dan memasang taruhan, orang-orang mulai memenuhi kota. Mereka datang dari berbagai stasiun metro, turun dari bus dan berjalan-jalan santai di sepanjang jalan. Banyak orang yang ingin mencoba mesin-mesin otomat hijau itu. Tak lama kota pun penuh dengan kehidupan, antrean pun segera terbentuk di depan atraksi biru ini. Orang-orang saling bercakap-cakap dengan penuh semangat. Mereka ramai berdiskusi penuh sukacita.

Begitu ramainya beberapa kerumunan manusia sampai-sampai Jane hampir tak bisa menemukan kekasihnya tadi. Namun, untungnya Vanthir itu satu kepala lebih tinggi dari kebanyakan orang. Mereka bertemu, saling menepukkan telapak tangan dan berpelukan diakhiri senyuman. Jane menadah ke atas untuk melihat jelas wajah Vanthir dengan jelas, sembari tersipu Jane tertawa.

Orang-orang yang hanya sekadar berjalan dan mengantri itu salah fokus dengan dua sejoli yang sedang berpelukan. Si pria timur tengah dengan gadis Eropa itu terlihat serasi dengan perbedaan etnis mereka yang ketara. Membuat mereka menyadari cinta tidak melihat latar belakang.

"Inilah yang memulai dunia dari awal lagi".

Dengan senyum yang tulus, Vanthir menjawab:
"Semua ini adalah hasil dari memanfaatkan sifat alamiah manusia dengan serius." []





















T H E
R E D
R U B Y.
conflict will come soon😈

HAPPY NEW YEAR❤️
tau ini telat tapi yang penting bisa update hehehe, sekali lagi terima kasih ya yang masih sempet vote walau aku gak update beberapa Minggu. Dikarenakan libur aku off megang handphone, yang di Jabodetabek aman? Aku Jakarta sih cuma pas kejadian banjir itu aku gak ada di Jakarta, moga baik" aja ya yang kena banjir.

Sebelumnya karena menurut aku, aku masih amatir. Aku gak berharap banyak tentang vote, nulis ini hanya ingin menyalurkan kesukaanku sama Taennie couple ini. Emang sih karya Jostein Gaarder ini bukan tentang Romance, tapi aku remake lagi dengan alur yang berbeda tapi tetap dalam konsep yang sama. But I know. y'all certainly know how to appreciate a work that you like.

See yaa~~~
-🖤

The Red Ruby; Taennie [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang